gimana sekarang?!

516 68 14
                                    

   "Fathim!" Panggil Alin, ketika Fathim sedang melewati koridor. Ia baru saja keluar dari perpustakaan karena di amanahkan untuk mengumpulkan buku tugas anak kelas disana. Tumben? Begitu pikir Fathim yang melihat Alin memanggilnya dengan nama dan tanpa julukan 'fat'

    "Gue mau ngomong sama Lo,"ujar Alin lembut. "Ngomong apa? Tumben, yang lain mana?" Fathim memasang wajah sinis, takut-takut jika ada something dalam rencana mereka.

     "Pliss!" Alin memohon. Yang akhirnya di iyakan oleh Fathim, namun sudah pasti ia tetap harus waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

      Mereka menuju belakang kelas 12, disana memang sepi Fathim juga sama sekali tak merasakan kehadiran anggota Alin yang lain. "Gue boleh pinjem handphone Lo?" Ucap Alin yang membuat Fathim semakin bingung dengan tujuan Alin sebenarnya.

     Namun karena di dalam handphone nya tidak terdapat hal penting apapun, ia pun dengan sukarela memberikan handphone nya itu. Fathim tak tau apa yang di lihat oleh Alin disana, namun ketika melihat hal itu Alin tampak begitu syok. Mukanya tampak pucat saat ini berulang kali ia menggelengkan kepalanya seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

     Dalam kebingungan Fathim, Alin kemudian mengembalikan handphone yang entah ia gunakan untuk apa. Tanpa berbasa-basi Alin langsung meninggalkan Fathim bersama dengan kebingungannya. Yah, lagi dan lagi waktu Fathim terpakai untuk hal tak berguna terlebih bersama orang seperti Alin.

*****

   "Davin, Alin ngomong apa sama Lo? Kok lama banget," tanya Fathim yang sudah menunggu Davin sekitar 30 menit di parkiran. Hal itu karena ada hal penting yang harus Alin bicarakan dengan Davin. Tak tahu mengapa, Fathim tidak menyukai hal itu. Ia jadi kembali teringat tentang kata-kata teman-teman Alin bahwa Davin adalah miliknya.

    "Gak ada yang serius kok," jawab Davin sembari menghidupkan mesin motornya. Sementara Fathim masih dengan wajah kesalnya karena rasa penasaran yang tak tertuntaskan.

     Selama perjalanan Fathim terus mengira-ngira hal apa yang dibicarakan oleh Alin dan Davin. Sementara Davin sudah sangat frustasi dengan hal yang di ucapkan Alin di sekolah tadi. Semua perkataan dan penjelasan dari Alin membuat Davin harus berfikir keras tentang bagaimana penyelesaian yang tepat untuk masalah tersebut. Bagaimanapun, ia juga sudah di berikan amanah untuk melindungi gadis yang kini duduk di belakangnya.

     Setibanya di rumah Rio, Fathim tak bicara sepatah katapun. Ia langsung masuk ke dalam rumah dan membiarkan Davin menatap punggung tubuhnya yang perlahan menghilang di balik pintu.

Fathim, gue harus gimana sekarang?!" Batin Davin dengan tatapan nanar.

****

   "Davin, papa tau ada sesuatu yang salah. Kamu jangan diem aja dong. Coba ceritain ke papa," ujar pak Husni yang merupakan papa kandung Davin saat sedang berada di ruang keluarga.

   "Paa... Davin takut!"

   "Kamu anak laki-laki, harus bisa mengatasi kondisi terburuk sekalipun."

    "Davin tau pa, tapi Davin gak akan sanggup kalau terjadi sesuatu lagi sama Fathim."

    "Kita semua juga ngerasain kepedihan yang sama, berserah aja sama yang diatas. Agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan," tutur papa Husni. Yang mendapatkan anggukan dari Davin, meski sebenarnya perasaannya masih tidak tenang.

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang