Extra Part [1]

723 42 0
                                    

     "Gimana hasilnya?"

     "Ya, gitu deh Vin. Kaya biasa."

     "Iya tau yang pinter."

     "Apaan sih Davin, Lo nanya ya gue jawab dong."

     "Iya-iya. Jadi habis ini mau kemana?"

      "Pulang lah, capek gue."

      "Kalo entar malem gue ajak keluar gimana?"

      "Ya dibahasnya entar malem dong, Davin. Udah deh, anter gue ke rumah dulu. Lo gak kasian apa liat gue udah lemes kaya gini."

       "Iya, tuan putri. Maaf-maaf." Davin cengengesan melihat Fathim yang memang sudah tampak kelelahan.

       Segera Davin membukakan pintu disamping kursi kemudi untuk diduduki Fathim. Dan kemudian Davin juga ikut masuk ke mobil serta melajukan kendaraannya membelah keramaian jalan raya.

*****

   "Gak masuk dulu?" Tanya Fathim setibanya mereka di halaman rumah Fathim.

    "Engga deh. Paling entar malem gue kesini lagi, jemput Lo jalan."

    "Eh, sejak kapan gue setuju?"

    "Sejak gue ngajak Lo, Lo emang udah harus setuju. Okay, see you tonight, " ucap Davin yang segera pergi dari hadapan Fathim, sebelum Fathim sempat menjawab perkataannya.

     "Davin kebiasaan deh. Selalu aja maksa." Gerutu Fathim.

*****

     Meski siang tadi, ia bersikeras menolak namun pada akhirnya Fathim menghabiskan waktu yang cukup lama untuk bersiap sebelum Davin datang menjemputnya.

     Fathim bukan lagi gadis lugu dan polos yang dulu. Ia juga sudah bertransformasi menjadi gadis cantik yang sangat-sangat mempedulikan penampilan luarnya.

     Beberapa tahun di masa kuliah hingga perasaan bagaimana sulitnya mencari kerja, ia sadar bahwa ternyata tidak cukup hanya dengan good attitude. Karena pada kenyataannya semakin lama good looking justru diatas segalanya. Perubahan Fathim bukan berarti hanya karena ia setuju dengan asumsi itu. Karena sesungguhnya, tujuan utama perubahan besar yang ada pada dirinya saat ini hanya karena tidak ingin membuat Davin merasa malu.

     Fathim tau, jika Davin tidak pernah sekalipun merasa malu ataupun protes dengan penampilan luar Fathim. Akan tetapi, Fathim tidak ingin jika Davin terus-terusan mendapatkan komentar buruk karena selalu berdekatan dengan sosok buruk rupa seperti dirinya.

    Sejak sore hari Fathim mempersiapkan penampilannya untuk pergi keluar susuai ajakan Davin siang tadi. Hingga akhirnya, ia siap dengan penampilannya. Sudah hampir satu bulan ini, Fathim bertransformasi dari seorang yang dicela buruk rupa menjadi gadis yang dipuja-puja.

     Tentu saja semua itu tidak mudah ia dapatkan, karena pada kenyataannya perjuangan dan pengorbanan besar yang harus ia lakukan. Meski sudah mendapatkan bentuk tubuh yang ideal sekalipun, Fathim tetap tidak bisa berhenti sampai disitu saja. Karena hal yang lebih sulit tentunya adalah menjaga porsi tubuhnya agar tidak kembali seperti sebelumnya karena pola makan yang salah serta kemalasan dalam berolahraga.

     "Fathim, Davin udah nungguin tuh," celoteh Farel yang seenak jidatnya langsung membuka pintu kamar Fathim tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang