Aku ngerti sekarang

582 79 4
                                    

    "Pulang juga akhirnya, kemana aja sampai malam gini?" Ujar bang Rio setibanya Davin dan Fathim di halaman rumahnya. Fathim sudah merasa takut sekali jika harus menghadapi amarah Rio. Ia bahkan mencekam kuat bajunya. Dengan masih menggunakan baju sekolah, rambut yang sedikit berantakan karena sebagian keluar dari ikatannya disertai juga dengan peluh di pelipisnya.

      "Maaf bang..." Ucapan Davin terpotong.

      "Kamu masuk sekarang!" Titah Rio menunjuk Fathim. Fathim bergegas masuk kedalam rumah dan sekali melirik abangnya yang sedang berdiri di hadapan Davin dengan tangan bersedekap di dada sambil menatapnya tajam, sementara yang di tatap hanya mampu menunduk saja.

      Fathim tak tega membiarkan Davin seorang diri menghadapi abangnya yang memang terbilang tegas itu, namun jika ia tetap disana malah akan lebih memancing amarah Rio nantinya.

     Davin memang sudah izin pada Rio, namun dengan janji akan mengantarnya kembali lagi sebelum senja. Hingga akhirnya Davin lupa akan janjinya ia terbuai dengan waktu berduanya dengan Fathim. Sebenarnya mereka juga tidak terlalu lama berkunjung ke rumah lama, hanya sekitar setengah jam saja. Yang menjadi penyebab mereka pulang terlambat adalah karena Davin mengajak Fathim pergi ke pinggir laut terlebih dahulu, tujuannya hanya untuk melihat sunset awalnya. Hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk makan malam disana setelahnya, menikmati pemandangan serta permainan yang tersedia. Hingga berakhirlah seperti saat ini.

     Fathim hanya mengikuti Davin saja seharian ini, karena ia ingin menjadikannya sebagai saat terakhir bersama Davin. Ia tak ingin mengganggunya lagi setelah ini. Fathim hanya ingin Davin kembali pada kehidupannya, dan tidak terlalu memikirkan Fathim. Fathim merasa kebaikan Davin sudah sangat luar biasa hingga ia merelakan pertemanannya yang sudah terjalin selama hampir lima tahun.

     Setelah tiba di kamarnya Fathim segera mandi, membersihkan dirinya, berpakaian ala rumahan hingga ia hanya mampu terduduk di atas kasur berharap Rio tidak akan marah besar karena kejadian saat ini.

*****

    "Davin, Lo gak mau Fathim kenapa-napa kan?" Tanya Rio tegas.

    "Enggak bang." Davin masih tertunduk.

    "Kalau gitu jangan berlebihan lah. Gue ngerti perasaan Lo saat ini gimana, tapi Lo juga harus ngertiin kondisi Fathim. Jangan terlalu di paksakan."

     "Gue gak maksain apa-apa kok bang, gue cuma ngajakin dia jalan doang."

    "Tapi itu salah satu faktor awal yang dapat membuat pikirannya terganggu nanti."

     "Maaf bang, gue bener-bener gak maksud gitu. Gue cuma kesenangan aja tadi. Gue janji setelah ini gak bakal kelewatan lagi!" Ujar Davin dengan mantap.

     "Bagus kalau Lo sadar. Besok biar gue aja yang nganter Fathim. Supaya dia ngerasa gue emang beneran marah karena kalian kelewat waktu."

     "Yahh... Tapi kan bang," Davin tak terima.

     "Vin, Adek gue itu pinter. Bisa curiga dia nanti kalau sampai gue gak ngambil tindakan apa-apa karena kesalahan kalian sekarang. Udahlah, ikutin aja dulu. Dan satu lagi, selama di sekolah Lo harus ngindarin Fathim seakan-akan gue ngelarang Lo buat Deket lagi sama dia," jelas Rio.

      "Tapi gak bisa gitu bang," ucap Davin namun tak dilanjutkan olehnya. Ia ingin mengatakan bahwa hanya dirinya lah yang mau berteman dengan Fathim. Tapi sepertinya sekarang belum saatnya, Fathim melarangnya untuk hal itu.

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang