siapa?

532 59 6
                                    

   "Davin," ujar Fathim saat pertama kali membuka matanya dan sosok pertama yang tertangkap oleh Indra penglihatannya adalah Davin. Fathim mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga akhirnya ia tersadar akan kejadian beberapa waktu yang lalu. Iya, setelah saat itu Fathim tak sadarkan diri akibat banyaknya pendarahan pada kepalanya.

    "Udah gak papa kan fat?" Tanya Davin khawatir. Fathim mengangguk, meski sebenarnya badannya masih terasa sakit-sakit karena beberapa benturan yang dibuat oleh Lina.

   "Vin, Lina itu siapa?" Fathim bertanya dengan tatapan sendu mengarah pada langit-langit putih di ruang UKS. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu antara hubungannya dengan Lina.

  "Dan, lo juga siapa?" Sambung Fathim lagi yang kini mengalihkan pandangannya pada Davin. Yang ditanya sungguh merasa kaget. Ia tak menyangka jika pertanyaan seperti itu akan keluar dari mulut Fathim. Ia tak tak pernah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan semacam ini sebelumnya. Davin belum siap untuk satu pertanyaan ini.

   Jujur saja, sejak pertama melihat Fathim di halte sekolah waktu itu, ingin rasanya Davin segera mengungkapkan siapa dirinya dan bagaimana hubungan mereka. Namun sayang, Davin tak mau mengambil resiko jika kondisi buruk Fathim akan kambuh kembali nantinya.

   "Maksudnya?" Davin balik bertanya seolah tak mengerti dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Fathim.

   "Davin, Alin, Lina, sama Fathim. Kita ada hubungan apa?" Fathim memperjelas pertanyaannya.

   "Hubungan? Hubungan teman sekolah maksudnya?" Davin berpura-pura bego.

   "Bukan Davin. Fathim yakin ada hubungan lain antara kita bertiga, tentang hubungan di masa lalu mungkin?" Fathim mengira-ngira. Davin tersentak, bagaimana tidak? Perkiraan Fathim itu memang benar. Mereka memiliki hubungan di masa lalu, yang sebenarnya sudah lama tiada. Hanya saja tak pernah disangka bahwa Lina akan tersulut emosi kala mengetahui bahwa Fathim adalah orang yang sama dengan Athim di masa itu.

   "Udah ya Fathim. Lo kebanyakan mikir deh kayaknya, makanya jadi ngawur. Sekarang istirahat aja ya, gue udah kasih tau bang Rio supaya Lo langsung dibawa pulang dan periksa ke dokter."

   Fathim membuang nafas kasar, ia kesal karena pertanyaannya tak terjawab. Ia yakin sekali bahwa perkiraannya itu tidak salah. Ada sesuatu di antara mereka, namun kenapa Fathim tidak bisa mengingat apapun. Semakin di paksakan untuk mengingat kepalanya justru semakin sakit.

   "Fathim, Lo udah gak kenapa-napa kan?" Tanya Fika yang baru saja beranjak dari ranjang di sebelah Fathim. Fathim dan Davin kemudian menolah ke arah Fika. Tulang pipinya membiru, pasti akibat pukulan pipa itu. Fathim mengangguk sebagai jawaban, "makasih ya udah nolongin gue," ujarnya kemudian. Dan dibalas anggukan serta senyum ramah dari Fika.

   "Gue gak nyangka kalau Lina sampai bisa ngelakuin hal kaya tadi," ucap Fika dengan tatapan lurus kedepan. Masih terbayang dengan jelas di kepalanya hal-hal apa saja yang dilakukan oleh Lina tadi.

   "Udah, intinya kalian udah selamet sekarang. Jadiin pelajaran aja, kita udah sama-sama tau sisi lain dari Lina," ujar Davin bijak yang mendapat anggukan dari Fathim dan Fika.

   Hingga tak lama setelahnya, Rio datang bersama dengan pak Yono. Karena waktunya bersamaan dengan waktu pulang Fifi alhasil Fifi pun turut serta saat ini.

    "Fathim, apa aja yang dilakuin sama anak brutal itu?" Rio datang dengan langkah tergesa-gesa menuju UKS, dan bertanya dengan nada khawatir sekaligus marah. Setelah mendengar berita tentang kejadian tadi, Rio segera keluar dan membatalkan meeting nya, Bagi Rio adiknya lebih penting saat ini

    "Fathim gak papa kok bang," jawab Fathim dengan ulasan senyum terindahnya. Ia tak ingin menjadi beban lebih jauh lagi untuk abangnya karena membuatnya khawatir.

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang