Kesel!!

532 68 5
                                    

   "Yeayy... Bi Munah masak enak nih," ujar Fathim dengan tidak sabar ingin segera mencomot kentang goreng yang tersedia di atas meja. Mungkin itu memang makanan sederhana, namun tidak bagi Fathim, Fries are his favorite.

    "Iya non Fathim, Masih banyak kok di dapur, habisin aja kalau non Fathim suka," jawab bi Munah friendly.

    Fathim dengan segera mengambil tempat duduknya bersiap untuk melahap makanan kesukaannya itu. Belum sempat ia memasukkan sepotong kentang goreng itu, seseorang merenggutnya, "Eits.. gak boleh!" Ucap Davin yang langsung memasukkan kentang yang baru di renggutnya itu kedalam mulut.

    "Davin! Itu kentang gue," kesal Fathim.

    "Lo lagi diet, gak boleh makan yang kayak gini!" Ujar Davin dengan tegas.

    "Ishhh..." Fathim bergumam pelan dan mencoba mencari menu makanan lain. Dia pun menemukan spageti yang baru saja disajikan oleh Bi Munah.

     Lagi dan lagi, Davin menghalangi Fathim untuk mencicipi masakan dari bi Munah. "Gak boleh Fathim!"

    "Kalau semua gak boleh, gue harus makan apa dong!?" Fathim mulai tidak tahan.

    "Sabar!" Ucap Davin sembari berjalan ke dapur. Tak lama setelahnya ia kembali dengan membawakan sebuah mangkuk yang entah apa isinya.

    "Lo cuma boleh makan ini, nah karena gue tau Lo punya mag... Maka gue bakal perbolehkan Lo untuk makan nasi, tapi gue yang ngatur porsi nya," Davin berujar dengan mantap. Meletakkan semangkuk sop yang hanya berisi sayuran dan sepiring nasi yang porsi nya jauh dari porsi makan Fathim biasanya.

    "Emang harus sampe segini nya ya?" Fathim merasa tak terima jika sampai urusan makan yang merupakan urusan pribadinya pun turut dicampuri dengan aturan Davin.

    "Ya harus lah bambank, untuk mendapatkan hasil yang sempurna itu gak gampang. Butuh perjuangan!" Davin mencoba membuat Fathim mengerti.

    "Gue Kesel!! Enggak, pokoknya soal makan itu urusan gue. Lo cuma boleh ngatur gue dalam jam olahraga," Fathim benar-benar tidak tahan lagi dengan aturan yang diberikan oleh Davin.

    "Ada apaan sih, kok pada ribut?" Tanya Lia yang baru saja keluar dari kamar Fifi.

    "Kak Lia, liat Davin tuh... Masak makan Fathim aja mau diatur-atur," Fathim memonyongkan bibirnya, aksi yang biasa dilakukan olehnya jika mengadu pada mami akibat Farel yang mengusiknya.

     "Hmm, itu memang udah tugas Davin. Kan, Abang kamu yang minta Davin untuk mengawasi program diet kamu," Lia memberikan penjelasan.

   Sebenarnya Lia tidak tega jika harus ikut-ikutan memperketat kehidupan Fathim dalam program diet nya. Akan tetapi sudah diamankan oleh sang suami agar Fathim lebih serius dalam misi nya itu. Mungkin ini akan menjadi jalan terbaik, agar Fathim bisa menjadi perempuan yang lebih dewasa nantinya dan tentu tidak ditindas lagi oleh teman di sekolahnya.

   "Kak Lia..." Fathim berujar dengan nada kecewa, tak menyangka jika kakak iparnya juga ikut menahannya dalam aturan makan.

   Dengan pasrah Fathim menerima sup dan nasi yang banyaknya tak seberapa yang tadi sudah di persiapkan oleh Davin. Perlahan ia mulai memasukkan suap demi suapan makanan itu ke dalam mulutnya. Ia tak peduli jika Davin dan Lia memandanginya, entah dengan tatapan apapun itu.  Yang jelas, Fathim merasa sangat Kesal jika harus seperti ini.

   Davin mengambil tempat untuk duduk di samping Fathim. "Maaf ya, gue terpaksa kayak gini. Semua ini juga untuk Lo kok," ucap Davin dengan lembut seraya memasang wajah iba melihat Fathim yang sepetinya merasa tersiksa dengan makanan yang tidak sesuai keinginannya.

   Davin mengambil piring yang berisi kentang goreng itu, betapa tersentuh nya Fathim ketika melihat Davin yang simpati pada dirinya sebelum akhirnya, "gue makan semua kentang ini ya, gue harap dapat mewakili Lo dalam menikmati lezatnya masakan bi Munah," ujar Davin yang sangat tidak sesuai dengan ekspektasi Fathim. Namun anehnya, Davin masih dengan ekspresi tak bersalah seakan ia benar-benar simpati pada Fathim yang sebenarnya ia justru sedang memancing Fathim untuk semakin tersulut dalam amarahnya.

   "Davin! Ihh, gue kesel sama Lo," ucap Fathim yang langsung meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan makannya. Ia berjalan dengan kaki yang dihentakkan ke lantai menuju kamarnya dan kemudian membanting kuat pintunya. Lia dan Davin yang menyaksikan hal itu merasa kaget, namun hanya mampu menggelengkan kepalanya. Bagaimanapun untuk tahap awal Fathim memang harus mendapatkan penahanan yang cukup ketat agar terbiasa nantinya.

     "Mami, Aunty kenapa?" Tanya Fifi seraya mengucek matanya bergantian, kamarnya terletak di sebelah kamar Fathim yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat mendengar bantingan pintu tadi. Terlebih Fifi memang tergolong anak dengan pendengaran yang sensitif, tidurnya dapat terganggu hanya dengan mendengar sedikit keributan.

    "Sayang, aunty kan mau diet jadi makannya harus di kurangi. Tapi, aunty merasa kesal akan hal itu makanya aunty sedikit marah," Lia menjelaskan kejadian sebenarnya pada anak perempuan nya itu.

    "Kenapa gitu? Kan kasian aunty nya. Bang Davin, sana bujuk aunty Fathim. Kan kalau perempuannya lagi marah pacarnya pasti akan membujuk," Fifi berujar dengan wajah polosnya seakan yang di ucapkan olehnya hanyalah hal biasa.

    "Fifi, gak boleh ngomong pacar-pacaran lagi. Kamu masih kecil!" Tegas Lia.

    "Ih mama, Fifi tau. Fifi memang gak pacaran kok cuma temen Fifi di TK aja tuh yang kayak gitu. Mama sama papa kan udah ngelarang Fifi. Dan yang Fifi maksud saat ini itu tentang bang Davin sama aunty Fathim.
   
    "Fifi sayang, bang Davin sama aunty Fathim enggak pacaran. Bang Davin cuma temen nya aja, temen deketnya. Nanti kalau Fifi ngomong gitu lagi aunty Fathim bisa marah loh," jawab Davin sembari menunduk dan menyamakan posisinya dengan Fifi yang masih berdiri. Dan Fifi, hanya membalasnya dengan hembusan nafas, ia kesal dengan jawaban yang sama berulang kali. Mau bagaimanapun bagi Fifi Davin dan Fathim adalah sepasang kekasih.

   

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang