lebih rame, lebih seru!

558 70 4
                                    

    Fathim hanya dapat tersenyum untuk menggambarkan kegembiraannya saat ini. Melihat Davin sudah bisa bergabung dengan teman-temannya membuat Fathim turut merasakan kebahagiaan tersebut. Terlebih saat ini mereka sedang berkumpul di salah satu kafe favorit mereka. Iya, Fathim turut serta dalam perkumpulan mereka setelah sekian lama tidak bersama. Sebenarnya ia sudah menolak dan mengatakan untuk pulang sendiri saja dengan menggunakan ojek online ataupun transportasi umum lainnya akan tetapi Davin bersikeras untuk tetap membawa Fathim dan hal itu juga di dukung oleh teman-temannya yang lain.

      Rata-rata teman Davin adalah anak satu tim Futsalnya di sekolah. Dan kalau untuk Farel mereka satu tim dalam kegiatan futsal di luar sekolah. Fathim rasa, Davin memiliki badan atletis seperti itu juga karena hobi nya yang berupa kegiatan olahraga. Dua orang dari teman futsal Davin adalah teman sekelas mereka. Ya, dia adalah Azriel  dan Kevin.  Tiga orang lainnya adalah, Daniel, dan Lucas yang berada pada kelas sebelah serta Dhirga yang merupakan kakak angkatan mereka alias kelas 12.

      "Fathim, gak pesen makan?" Tanya Kevin. Diantara mereka semua yang paling ramah memang adalah Kevin. Fathim belum menjawab, ia hanya menatap kearah Davin seakan meminta jawaban darinya.

      "Gue pesen salad aja ya buat Lo," jawab Davin lembut. Yang hanya mampu di iyakan oleh Fathim. Dia tidak mau membantah walau ingin, karena akan semakin repot nantinya jika sampai terdengar ke telinga Rio.

     Teman-teman Davin sebenarnya heran melihat Davin yang mengurusi makan Fathim, namun tidak ada yang ingin bertanya karena mereka mencoba memahami kondisi saat ini dengan pikiran mereka sendiri. Kembali bergabungnya mereka memang setelah kemenangan tim futsal sekolah dan penjelasan panjang kali lebar yang Davin berikan, sehingga mereka sedikit banyaknya mengetahui masalah yang tengah terjadi kecuali tentang kejadian beberapa tahun yang lalu.

     "Bro, malam nanti ngumpul rumah gue yuk. Hitung-hitung ngerayain kemenangan kita sekaligus penyambutan untuk Davin lagi," ujar Dhirga. Yang mana biasanya rumah nya lah yang sering dijadikan tongkrongan anak-anak Galaksi. Ya, Galaksi adalah julukan untuk perkumpulan mereka. Bukan mereka yang menamakannya melainkan para fans mereka yang menganggap ketampanan sekaligus ketenaran mereka semua seluas besarnya galaksi.

     Sebenarnya, mereka semua tidak seperti perkumpulan lelaki tampan seperti yang ada di dalam novel. Ketampanan mereka tidak terlalu kentara seperti yang ada dalam bayangan kalian, namun setidaknya masing-masing dari mereka memiliki keunggulan nya tersendiri.

      Davin Finanda, yang memang terlihat paling tampan diantara mereka semua. Kevin Rumimpunu, selain tampilan nya kece dia juga keturunan Tionghoa yang cukup cerdas di sekolah, meski masih kalah jika dibandingkan dengan Lina. Azriel di kenal sebagai badboy kelas kakap, entah apa yang membuatnya memiliki kebiasaan berbeda dari temannya yang lain namun hal itu justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para fans nya. Daniel dan Lucas dikenal sebagai selebgram dengan banyaknya followers mereka. Dan untuk Dhirga ia adalah orang yang cukup terkenal dengan kemapanan keluarganya.

      "Boleh tuh, udah lama gak ngumpul di rumah Dhirga," jawab Davin yang juga diikuti dengan anggukan antusias dari teman yang lainnya. Sedangkan Fathim hanya mampu terdiam, karena sebenarnya sedari tadi ia tidak mengerti percakapan dari mereka.

      "Fathim ikutan aja yuk!" Ajak Lucas yang membuat Fathim tersentak dari duduknya. Iya, dia kaget dengan tawaran itu. Ikut bersama mereka di cafe seperti ini saja sudah membuat Fathim merasa sangat senang. "Enggak deh, malam ini Fathim ada tugas," elak Fathim sedikit gugup sembari melihat kearah Davin yang duduk di sebelahnya.

    "Tugas apaan deh? Perasaan kelas kita gak ada tugas untuk besok," sambung Azriel. Diikuti dengan anggukan dari kevin. Sementara Davin hanya diam tak berkutik meski ia menyadari Fathim tengah meminta bantuannya untuk menghindari tawaran dari teman-temannya.

    "Ya, gue ada tugas lain bukan untuk tugas kelas. Kemaren gue beli buku belum dibaca sampai sekarang," jawab Fathim. Dia tidak berbohong soal itu, akhir-akhir ini karena banyaknya masalah yang menimpa kehidupannya waktu belajar dan menghafalnya menjadi berkurang.

   "Gpp kali Fat ikutan bareng kita. Buku nya bisa dibaca besok lagi kok," kini Davin pun ikut angkat suara. Fathim semakin kesal dibuatnya, bukannya membantu untuk menolak Davin justru turut mengajaknya. Fathim bukannya bermaksud apa-apa, ia hanya tidak enak hati jika kehadirannya malah akan mengganggu kesenangan mereka nanti terlebih jika hal ini sampai terdengar ke telinga Alin dkk yang hanya akan membuat Fathim semakin di bully oleh mereka.

    "Enggak deh, lain kali aja. Lagian ini kan acara kalian gue gak mau ganggu lah," jawab Fathim.

     "Gak masalah kali, lebih rame, lebih seru!" Sambung Lucas.

    Fathim menarik nafasnya dalam, bingung harus bagaimana lagi menolak tawaran dari geng galaksi ini. Bahkan Davin pun tidak turut membantunya. Fathim yang seorang diri tentu akan kalah jika harus berdebat dengan enam manusia didepannya ini. Fathim akhirnya memilih untuk pasrah, dan menunggu bagaimana keadaan selanjutnya nanti. Ia berharap semoga mereka lupa akan dirinya dan berkumpul seperti biasa tanpa ada tambahan orang lain seperti saat ini.

     "Eh, udah dulu ya. Entar malam kita ngumpul lagi, gue harus nganter Fathin pulang nanti malah gue diomelin lagi sama Abang ipar," ujar Davin sembari mengangkat sebelah alisnya mencoba menggoda Fathim. Sementara yang di goda hanya memasang wajah cuek dan membuang bola matanya malas. Jujur saja, semua perilaku Davin selama ini membuat Fathim harus menahan dan membuang jauh-jauh rasa bapernya. Bagaimanapun ia harus sadar akan dirinya sendiri yang sangat tidak sepadan dengan Davin.

     "Yaudah bro, hati-hati ya. Salam sama Abang ipar Lo itu!" Ucap Dhirga yang di setujui oleh yang lainnya, jangan lupakan gelak tawa mereka yang juga mencoba menggoda Fathim. Yakinlah, pipi Fathim sudah sangat merah merona saat ini. Namun ia mencoba menepis perasaan malunya itu.

    "Udah ah, katanya mau pulang," Fathim tampak sudah tak tahan membuat mereka semakin puas menertawakan nya. "Gue cabut bro!" Ujar Davin sebelum akhirnya benar-benar melangkahkan kakinya keluar dari kafe bersama dengan Fathim.

  

    

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang