tamparan

580 66 5
                                    

    Fathim tidak menyadari, sedari tadi ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya yang sibuk berkutat dengan buku-buku tebal serta catatan-catatan dihadapannya. Ya, dia adalah Davin. Hingga akhirnya Davin membuka suara agar Fathim menyadari kehadirannya.
 
     "Ekhmm..." Davin berdehem. Akan tetapi Fathim masih tak menggubris. Ia benar-benar sangat fokus dengan bukunya.

    Davin mengulang hal yang sama beberapa kali, hingga akhirnya, "Fathim!" Davin mengejutkan gadis itu dengan menggebrak mejanya. Yang membuat Fathim sentak terkaget.

     "Davin, apa-apaan sih," Fathim merasa kesal. Jantungnya hampir saja copot karena ulah Davin. "Masak dari tadi Lo gak sadar gue panggilin."

    "Enggak tuh," jawab Fathim santai sembari melanjutkan pelajarannya.

    "Terus, gue dicuekin aja gitu?" Davin merasa diabaikan dengan gadis dihadapannya. "Jadi, Lo mau nya apa?" Masih dengan wajah cueknya, mulutnya berbicara akan tetapi pikirannya tetap pada buku yang tengah ia catat saat ini.

    "Paling enggak, Lo nanyak kek apa tujuan gue. Basa-basi gitu!" Davin mencoba mengambil alih fokus Fathim agar menatapnya.

   "Lo tau gue gak suka basa-basi," jawab Fathim yang sekarang sudah melepaskan Bolpoin dari tangannya dan beralih menatap pria pengganggu di kamarnya ini.

   "Iya gue tau, tapi dalam hubungan sosial basa-basi itu perlu fat!" Penjelasan Davin membuat Fathim merasa jengah. Ia sama sekali tak peduli tentang itu.

   "Sekarang gue kasih tau ya sama Lo, masih banyak hal penting lain di dunia ini yang harus dilakukan oleh manusia. Mengejar prestasi misalnya, daripada harus membuang waktu untuk hal sia-sia, lebih baik kita memanfaatkannya untuk hal yang lebih berguna," Fathim memberikan argumennya.

   "Gue setuju sama lo, tapi hidup itu bukan hanya sebatas tentang ambisi untuk tampil terbaik. Bagaimana kita saling berbaur dan menghargai itu adalah sesuatu yang jauh lebih penting. Kita sebagai manusia bukan cuma membutuhkan sesuatu yang kita anggap berharga, ada kalanya kita membutuhkan kehidupan sosial Fat!" Davin menjelaskan argumennya pula. Membuat Fathim terdiam untuk saat ini, bukan karena tidak memiliki jawaban lagi akan tetapi entah mengapa akal sehatnya setuju dengan apa yang diucapkan oleh Davin.

    "Udah deh, gak usah di pikirin. Gue kesini di suruh nganter makanan buat Lo. Bi Munah kan gak ada masak, Lo sih gak mau ikut ke acara kakak gue."

    "Bukannya gak mau Vin, gue harus belajar."

    "Iya-iya, tapi sekarang makan dulu ya. Gue juga belum makan nih," ujar Davin ramah dengan senyum manisnya. Dan mendapatkan anggukan dari Fathim.

    "Makanannya udah gue taro di meja makan tuh, kita turun yuk!" Ajak Davin yang membuat Fathim kemudian sedikit merapikan buku-buku di atas mejanya. Hingga mereka berjalan beriringan menuju ke ruang makan.

*****

   Saat ini Fathim sedang berada di toilet wanita, tidak biasanya ia mengantuk pada jam pelajaran. Mungkin karena setelah selesai makan malam bersama Davin kemarin, mereka melanjutkan belajar bersama hingga larut malam yang berhasil menciptakan mata panda di wajahnya. Hal itu pula yang membuat Fathim memilih izin ke toilet sekedar untuk mencuci wajahnya dan menghilangkan rasa kantuknya.

    Saat tengah memandangi wajahnya pada cermin wastafel, tiba-tiba seseorang menampar wajahnya. Sontak itu membuat Fathim menoleh ke sampingnya karena merasa kaget. Dan lihat siapa yang dia dapati disana? Dia, dia adalah Lina.

     "Masih inget gak sama yang tadi?" Tanya Lina santai. Fathim masih memegangi pipinya yang memanas akibat tamparan tadi.

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang