Tunggu, dan lihat saja!

563 77 2
                                    

    Mami, Fathim rindu sama mami. Fathim capek disini terus, mereka jahat sama Fathim. Padahal Fathim gak pernah ngelakuin kesalahan apa-apa. Fathim harus gimana mi? Fathim cape, Apa Fathim bener-bener harus ngejauhin Davin? Sekarang Fathim mulai sadar mi, Fathim juga butuh teman. Kalau Fathim bener-bener ngejauhin Davin, Fathim gak akan punya teman lagi. Fathim bingung mi.. semoga mami bisa denger Fathim ya. Fathim rindu mami dan papi.

Love you,
    Fathim!

   Fathim pun kemudian menutup sampul buku hariannya itu. Ia meneteskan air mata nya sembari mencoba memikirkan nasib nya akhir-akhir ini yang selalu ditimpa ketidak beruntungan setiap kali bertemu dengan Alin dkk.

      Ia tidak ingin seperti ini, yang Fathim inginkan hanyalah kehidupan hang menenangkan. Tak pernah terbayangkan olehnya bahwa hidupnya yang dulu damai akan menjadi seperti saat ini. Untunglah Rio belum mengetahui tentang masalah ini, ia khawatir abangnya itu langsung melaporkan ke pihak sekolah yang akan mengakibatkan dirinya semakin menjadi sasaran empuk bahan bullyan anak SMA Garuda.

   Tok.. tok.. tok..

   "Iya, masuk aja gak dikunci," Fathim menjawab sembari mengusap sisa-sisa air matanya.

    "Kamu belum makan malam sayang," ujar Lia dengan lembut.

    "Fathim masih kenyang kak," jawabnya mencoba mengukir senyum.

     "Kakak ngerti apa yang kamu rasain sekarang. Biar kakak langsung kasih tau Rio ya, nanti kamu bisa pindah sekolah atau apalah gitu supaya gak kayak gini lagi," ujar Lia lembut sambil mengusap lembut rambut Fathim.

    Fathim menggeleng pelan, mengukir senyum termanisnya, "enggak papa kak, Fathim kan hebat, Fathim pasti kuat kok ngadepein orang kayak gitu," jawab Fathim mantap.

     "Aunty Fathim nangis?" Ujar Fifi kecil dengan polosnya. Hal itu di dengar oleh Rio yang kebetulan baru saja melewati kamar Fathim.

     "Kenapa Fathim?" Tanya Rio mengagetkan Lia dan Fathim.

     "Gak ada apa-apa bang," jawab Fathim yang diiyakan oleh Lia.

     "Fifi tadi ngarang doang, Fathim lagi lemes katanya makanya kelihatan kayak lagi nangis," Lia berucap sembari mengatur wajahnya senatural mungkin agar suaminya itu juga tidak dapat menyadari kebohongannya. Sebenarnya Lia ingin sekali memberitahu soal masalah ini pada Rio, namun Fathim masih belum mengizinkannya, akan lebih bagus kalau Fathim memang benar-benar ingin mengatakannya sendiri nanti.

     "Fathim gak bisa bohong sama bang Rio, Abang tau kamu beneran habis nangis. Abang udah kenal kamu dari waktu kamu baru lahir jadi jangan bohong!" Rio berucap tegas.

    "Lia, kenapa kamu malah nutupin soal ini, ada masalah apa sebenarnya?" Rio dengan mata sinis nya.

    "Fathim..." Ujar Lia terpotong mencoba menatap dan melihat ekspresi wajah Fathim. Namun bukannya mendapatkan jawaban Fathim justru hanya tertunduk saja.

     "Lia jelasin ke aku!" Rio semakin dibuat tidak sabar.

    "Okey... Fathim sering di bully temen nya di sekolah," ucap Lia akhirnya.

    "What? Kenapa bisa, apa masalahnya?" Rio tampak menahan gelombang amarahnya. Fifi kecil tampak ketakutan mendengar nada suara tinggi dari papa nya. Membuat Rio frustasi dan mencoba berbicara lebih lembut lagi.

    "Ada apa ini, katakan dengan jelas padaku!" Rio mulai melembut.

    "Tadi sewaktu aku menjemput Fathim teman nya terang-terangan mengatakan tentang panggilan mereka untuk Fathim, That is, fat! " Ujar Lia.

     "But, why? Aku rasa tidak mungkin mereka langsung membully Fathim seperti itu jika tidak ada masalah diawal."

    "I don't know!" Jawab Lia sembari melihat ke arah Fathim, bermaksud menuntut jawaban darinya.

    Namun bukan mendapatkan jawaban, Fathim justru semakin deras meneteskan air matanya. "Aunty, don't cry okey! I am here!" Fifi berusaha mengusap air mata yang terus saja menetes pada pipi aunty nya. Padahal ia tak mengerti apapun, namun Fifi tidak tega melihat aunty nya menangis seperti itu. Fathim mengukir senyuman untuk ponakan kecilnya.

   Lia memeluk Fathim, mencoba menyalurkan kehangatan padanya. Ia ingin menyampaikan sesuatu melalui pelukan itu, yakni dirinya akan selalu ada apapun kondisi Fathim. Dia tidak sendiri di dunia ini, masih banyak orang yang menyayanginya disini. Rio turut merasakan kesedihan melihat pemandangan di depannya saat ini.

      Tetapi pikirannya memiliki ide lain, hal yang terjadi saat ini bisa dimanfaatkan untuk menuntaskan masalah yang selama ini ingin ia tuntaskan. Yakni membuat Fathim untuk lebih mengurusi tubuhnya sebagai seorang perempuan.

     "Fathim, kamu mau berhenti dijadikan bahan ejekan oleh teman di sekolah mu kan?" Tanya Rio yang mendapatkan anggukan dengan ekspresi wajah bingung dari Lia dan Fathim.

     "Mulai sekarang, harus terapkan program diet!" Rio berujar dengan mantap. Lia mengerutkan keningnya, bingung dengan ide dari suami kesayangannya itu.

     Seakan mengerti tentang kebingungan dari kedua wanita yang ada didepannya Rio pun kembali mengangkat suara, "iya, buat semua orang bertekuk lutut dan menyadari akan kecantikan mu nantinya. Inilah yang selama ini abang maksudkan. Kamu harus bisa menjaga tubuh dan wajah kamu sebagai seorang perempuan!"

     Fathim menganggukkan kepalanya, ia mulai mengerti maksud dari abangnya ini. Jika ia memiliki tubuh yang bagus dan dapat merawat wajahnya dengan baik pasti tidak akan ada orang yang menghinanya lagi nanti. Fathim pun mulai sadar, sebagai seorang remaja tidak hanya membutuhkan prestasi yang bagus namun juga fisik yang terurus. Dengan mantap ia menganggukkan kepalanya, mengiyakan perkataan Abang nya itu.

     Fathim mencoba meyakinkan dirinya bahwa hal ini pasti akan berhasil nantinya dan tak kan ada lagi yang berani menghinanya tentang fisik gendutnya itu.
Baiklah, Fathim akan berusaha keras untuk mengubah pemikiran semua orang yang memandangnya rendah karena fisik, menjadi terkagum pada dirinya nanti. Tunggu, dan lihat saja!

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang