sakit hati

563 69 4
                                    

    "Fathim, gak sarapan dulu?" Tanya Rio yg msih duduk di meja makan, sementara Fathim seturunnya dari tangga langsung menuju depan pintu.

   "Ha?! Paling cuma makan roti kan?" Ujar Fathim dengan nada menyindir.

   "Fathim kenapa?" Ucap Lia lembut.

   "Gpp, Fathim cape kak. Udah ah, mau langsung berangkat aja," jawab Fathim hendak langsung melangkahkan kakinya menuju halaman depan.

   "Fathim!" Panggil Rio tegas. Refleks Fathim langsung terdiam tanpa berbalik arah, ia hanya mematung pada posisinya.

    Rio menarik nafasnya dalam, "Davin kan belum datang," ucap Rio lembut, tampaknya ia tengah menahan emosinya yang hampir saja meledak karena kelakuan Fathim.

   Ya, Fathim tau abangnya yang satu ini sedikit berbeda ia tegas, dan tidak suka dibantah. Namun Fathim sudah terlanjur sakit hati dengan aturan dari Rio yang sudah keterlaluan menurutnya. Semalaman Fathim memikirkan tujuan sebenarnya ia melakukan perjuangan untuk menurunkan berat badannya ini. Ia memang tidak suka jika terus-menerus ditindas oleh Alin dkk namun tidak dengan kekangan seperti ini juga.

    "Fathim langsung ke rumah Davin aja bang." Davin hanya bisa pasrah melihat Fathim yang kemudian melenggang pergi ke luar rumah.

    Setibanya Fathim dirumah Davin, ia sedikit ragu untuk sekedar mengetuk pintu ataupun memanggil Davin. Meski ia sudah hampir dua bulan menghabiskan waktu bersama Davin dan keluarga mereka juga yang cukup dekat namun baru Fathim sadari bahkan ia belum pernah berkunjung ke rumah Davin yang letaknya hanya bersebrangan dari rumah Rio.

    Lama dia terdiam disana, sampai akhirnya mama Davin yang juga memanggilkan dirinya untuk Fathim dengan panggilan mama. "Fathim, udah disini kenapa gak manggil," mama berujar dengan penuh semangat.

    "Davin, cepetan Fathim udah nunggu nih!" Teriak mama dari luar.

    "Eh, tumben Lo yang nyamperin gue," ujar Davin dengan santainya sambil mengunyah sisa makanan yang masih ada di dalam mulutnya.

    "Ya bagus dong kalau Fathim datang ke rumah kita. Sering-sering ya sayang main kesini, nanti biar mama ajarin masak," mama masih berujar dengan semangat nya.
Fathim bukannya bermaksud untuk tidak menjawab, namun dia bingung harus mengatakan apa maka dia hanya tersenyum kikuk.

    "Yaudah ya ma, Davin sama Fathim berangkat dulu," ujar Davin kemudian mencium tangan mamanya. Fathim yang melihat hal itu langsung mengikuti langkah Davin untuk mencium tangan sang mama. Sungguh senang hati mama mendapatkan Fathim yang mencium tangannya. Mama kemudian mengelus rambut Fathim dengan lembut. Sembari tersenyum haru dan menahan air pada pelupuk matanya.

     Setelah motor ninja Davin berlalu pergi keluar pagar dan meninggalkan halaman barulah mama menitiskan air matanya. Mengingat kejadian-kejadian beberapa tahun lalu. Namun, kenyataan yang sedang terjadi sekarang sudah berbeda dengan kejadian beberapa tahun yang lalu.

                                    *****


     "Hallo fat!" Sapa Lina Sok akrab pada Fathim. Yang memancing seluruh anak kelas untuk menatap kearah mereka. Fathim berusaha cuek dan tidak menggubris hal itu Fathim tetap berfokus pada buku yang tengah dibacanya.

      "Wah... Makin ngelunjak nih!! Guys... Lihat nih Fathim is fat! Songong nya udah makin keterlaluan aja. Gak ada Davin aja dia berani nyuekin gue," ujar Lina dengan nada tinggi agar di dengar oleh teman kelas lainnya.

     Gubrak!!

    Terdengar suara gebrakan meja dari depan, dan orang itu tak lain adalah Davin yang sebenarnya sudah kembali sedari tadi namun memilih untuk menetap dan mendengar apa yang terjadi dari dalam kelas.

    "Lina, Lo gak udah kurang aja ya! Lo bukan siapa-siapa yang berhak melakukan apa aja yang Lo mau termasuk nindaa teman kelas Lo sendiri!" Ucap Davin dengan amarahnya.

    "Davin?!" Lina dan Fika kaget melihat Davin yang ternyata mengetahui perbuatan mereka.

     "Kenapa? Kaget ya ada gue disini. Gue tau semua ulah Lo sama temen-temen Lo itu."

      Lina tak terima dengan kejadian saat ini, ia merasa kesal karena belum puas menindas Fathim namun sudah digagalkan karena kehadiran Davin. Sebenarnya Lina tidak takut pada Davin, hanya sana Alin selaku pimpinan geng mereka sangat melarang keras jika berbuat ulah dihadapan Davin, tentu saja itu karena cinta bertepuk sebelah tangan yang dimiliki oleh Alin terhadap Davin.

      Lina pun berjalan keluar kelas diikuti dengan Fika disampingnya, ketika harus melewati Davin tanpa segan Lina menatapnya dengan sinis. Davin tidak menghiraukan hal itu ia hanya fokus pada wanitanya yang masih duduk diam di kursinya.

    "Fathim, maaf gue telat ya?" Ujar Davin dengan wajah khawatir. Fathim membalasnya dengan mengukir senyum di wajahnya. Ia tidak mau membuat Davin khawatir hanya karena hal yang sebenarnya sudah menjadi makanan hariannya akhir-akhir ini.

      "Fathim gak diapa-apain kan sama Lina?" Tanya Kevin yang sudah berdiri di samping Davin. Fathim mengerutkan keningnya, ia masih bingung dengan keadaan saat ini melihat Kevin yang sudah bersama dengan Davin. Ya, berita terakhir yang Fathim tau Davin sudah tidak pernah bergabung dengan teman-teman nya setelah kehadiran Fathim.

      Mengerti dengan kebingungan Fathim, Kevin segera menjawab, "iya, gue yang salah paham. Sekarang gue udah ngerti kok alasan Davin."

     "Jadi Davin udah baikan sama teman-teman nya kan?" Ujar Fathim antusias. Dan mendapatkan anggukan kompak dari Davin dan Kevin. Fathim terkekeh geli melihatnya. Meskipun baru Kevin yang dilihat kehadirannya Fathim tetap merasa senang atas Davin yang sudah kembali bersatu dengan teman-teman nya. Ia tidak ingin jika harus terus-menerus menjadi beban dan pembuat masalah dalam hidup Davin.

 


Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang