Ingatan!

551 58 7
                                    

    Saat Fathim membuka matanya, ia melihat sekelilingnya dipenuhi oleh orang-orang yang ia sayangi. Seluruh keluarganya ada disana begitu juga dengan keluarga Davin. Sepertinya ini adalah kamar Davin, dan ada satu lagi dokter Meri ada disini.

     "Fathim, apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanya dokter Meri.

     "Kepalanya masih sakit dok, dan gak tau kenapa saya terbayang-bayang terus tentang kejadian-kejadian asing," jelas Fathim. Membuat semua orang yang ada disana cukup kaget.

     Dokter Meri mulai mengerti, "apa yang ada dalam bayangan kamu itu?" Tanya dokter Meri.

     Fathim tampak sedang fokus serta menahan rasa sakit di kepalanya itu. "Semuanya buram, gak jelas dok!" Fathim tampak menahan sesuatu. Ia sedang memaksakan otaknya untuk dapat melihat lebih jelas tentang bayangan dalam kepalanya itu.

    "Fathim, jangan dipaksakan," ujar Reno yang tampak khawatir dengan kondisi adiknya.

     "Iya, dibawa istirahat aja." Mama ikut angkat suara.

      "Kamu coba inget dan bayangin sesuatu dalam kepala kamu pelan-pelan. Untuk yang lain boleh dibantu mendorong bayangan itu dengan kejadian-kejadian yang sekiranya penting," jelas dokter Meri.

     "Gak masalah dok?" Tanya Rio, pasalnya dokter Meri selama ini melarang keras untuk mendorong ingatan Fathim yang hilang itu.

     "Untuk saat ini gak akan jadi masalah, karena kita sudah mulai melihat tanda-tanda ingatan dari Fathim sendiri."

     "Fathim, Lo harus ingat tentang masa kecil kita." Davin menjadi yang pertama kali mendorong ingatan Fathim.

     "Tentang ulang tahun gue yang ke 12 tahun waktu itu." Ujar Davin lagi.

     "Kecelakaan saat pembelian kue!" Davin semakin menegaskan ucapannya.

     Semua yang ada disana, hanya memperhatikan Davin yang tampak sangat tidak sabar menanti Fathim dengan segala ingatannya. Mungkin karena Davin merasa bersalah setelah kejadian waktu itu.

    "Davin... Davin!" Fathim menyebut nama Davin dengan mata yang berkaca-kaca. Tampaknya ia memang sudah mulai mengingat tentang hubungan mereka.

   Davin yang tampak senang kemudian mendekatkan dirinya ke arah Fathim dan memberikan pelukan hangatnya untuk Fathim. Saat ini adalah saat yang paling dinanti oleh Davin. Selama hampir lima tahun menyimpan segenap rasa rindunya akan sosok sahabat yang mengisi masa kecilnya itu.

    Lima tahun yang lalu, tepatnya di hari ini. Hari dimana Davin berulang tahun. Saat itu Davin menginjak usia ke 12 tahun. Masa dimana Davin dan Fathim sedang berada di fase akhir pada sekolah dasar.

   Saat itu, Mereke bersama merayakannya di taman dengan komplek rumah. Disana ada keluarga Fathim dan juga keluarga Davin. Untuk memberikan kejutan Fathim bersembunyi di sebrang jalan. Davin yang menyadari bahwa Fathim tidak ada disana pun menanyakannya.

    Barulah mereka menunjukkan keberadaan Fathim yang ada disebrang jalan dengan cake yang ada ditangannya. Karena Fathim terlalu bersemangat Tutut serta dalam perayaan ulang tahun Davin, ia tak menyadari bahwa dari sebelah tangannya sebuah truk besar tengah melaju. Hingga akhirnya, kecelakaan tak dapat terelakkan.

     Kecelakaan saat itu cukup parah, membuat seluruh anggota keluarga yang menyaksikan hal tersebut tepat di depan matanya berteriak histeris. Dan dengan segera melihat keadaan Fathim yang sudah tak sadarkan diri.

    Kecelakaan tersebut mengharuskan Fathim menjalani operasi pada bagian kepalanya. Karena operasi itulah Fathim mengalami amnesia retrograde yang membuatnya kehilangan sebagian memorinya dimasa lalu. Yang mampu diingat oleh Fathim hanyalah dirinya sendiri beserta dengan anggota keluarganya.

    Bahkan Davin yang telah menemaninya sedari kecil tak dapat diingat oleh Fathim. Mereka sudah sempat melakukan berbagai macam pengobatan untuk memulihkan kembali ingatan Fathim. Seringkali mereka mencoba memaksa Fathim untuk mengingat kejadian-kejadian lalu.

     Dan hasil yang mereka dapatkan tidaklah sesuai dengan harapan. Bukannya dapat memulihkan ingatannya, Fathim justru semakin tidak dapat mengontrol kendali dirinya. Ia kehilangan jati dirinya atau kepribadian diri yang seperti biasanya.

    Hal itulah yang membuat Fathim menjadi sosok berbeda di masa SMP nya. Ia menjadi tertutup pada lingkungan sekitar serta menjadi sangat serius dan ambisius dalam sekolahnya serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pendidikan. Kerap kali Fathim hanya menggunakan waktunya untuk belajar dan juga makan. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan diri Fathim yang sebelumnya.

    Dokter Meri yang merupakan dokter ahli sejak kejadian kecelakaan itupun akhirnya, menyarankan pengobatan yang terus dilakukan. Karena dikhawatirkan hal yang tidak diinginkan akan terjadi hal itupun dapat mengganggu kestabilan otak Fathim nantinya. Hingga akhirnya, Davin dan keluarganya pun mundur dari jangkauan Fathim meski seringkali keluarga mereka tetap saling berhubungan dibelakang Fathim.

*****

    "Maafin gue ya, sempat lupa sama Lo dan semuanya di waktu itu." Fathim merasa bersalah karena menganggap Davin sebagai teman barunya yang sebenarnya adalah sahabat di masa kecilnya.

   "Lo gak salah Fat. Waktu itu gue yang salah karena gak mampu ngelindungin Lo sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi."

    "Lo gak salah kok. Anggap aja ini memang takdir yang pada akhirnya memberikan hikmah tersendiri untuk persahabatan kita," Fathim menampilkan senyum manisnya.

    "Soal Lina gimana?" Fathim bertanya pada Davin. Pasalnya selama satu Minggu ia bersekolah setelah dari rumah sakit.

    "Lina masih dalam tahap pemeriksaan. Karena dari kesaksian Alin, hal kayak gitu memang udah jadi kebiasaannya. Dari kecil," ucap Davin dengan nada sedih. Bagaimana mungkin ia tidak sedih, melihat kondisi orang yang memiliki kecenderungan psikopat.

    Ya, Lina diperkirakan memiliki masalah mental yang disebut sebagai kepribadian antisosial disorder. Setelah melakukan survey atas berbagai tindakan kejahatan yang kerap kali ia lakukan. Banyak hal yang membuat Lina memiliki kemungkinan tersebut, yakni pola asuh yang salah dari orangtuanya. Lina terbiasa disuguhkan dengan berbagai kekerasan fisik oleh orangtuanya sedari kecil. Bahkan ada kemungkinan bahwa sisi kecenderungan psikopatnya itu muncul karena faktor genetik yang diturunkan oleh orangtuanya.

   Sedari kecil Lina suka sekali menyiksa binatang atau bahkan hal apapun yang ia rasa dapat menjadi kepuasan tersendiri untuk dirinya. Bahkan tak ayal ia menyiksa teman sebayanya. Alin sering kali memperingati Lina akan hal ini, namun pernah satu kali justru Alin yang menjadi korban atas kelakuan Lina. Hal itu membuat Alin tak berani lagi untuk menegur tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Lina.

    Begitulah kira-kira, hal yang diketahui oleh Davin setelah menanyakan hal itu pada Alin. Ya, bisa dibilang setelah kejadian atas tindakan Lina pada Fathim hubungan mereka menjadi lebih membaik. Bahkan Fika mulai menegur Fathim dan tak lagi mengatakan perkataan kasar padanya. Akan tetapi, Fathim masih cukup waspada akan hal itu. Ia tidak akan mudah percaya, Fathim khawatir ada hal lain yang disembunyikan oleh Fika dan yang lainnya dibalik rencananya beserta teman geng nya itu. Ya, meskipun Lina sudah tidak untuk sementara waktu ini.

    "Lo masih mau lanjutin program diet Lo itu?" Tanya Davin.

    "Belum tau deh. Tujuan gue kan kemaren biar Alin dkk gak menghina gue lagi." Ucap Fathim jujur.

     "Lo inget tentang siapa Alin?" Tanya Davin lagi.

     "Yaa, gue cuma inget kalau kita pernah temenan kan waktu kecil. Tapi kejadian-kejadian lain gak keinget sama gue. Wajar aja sih, masa kecil soalnya." Davin pun hanya mengangguk sebagi respon atas ucapan Fathim.

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang