Sekolah Baru

894 110 21
                                    

   Pagi ini Fathim akan mulai melaksanakan rutinitas kesehariannya. Namun, tak semuanya akan berjalan sama seperti sebelumnya, karena ia akan memulainya di Sekolah Baru. Sejak kemarin, Fathim sudah tinggal dirumah Rio dan Lia.

    Karena pangkat Rio sebagai direktur di perusahaan ternama, membuat nya memiliki rumah megah nan mewah serta aset berharga lainnya diusia nya yang baru termasuk muda. Selain dari kerja keras Rio, segala pencapaiannya itu juga merupakan usaha dari sang istri yang merupakan wanita karir Pemilik butik ternama serta restauran yang sudah memiliki cabang di banyak tempat.

    Rio dan Lia baru memiliki seorang anak yang diberi nama Afiqa Finan Filia, yang akrab dipanggil Fifi. Mereka memiliki asisten Ruman tangga yakni seorang yang bertugas untuk menjaga dan mengurus segala keperluan Fifi yang baru menginjak usia di taman kanak-kanak, Satu orang petugas dapur, kemudian supir serta seorang satpam.

    *****


"Fathim kamu langsung berangkat sama bang Rio ya," ujar Lia saat sedang sarapan.

  "Kenapa gak sama pak Yono aja kak?" Tanya Fathim yang sedikit segan dengan Abang pertama nya itu.

   "Pak Yono kan ngantar Fifi, itu juga jam 8 nanti. Lagian sekalian sejalan juga sama Rio," jelas Lia.

   "Kenapa, kamu gak mau sama Abang?" Sahut Rio yag yang tiba-tiba keluar dari balik tangga.

   "Gak gitu bang," sahut Fathim.

   "Lia baru berangkat siang nanti. Gak ada pilihan lain kamu harus sama Abang," tegas Rio.

     Hingga akhirnya mereka pun bergegas untuk berangkat ke sekolah baru Fathim. Rio hanya mengantarkannya sampai didepan gerbang sehingga ia harus masuk sendiri, dan menjelajahi lokasi baru yang pertama kali di datanginya. Fathim melihat sekelilingnya mencoba mencari ruangan yang akan dituju nya untuk pertama kali, yakni ruang tata usaha. Biasanya ruangan seperti itu terletak di bagian depan kan. Namun entah mengapa Fathim belum juga menemukan ruangan tersebut hingga sekarang.

     Dari jarak sekitar 10 meter Fathim melihat sosok yang sedikit tidak asing dalam memori nya. Dia, orang itu adalah yang kemarin mengantarkannya ke rumah sakit. "Apa mungkin gue nanya ke dia aja ya," batin Fathim. Kalian tau lah, Fathim bukan tipe orang yang mudah berinteraksi apalagi dengan sosok yang baru ditemuinya. Fathim pun memutuskan untuk bertanya pada lelaki itu, ia tidak ingin membuang waktunya lebih lama lagi hanya untuk mencari ruang tata usaha.

    "Permisi, maaf mengganggu. Saya mau nanya ruang tata usaha dimana ya?" Ujar Fathim menghampiri segerombolan anak laki-laki yang salah satunya merupakan orang yang kemarin ditemuinya itu.

   "Fathim ya?" Ujar lelaki itu yang mendapatkan anggukan dari sang empunya.

    "Pindah sekolah kesini rupanya, yuk gue anter ke TU," ucap lelaki itu yang kemudian meninggalkan gerombolan temannya dan menarik tangan Fathim. Sontak saja hal itu mengagetkan Fathim, pertama kalinya ada orang yang menggenggam tangannya seperti ini. Menyadari ketidaknyamanan dari Fathim, lelaki itu pun melepaskan genggamannya.

   "Oh iya, btw kita belum kenalan. Gue Davin," seru lelaki yang bernama Davin itu dan mendapatkan anggukan kecil dari Fathim.

    Mereka pun tiba di ruang tata usaha. Sampainya disitu Fathim langsung saja masuk kedalam ruangannya. Sekitar lima menit didalam sana, Fathim keluar dan melihat Davin masih berada ditempat nya berdiri tadi.

    "Kok belum pergi?" Fathim to the poin pada Davin.

   "Makasih?"

   "Haa..?"

    "Lo belum bilang makasih sama gue," ujar Davin memberikan alasan keberadaan nya disana.

    "Harus ya?"

    "Iya, harus lah.. kalau orang udah bantuin Lo baik itu hal besar maupun kecil, Lo tetap harus mengucapkan terima kasih untuk orang itu."
 
     "Hmm.. makasih," ujar Fathim yang kemudian berlalu pergi.

    "Eh, tunggu masuk kelas mana Lo?" Tanya Davin yang hanya mendapatkan tatapan malas dari Fathim.

    "Aelahh.. sombong amat sih mba'," Dan yaa, Fathim tetap enggan menjawab.

   Fathim tetap berjalan untuk mencari kelas yang didapatkannya yakni kelas XI MIPA 2. Hingga akhirnya ia menemukan kelas itu. Banyak orang yang sedang berlalu lalang dan sibuk dengan kegiatan mereka. Melihat kehadiran Fathim yang tak dikenali terlebih Davin yang berdiri di sampingnya itu membuatnya menjadi pusat perhatian anak-anak disana.

    "Eh, anak baru ya?" Seseorang menghampirinya.

    "Gue Lina," orang itu mengulurkan tangannya. Fathim membalas uluran tangan itu namun ia tidak memperkenalkan namanya kembali. Ia berfikir pasti nanti akan diberikan waktu untuk memperkenalkan diri, jadi untuk apa membuang waktu lagi berkenalan sekarang.

     "Fathim, duduk sini nih!" Seru Davin yang entah sejak kapan sudah berada di bagian belakang ruang kelas itu sambil menunjukkan sebuah kursi.

   Fathim tidak ingin waktunya semakin terbuang, maka ia pun memilih untuk duduk ditempat yang ditunjukkan oleh Davin. Ia segera duduk disana, dan banyak mata yang memandang ke arahnya terlebih ketika tadi ia tak menyebutkan namanya namun Davin bisa terlebih dahulu mengenalnya.

    "Eh, Vin itu kan tempat duduk gue," ujar seseorang tak terima karena Davin memberikan tempat duduknya pada Fathim. Fathim mendengarnya namun ia tak ingin berbasa-basi dan membuang waktu ia biarkan saja Davin yang menyelesaikan kesalahannya itu, toh ia hanya menerima pemberian Davin bukan malah mengambil tempat orang lain.

    "Lo duduk disana ya, gue mau duduk sama Fathim," jawab Davin menunjukkan tempat lain di depan sana. Ya, entah bagaimana kehendak takdir Fathim diberikan kelas yang sama dengan Davin.

    "Aelah gitu banget sih lu Vin," orang itu memilih untuk mengalah. Sementara Fathim, sejak mendapatkan tempat duduknya ia langsung mengeluarkan kamus bahasa Inggris untuk kembali menambah hafalan kosa katanya. Sebenarnya ia sudah pernah menghabiskan dua kamus bahasa Inggris yang berbeda sebelumnya, namun kalian tau lah Fathim tidak akan pernah berhenti sampai disitu saja, ia akan mencari bahan lain yang berbeda untuk dipelajari olehnya.

    Hingga akhirnya bel masuk berbunyi, semua siswa sudah duduk ditempatnya.  Tak lama setelah itu seorang guru lelaki masuk kedalam kelas.

   "Baiklah, kelas ini kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu nak."

    Fathim pun maju ke depan. "Nama saya, Fathimah Arsyila kalian bisa memanggil saya Fathim. Sekian," ujar Fathim yang kemudian membuat pak guru itu terheran-heran dengan dirinya yang langsung segera menuju ketempat duduknya. Apakah hanya itu yang perlu diperkenalkan? Ya... bagi Fathim hanya itu yang penting, jika perlu tadi ia hanya akan menyebutkan nama panggilannya.

*****

   
   

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang