ulang tahun

489 58 3
                                    

    Beberapa menit yang lalu, Davin dan teman-temannya baru saja menjenguk Fathim di rumah sakit. Cukup lama mereka berada di ruang tersebut. Hingga sore menjelang dan mereka memutuskan untuk pulang. Semuanya hadir disana, kecuali Kevin. Itu karena Davin yang tampak sangat marah padanya membuatnya menjadi semakin merasa bersalah dan tak berani menampakkan mukanya. Terlebih jika teman-temannya yang lain tau, pasti ia akan tersudutkan.

     Setelah semua teman-temannya kembali, Davin memutuskan untuk tetap menetap di sana dikerenakan bi Munah yang menjaga Fathim pun tengah kembali ke rumah untuk mengambil beberapa kebutuhan yang masih tertinggal. Untuk dapat mengontrol Fathim lebih mudah, dokter Meri memang memintanya untuk rawat inap sampai tiga hari kedepan.

    "Davin, Lo masih inget gak pertanyaan gue yang waktu di taman?" Tanya Fathim.

     "Pertanyaan yang mana? Lo itu seringkali nanyak ke gue," jawab Davin sambil mengunyah buah apel yang padahal dia yang membawanya tadi.

     "Ih, yang soal ulang tahun lo." Ujar Fathim memberi tahu.

      "Ha?! Emang ulang tahun gue kenapa?" Davin balik bertanya dengan kerutan di dahinya. Fathim tampak berfikir sebelum akhirnya mengatakan, "hmmm... Ulang tahun lo kapan?" Fathim pikir lebih baik menanyakan hal ini saja.

     "Oh soal itu, nanya ke Abang Lo aja sana. Masak mau ngasih surprise gue udah tau duluan," jawab Davin yang memang tak menyadari maksud Fathim yang berhubungan dengan kejadian beberapa tahun lalu itu.

*****

     Seminggu telah berlalu, benar ternyata tentang ulang tahun Davin yang memang tidak lama lagi. Besok tepatnya pada tanggal 18 November, Davin akan berulang tahun ke usia 17 tahun.

      Fathim sudah menanyakan hal ini dari beberapa hari yang lalu pada Rio. Dan ya, mereka sedang merancang sebuah kejutan tepat pada pukul 00.00 nanti. Lia dan Lesti bertugas memesan cake dan membantu orang tua Davin dalam mendekorasi kamar Davin, sementara Rio, Reno, dan Farel yang akan mencari hadiah untuk surprise nanti.

    Fathim? Tentu saja dia akan mengalihkan Davin dengan sebuah rencana yang memang sudah disusun.

    Pada pukul setengah sebelas malam, Davin baru saja kembali ke rumahnya. Hal itu karena papa nya yang mendadak menyuruhnya ke daerah yang cukup jauh karena mobil nya mogok, akan tetapi Davin sudah berkeliling di daerah tersebut namun tak kunjung menemukan keberadaan papanya.

    Sekitar satu jam ia berkeliling di daerah tersebut, karena ketika di hubungi juga tak kunjung mendapatkan jawaban. Hingga akhirnya Davin di telpon dan diberi tahu bahwa papanya itu sudah kembali ke rumah dengan taksi dan tak dapat memberi tahu karena kondisi handphone yang sudah lowbett.

     Sesampainya Davin di rumahnya, semua sudah gelap ia berfikir mama dan papanya sudah tidur. Baru beberapa langkah Davin menaiki tangga menuju kamarnya tiba-tiba handphone nya berdering lagi. Dan itu, dari bi Munah.

     "Ada apa bi?" Tanya Davin setelah mengangkat telpon tersebut.

    "Itu den, non Fathim. Pingsan di rumah, sekarang lagi gak ada orang dan gak ada yang bisa di hubungi juga," ucap bi Munah dengan nada ketakutan. Pinter juga ya ni Munah akting nya.

    "Apa bi? Okey, Saya kesana sekarang!" Davin tak kalah khawatir.

     Setibanya Davin di rumah tetangga depannya itu, ia mencari keberadaan Fathim namun tak kunjung di temukan. Hingga akhirnya, ya... Dia melihat Fathim terbaring di bawah tangga rumah.

    Betapa terkejutnya Davin melihat pemandangan di depannya. Rasanya ia ingin mengumpat, bagaimana mungkin bi Munah membiarkan Fathim disini begitu saja.

    Dengan usaha keras dan perjuangannya, Davin akhirnya berhasil membaringkan Fathim pada sofa terdekat. Ia langsung menghubungi Rio, Lia, Farel, Reno, ah... Sudah semua orang dihubungi nya namun tak ada satupun yang menjawabnya.

    Wah, untuk Fathim sendiri dia tidak sulit untuk menahan tawa atau ber akting seakan benar-benar pingsan. Hal itu karena ia sudah biasa memasang wajah datarnya dan juga tak muda tertawa. Akan tetapi ia hanya kasihan pada Davin yang tampak khawatir sekali padanya. Fathim pun memutuskan untuk sadar dari pingsannya itu.

      Davin yang menyadari Fathim mulai membuka matanya, langsung bersiap di sampingnya. "Davin?" Lirih Fathim seakan benar-benar baru tersadar dari pingsan.

    "Fathim Lo gak papa kan? Udah gak kenapa-napa kan? Lo butuh apa?" Tanya Davin khawatir dengan pertanyaan beruntut.

      Fathim tampak berfikir harus mengatakan apa, pasalnya masih beberapa waktu lagi menuju pukul 00.00 wib.

     "Hmmm, Lo bisa masak?" Tanya Fathim. Davin nampak ragu namun akhirnya menjawab, "sedikit."

     "Masakin gue aja lah. Kayanya gara-gara belum makan malam dan mag gue kambuh makanya pingsan."

    "Yaudah, kita ke dapur sekarang," ajak Davin yang membantu Fathim berjalan menuju ruang makan. "Lo tunggu disini ya, buat gue masakin nasi goreng sebentar," ujar Davin. Dan Fathim mengangguk mantap.

     Fathim hanya memandangi Davin yang tampak sedang berusaha untuk menyajikan nasi goreng untuknya. Tanpa disaring Fathim tersenyum melihat Davin yang tengah mencicipi masakannya sendiri. Hingga beberapa menit berlalu hidangan yang disajikan oleh Davin telah selesai.

    "Nih, makan ya.  Tapi maaf kalau gak enak, gue gak pernah masak sendiri selain bantuin mama sama kakak di dapur."

    "Iya, gpp."

    Fathim memasukkan suapan pertama ke mulutnya. Dan ya, ini tidak begitu buruk. Rasanya pas, tidak hambar dan tidak pula keasinan. Hanya saja ini lebih mirip nasi kecap dibandingkan nasi goreng, dengan telur mata sapi diatasnya. Tapi, itu bukan masalah Fathim merasa senang bisa merasakan masakan pertama Davin.

     Fathim melihat ke arah jam dinding, dan lima menit lagi adalah jam dua belas yang menandakan pergantian hari menuju tanggal 18. "Vin, kita ke rumah Lo aja ya. Biar gue tidur sama kakak Lo aja, gak berani gue di rumah."

     "Yaudah kalau Lo maunya gitu, gue juga takut ada apa-apa lagi sama Lo," ujar Davin.

    Setelah mereka tiba di rumah Davin, suasananya tampak lebih gelap dari yang tadi. Dengan pencahayaan dari handphone Davin mereka berjalan ke dalam dan Davin mengantarkan Fathim ke depan pintu kamar kakaknya. Setelah itu Davin hendak kembali ke kamarnya.

     Davin tak tau, bahwa Fathim tidak benar-benar menuju kamar itu melainkan mengikuti langkahnya menuju kamar. Saat Davin membuka pintu kamarnya,

      Doorrrr.... Doorrrr.... Mereka semua sudah berada di kamar dan mengejutkan Davin. Davin sungguh terharu mendapatkan surprise seperti itu, melihat sang mama membawa cake bertuliskan namanya dengan dua lilin yang menggambarkan angka 17.

     Melihat semua orang-orang yang disayanginya itu mengingat akan ulangtahunnya dan memberikan kejutan yang akan terus ia kenang. Peristiwa saat ini mengingatkan Davin tentang kejadian beberapa tahun yang lalu. Membuatnya refleks mencari sosok yang tengah membayang di kepalanya.

     Fathim. Ia sudah berdiri di belakang Davin dengan senyum senang hendak memberikan selamat nya juga, akan tetapi muka Fathim mendadak pucat. Potongan-potongan peristiwa yang asing mengisi kepalanya, membuat senyum yang tadi terpancar perlahan memudar. Fathim melihat ke arah Davin akan tetapi bayangan kusut itu mengganggu pandangan nya. Membuat kepalanya kian berdenyut hingga akhirnya tak sadarkan diri.

    Sebelum benar-benar tidak sadarkan diri Fathim masih sempat mendengar riuh kekhawatiran dari sekitarnya yang kemudian mengangkat tubuhnya.

 

     

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang