Senangnya

518 78 4
                                    

    Sepertinya Rio benar-benar sudah marah besar saat ini. Bagaimana tidak marah, ia pergi keluar bersama istri dan anaknya serta meninggalkan adik perempuannya yang mengaku ingin belajar, tapi ternyata sepulangnya ia dari membeli kebutuhan rumah adiknya sudah pergi dan hingga larut malam tak kunjung kembali.

     Mungkin karena terlalu memikirkan dan merasa bersalah pada abangnya, hari ini Fathim terpaksa tidak masuk sekolah karena sakit. Fathim tidak tau apa yang abangnya katakan pada Davin. Bahkan pagi ini pun sepertinya Rio masih enggan untuk datang ke kamar Fathim. Fathim sudah berkali-kali mencoba meminta maaf pada Rio namun tidak digubris olehnya, ia bahkan sudah meminta bantuan Lia untuk membujuk Rio agar tidak mengabaikan nya lagi, Fifi juga sudah turut membantu. Namun begitulah Rio, dia tetap pada prinsipnya.

     Pagi ini jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, Fathim masih setia berbaring di kasurnya. Bi Munah sudah mengantarkan bubur beserta obat pagi tadi. Dan saat ini Farel dan Reno beserta dengan Lesti dan Etha datang ke rumah Rio. Tentu saja itu karena Rio yang memanggil mereka. Farel tidak masuk pada jam kuliahnya dan Reno harus mengambil cuti sehari hanya untuk menuruti perintah abangnya yang masih belum mereka ketahui alasannya.

     Fathim belum menyadari akan kedatangan mereka semua, tentu saja karena sedari pagi ia hanya berbaring di kasurnya. Sebenarnya Fathim sendiri tidak tau mengapa ia menjadi drop seperti saat ini, tak biasanya tubuhnya lemah hanya karena terlalu terbebani dengan pikirannya. Biasanya saja, berbagai macam materi dan rumus yang masuk ke dalam kepalanya tak tak mampu untuk membuatnya sampai jatuh sakit begini.

     Lia memasuki kamar Fathim, dan melihat kondisinya yang masih terbaring lemah disana. "Fathim," panggil Lia lembut.

     "Eh, kak Lia." Menyadari kehadiran Lia membuat Fathim refleks mendudukkan dirinya. "Bang Rio udah maafin Fathim lagi kan?" Tanya Fathim setelahnya.

    Lia tersenyum halus, "pasti, bang Rio pasti maafin kok. Tapi sekarang Fathim istirahat aja dulu. Jangan keluar kamar ya, kalau ada apa-apa panggil bi Munah atau BI Lisna aja ya," Lia memperingati nya dengan penuh kasih sayang. Fathim hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Setelah itu pun Lia keluar dari kamar Fathim dan membiarkannya beristirahat.

    Fathim sudah mati kebosanan jika harus terus berbaring. Ia pun mengambil inisiatif untuk menuju meja belajarnya, dan kembali menyelesaikan buku yang kemarin belum sempat dihabiskannya. Cukup lama ia berkutat dengan benda kesayangannya itu, kini ia merasa haus. Akan tetapi air yang tadi pagi dibawakan oleh Bi Munah sudah habis, alhasil dia pun keluar dari kamarnya hendak menuju dapur.

     Letak rumah Rio ini, tangganya langsung menuju ke arah dapur dan penghubung antara ruang tamu serta ruang keluarga disekat dengan adanya lemari kaca sehingga hanya memiliki sedikit kemungkinan untuk dapat melihat ke arah ruang keluarga saat ini. Namun, Fathim dapat dengan jelas mendengar obrolan mereka yang tampak serius itu. Fathim tidak bermaksud untuk menguping pembicaraan orang, namun itu memang benar-benar terdengar jelas di kepalanya.

     What the hell? Mereka membicarakan tentang dirinya. Dan ya, mengapa harus diam-diam seperti ini? Apa Fathim tidak salah dengar, apa hubungannya Fathim dengan hari ulangtahun Davin? Fathim berniat untung menghampiri mereka namun ia berfikir jika memang berkumpulnya keluarga itu tanpa tujuan lain mengapa tidak memberitahu dirinya. Apa harus dilakukan dengan sembunyi-sembunyi seperti ini.

    Untuk memastikan hal itu, dan agar semakin yakin dengan pendengaran nya barusan, Fathim harus menghampiri mereka. "Loh, pada ngumpul kok gak bilang-bilang," ujar Fathim santai seolah tidak mengetahui apapun tentang obrolan mereka.

    "Kok Fathim keluar kamar, kamu masih sakit loh," ujar Lia. Dan tak dapat dipungkiri jika mereka semua sedang memasang muka tegang saat ini. Seperti seseorang yang sedang tercyduk melakukan tindakan kriminal. Fathim terheran dan mengerutkan keningnya melihat ekspresi mereka yang seperti itu.

     "Ini kami tadi mau jenguk kamu, tapi kak Lia bilang katanya lagi istirahat. Makanya kami ngobrol dulu," ujar Lesti sambil menunjukkan keranjang buah yang dibawanya.

     "Gue kangen banget sama Adek gue yang paling unyu ini," ucap Farel sembari berdiri dari duduknya dan memeluk erat Fathim yang masih berdiri tegak dihadapan mereka.

      "Ih, bang Farel lepasin. Sesak tau!" Kesal Fathim dengan menampilkan bibir monyongnya.

      "Sorry deh, habisnya udah lama banget gue gak ketemu sama Lo. Kemaren ke rumah kenapa gak ngasih tau," ucap Farel lagi.

      "Yee, Lo nya aja yang kebiasaan pulang malem." Tampaknya hal itu berhasil mengalihkan pikiran Fathim. Ia tidak lagi fokus dengan tujuan awalnya menghampiri keluarganya ini.

     "Udah-udah, kita siap-siap makan siang yuk!" Ajak Rio yang diikuti mereka semua. Saat ini, mereka semua sudah duduk di meja makan untung saja meja makan disini memang cukup besar dengan 10 kursi yang mengelilingi meja kaca panjang itu.

     "Untuk hari ini, Fathim boleh deh makan banyakan," Rio berujar santai. Dan hal itu membuat Fathim Sontak menatap ke arah Rio dan yang ditatap hanya tersenyum ramah. Ya, Fathim bukan kaget karena ucapan Rio melainkan tentang Rio yang sudah mau berbicara padanya. Itu artinya Rio sudah tidak marah lagi. Betapa senangnya hati Fathim.

*****

Okey, segini aja dulu guys. Jangan lupa tinggalkan jejak. Sampai ketemu besok... Byee!! Support aku terus ya teman-teman...


Salam
  MuZaraay. 

fazahraArsyah:")

   

     

   

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang