Kenapa!?

595 77 6
                                    

    "Vin, anter gue ke rumah lama ya?"

    "Kenapa tiba-tiba fat?" Davin heran, pasalnya Fathim belum izin kepada Rio.

    "Gpp, lagi kangen aja sama rumah lama." Jawab Fathim.

    "Tapi Lo belum izin sama bang Rio kan."

    "Kalau gue izin pasti gak dikasih lah, mereka itu berlebihan, gue udah gak apa-apa padahal."

     "Ya udah deh, nanti gue kasih alasan ya."

     "Makasih Davin, Lo memang baik deh, hehe..."

     "Yahh... Kalau ada mau nya aja Lo bilang makasih. Yaudah deh, gue mau ke kantin mau nitip gak?"

    "Boleh deh, gue mau nasi goreng dibungkus ya. Sama air mineralnya satu, juz pukat nya satu juga ya. Tambahin, bakso goreng dicampur sama sosis sama naget nya juga sepuluh. Sama roti nya deh dua. Nih uangnya," ujar Fathim menyodorkan selembar uang seratus ribu.

    "Buset, sanggup ngabisin tuh Lo?" Tanya Davin yang ditanggapi anggukan antusias dari Fathim. Iya, dia sudah lama sekali tidak makan di kantin sekolah tapi saat ini dia sudah tak dapat lagi menahan hasrat nya untuk memakan semua makanan yang ada di kantin. Dan sepertinya juga orang-orang itu tidak akan mengganggunya lagi karena sudah hampir seminggu ini mereka tak mendatangi Fathim.

    "Yaudah Sono Vin, keburu masuk ntar kapan gue makannya."

    "Iya-iya," ujar Davin dan kemudian berlalu pergi menuju kantin sekolah.

    Huhhh.. entah mengapa Fathim merasa lega, karena pikirannya sudah terbebas dari tekanan yang dipikul nya akibat gangguan dari kakak kelas nya tempo hari.

    Baru saja ia berfikir demikian, sebelum akhirnya Lina, Fika, Alin, Fanny, dan Yuni mendatanginya.

     "Wahhh... Udah berlagak jadi tuan putri sekarang ya!" Ujar Alin sambil menepuk tangannya seperti orang yang memberikan apresiasi. Namun, tepukan itu bukan untuk hal semacam itu melainkan seperti bentuk cibiran.

    "Cocok nih buat FTV, tuan putri Fat yang berlagak," sambung Fanny.

     "Berlagak pinter, berlagak cakep, berlagak tuan putri pula. Mau nyaingin gue Lo!?" Lina turut campur.

     "Udah udah, kita berlima gak boleh nyudutin Fathim yang cuma sendiri kayak gini," Yuni angkat bicara.

     "Bener tuh kata Yuni kita gak boleh jahatin Fathim," sambung Fika membenarkan ucapan Yuni.

     "Pantesnya itu satu sekolah ini yang labrak dia! Cewek Fat kayak dia ngapain sih di SMA Garuda?" Yuni meninggikan suaranya diikuti dengan gelak tawa Fika. Serta berubahnya ekspresi wajah dari anggota yang lainnya, mulanya bingung dengan ucapan Yuni namun kini justru ikut tertawa terbahak-bahak.

     "Bener banget, udah ah yuk... Kita kesini cuma mau ngingetin lo... gak usah sok ya disini. Mau berlagak jadiin Davin kacung Lo?" Lina bersuara kembali.

    "Davin itu emang baik, jadi jangan baper ya Lo. Dia cuma kasian sama Lo, ngerti!? Seleranya Davin bukan sama cewek Fat kayak Lo ya. Yang ada Lo cuma menjadi benalu dalam hidup Davin bahkan Davin sekarang harus kehilangan pertemanannya," tutur Alin.

     "Davin itu cuma pantes sama Alin bukan sama lo, Dan jangan lupa jaga mulut Lo, jangan sampai Davin tau soal ini!" Lina berujar terakhir kali sebelum akhirnya berlalu dan meninggalkan Fathim yang sedari tadi hanya diam.

    Kenapa!? Kenapa harus gue sih yang ngalamin hal kayak gini. Tuhan, salah Fathim apa sampai harus berurusan sama mereka?

     "Fathim, gue liat rombongan Alin sama Lina dari kelas kita tadi. Mereka ngapain Lo?" Davin datang dengan muka khawatirnya. Dan hanya dibalas senyuman oleh Fathim. Matanya sudah sayu karena sedih, wajahnya juga pucat karena di labrak tiba-tiba seperti tadi.

      "Lo udah janji kan bakalan kasih tau gue kalau ada apa-apa. Lo gak lupa sama janji Lo kan?"

     "Iya Davin Fathim inget, tapi tadi mereka emang gak ada ngapa-ngapain, jadi apa yang harus Fathim bilang ke Davin." Fathim memaksakan senyumnya. Ia teringat akan perkataan Yuni kakak kelasnya itu, yang mengatakan bahwa Davin adalah milik Alin, apa maksudnya itu?

*****

   "Kita mampir kesini dulu ya," Davin memarkirkan motornya di parkiran ruko yang menjajakan bakso gunung. Fathim tak menjawab ia hanya mengikutinya saja. Saat ini Davin akan memenuhi permintaan Fathim yang ingin ke rumah lama nya. Bahkan Davin sudah meminta izin pada Rio, dan memberikan alasan yang dapat diterima.

    "Lo mau pesen apaan?" Tanya Davin sambil melihat daftar menu. Itu karena tempat ini tidak hanya menjual bakso saja, ya meskipun bakso memang adalah menu utamanya.

    "Samain kayak Davin aja," Fathim menjawab masih dengan wajah tak bersemangat. Davin pun akhirnya memesan dua porsi bakso jumbo dengan minuman dua gelas jus strawberry.

    "Davin..." Panggil Fathim setelah sekian lama terdiam dalam lamunannya.

     "Kenapa fat?"

     "Davin ingat kan yang waktu Fathim baru pindah ke SMA Garuda, Fathim lihat waktu itu Davin sama teman-teman Davin. Tapi kenapa sekarang Fathim gak pernah ngelihat Davin kumpul sama mereka lagi?" Tanya Fathim dengan wajah serius.

   Davin kaget sekaligus heran dengan pertanyaan Fathim, apa maksudnya ini? Jujur saja mereka sedang terlibat perselisihan saat ini, itulah akibatnya sudah sekitar sebulanan Davin tak bersama teman-teman sekumpulannya. Jika tidak bersama Fathim, maka Davin hanya akan bersama dengan Vino adik sepupunya yang tergolong kuper dan tak memiliki teman.

      Melihat Davin yang kebingungan menjawab pertanyaan darinya, Fathim mulai mengerti dirinya lah yang menjadi penyebab Davin tak lagi bersama teman-teman nya. Fathim memang belum mengetahui detail alasannya, namun melihat sorotan mata Davin, ia yakin, dugaannya tak salah. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Yuni.

    Kenapa!? Bahkan saat ini ia harus menjadi benalu dan mengacaukan kehidupan Davin.  Tampaknya Fathim tak bisa begini terus, ia harus bertindak.

   

   

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang