Extra Part [2] ✓

988 51 6
                                    

  "Tumben Lo ngajak gue ke tempat makan yang romantis gini, kesambet apa lo?" Fathim terkekeh melihat Davin yang tampak tak seperti biasanya. Karena setiap kali akan dinner, mereka akan lebih memilih tempat yang cukup santai bahkan tak jarang pula mereka makan pada warung-warung di pinggir jalan.

"Ya ampun Fat, gue udah berusaha mau bangun suasana romantis nih jangan diberantakin dong!" Davin cukup kesal, karena bukannya terharu Fathim justru meledeknya.

"Iya deh iya ... Jadi ceritanya, mau dinner romantis gitu?" tanya Fathim menatap Davin yang sedikit terlihat, gugup?

"Udah-udah, nih buruan duduk tuan putri ..." Davin membukakan sebuah kursi untuk mempersilahkan Fathim duduk disana.

"Terimakasih, pangeran Davin." Fathim tertawa dengan ucapannya sendiri, sementara Davin cukup terkejut karena tak biasanya Fathim akan membalikkan kata-katanya seperti ini.

  "Ekhem ..." Davin mencoba untuk menetralkan suaranya, setelahnya ia mengambil tempat untuk duduk dihadapan Fathim.

  "Mau pesen apa?"

  "Lo tau selera gue kok, Vin." Fathim memilih untuk mengambil handphone dari tasnya, sementara Davin menyebutkan makanan pesanan mereka.

   "Fat, Lo ngapain sih?" Davin tampak gelisah melihat Fathim yang sedari tadi hanya fokus pada Handphonenya saja, bahkan tidak melirik Davin sedikitpun.

   "Eh, enggak. Ini bentar ..." Jawab Fathim masih dengan wajah yang senyam-senyum sendiri, sembari menunjukkan layar handphonenya yang menampilkan room chat. Entahlah, Davin tak dapat melihat jelas dengan siapa Fathim berkomunikasi.

    "Fat ... Penting banget ya itu?"

    "Eh, enggak. Tapi kan, makanannya juga belum dateng."

    "Lo gak bisa fokus ke gue dulu?" Davin mulai jengah. Mau tak mau Fathim menghentikan bermain dengan benda pipih di genggamannya, dan beralih menatap Davin yang menampakkan raut kesalnya.

     "Iya Vin, maaf. Emangnya kenapa sih." Fathim menjawab dengan sedikit enggan.

      Davin menarik kursinya, dan menempatkannya disamping Fathim. Dengan cepat ia merampas handphone yang berada di genggaman Fathim itu.

    "Eh, Davin." Kaget Fathim.

    "Belanja online?"

    "Iya. Emangnya kenapa sih? Lo aneh banget, tau gak!"

    "Gue kirain Lo sibuk sama cowok."

    "Ha!? Ya enggaklah, aneh-aneh aja Lo."

     "Kalau gitu Lo bisa fokus sama gue, sebentar."

     "Iya-iya, kenapa sih Vin?" Fathim menyimpan kembali handphone yang sudah ia ambil alih dari Davin. Kemudian mengelus lembut rahang Davin, berniat mengembalikan eksperisi wajah Davin agar tak terlihat kesal lagi.

     Dengan itupun Davin kembali mengulas senyum manisnya. Kemudian mengelus lembut rambut Fathim, berusaha menyalurkan kasih sayangnya melalui perlakuannya tersebut.

      "Sebenernya selama ini Lo nganggep gue apa sih?" Tanya Davin yang berhasil membuat Fathim mematung. Bingung harus menjawab bagaimana.

      "Hmm, Lo sendiri nganggep gue apa?"

      "Sesuatu yang paling berharga, lebih dari apapun yang ada di dunia ini."

     Jawaban Davin berhasil membuat sesuatu dalam diri Fathim bergetar. Fathim sadar, kalau sebenarnya Davin bukan tanpa alasan memperlakukannya begitu tulus hanya dengan iming-iming kata Sahabat. Namun entah kenapa, mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Davin, membuat jantungnya berdetak tidak normal.

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang