Maaf

507 53 3
                                    

   "Bang Lo sayang gak sama gue?" Tanya Fathim pada Farel. Karena yang lain sedang pada jam kerja, Farel yang di minta untuk menjaga Fathim di rumah sakit hari ini.

   "Nanya apa sih ko dek? Ya sayang lah," jawab Farel santai yang memang sedang asyik memainkan game pada handphone nya.

    "Lo mau jawab pertanyaan gue?" Tanya Fathim lagi. Membuat Farel melirik ke arah adik perempuannya itu sebentar, dan kemudian melanjutkan menatap handphone nya. "Apaan emang?" Ucap Farel setelahnya.

    "Davin itu siapa sih?" Tanya Fathim akhirnya.

   "Damn! Kalah kan gue. Lo nanya apa sih?" Kesal Farel karena kalah dari permainannya. Dan ternyata, ia bahkan tidak menyimak pertanyaan Fathim.

   "Ish, makanya Lo dengerin kalau gue ngomong."

   "Cepetan, nanya apa sih emangnya?"

    "Gue tanya, Davin itu siapa? Dan apa hubungannya gue sama ulang tahun Davin?" Tanya Fathim lagi mengulangi serta menambahkan pertanyaannya yang tadi.

   "Ha?! Davin? Hmm... Dia temen futsal gue. Terus, sekarang juga temen sekolah Lo kan. Eh, oh iya... Dia juga tetangga Rio kan. Ya, kalian tetanggaan juga," jawab Farel yang agak gelagapan karena terkejut dengan pertanyaan dari Fathim.

    "Cuma itu aja?" Fathim tampak ragu.

    "Jadi Lo mau nya apa?"

    "Gue ngerasa ada hubungan lain sama Davin. Tapi gue juga masih gak tau apa. Terus soal keluarga kita yang Deket itu gimana?"

   "Hmmm... Orang tua Davin sama orang tua kita temenan," jawab Farel yang tidak sepenuhnya berbohong.

   "Pliss bang, gue tau ada hal lain, terlebih soal ulang tahun Davin yang gue sendiri gak tau apa kaitannya sama diri gue. Kenapa gak ada yang mau ngasih tau gue sih, apa yang kalian sembunyikan dari gue" ucap Fathim dengan wajah memelas dan bahkan air matanya sudah menggenang di pelupuk mata.

    Farel tampak berfikir sejenak, ia tau yang akan ia lakukan salah menurut kedokteran. Akan tetapi, tidak baik juga jika harus menyembunyikan hal ini terus-menerus dari Fathim. Sudah hampir lima tahun berlalu setelah kejadian itu. Entah kenapa Farel justru memiliki tekad untuk memberitahu pada Fathim.

    "Hmmm, eh... Gue baru inget ada jam kampus jam segini. Gue berangkat dulu ya. Nanti gue nyuruh Davin langsung kesini setelah pulang sekolah ya," ujar Farel yang tergesa-gesa mengambil kunci nya dan berlalu ke luar ruangan.

   Ya, Farel tidak ingin mengambil resiko besar nantinya setelah menyampaikan hal yang masih dilarang untuk diketahui oleh Fathim. Apalagi jika Abang tertuanya tau, bisa habis dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil alih suasana dan meninggalkan Fathim. Jika ia terus-menerus memberikan alasan dan berbohong pada adiknya, hal itu pasti akan mudah diketahui terlebih jika mengingat adik perempuan sekaligus adik satu-satunya itu adalah anak yang cerdas.

    *****

   Di sekolah saat ini para siswa tampak heboh dan sibuk bergosip tentang aksi Lina kemarin. Mungkin memang benar jika banyak diantara mereka yang mengejek Fathim karena tubuh 'fat' nya. Tapi tidak dengan melakukan tindak kekerasan atau kriminal lainnya.

    Untuk Davin sendiri, ia sangat merasa bersalah karena tak berhasil melindungi orang yang disayanginya itu. Fathim mungkin mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa, akan tetapi Davin yakin Fathim sangat terpukul terlebih syok karena mendapat perlakuan seperti itu.

   Mereka sedang duduk di kantin saat ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Davin, Dhirga, Lucas, Daniel, Azriel, dan Kevin. Tak banyak yang mereka lakukan, hanya rutinitas keseharian mereka saja. Berkumpul, terkadang saling bercanda ria, atau bahkan sibuk dengan gadget masing-masing.

   Dan kali ini, sama seperti murid SMA Garuda lainnya mereka tengah membahas tentang kelakuan Lina yang mengakibatkan Fathim dan Fika sebagai korban. Namun tampaknya ada yang tidak bersemangat dalam pembicaraan mereka di hari ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Davin.

    Ia masih memikirkan bagaimana keadaan  Fathimnya saat ini. Kemarin, satu harian ia menemani Fathim di rumah sakit. Sejujurnya ia tidak ingin masuk sekolah hari ini, aja tetapi Fathim bersikeras menyuruhnya untuk tidak bolos. Hingga akhirnya setelah perdebatan panjang, Davin mengalah dan kembali ke rumahnya agar paginya bisa  berangkat ke sekolah.

   Berbeda dengan Davin yang dirundung kekhawatiran, Kevin juga tampak berbeda dengan mengekspresikan sesuatu yang tak dapat ditebak.

    "Nah, gue tau nih kalau Davin lagi galau kepikiran sama Fathim. Tapi kalau Lo kenapa Kev?" Tanya Azriel yang mengetahui perbedaan sahabatnya itu.

    "Ha?!" Kevin tampak linglung ketika di tanya. Sepertinya benar jika dia sedang memendam sesuatu dalam pikirannya. Davin pun kini ikut mengalihkan pandangannya ke arah Kevin.

   "Lo kenapa?" Tanya Dhirga kali ini.

    "Eh itu, gue mau ngomong sesuatu sama Davin," ujar Kevin dengan senyum kikuknya.

   "Berdua doang?" Daniel bertanya dengan penuh selidik. Dan mendapatkan anggukan dari Kevin membuat Davin mengerutkan keningnya. Serta ekspresi bingung dari teman-teman yang lainnya juga.

   "Ngomong apaan sih emangnya? Gak bisa disini aja?" Ucap Davin.

   "Enggak Vin, Lo ikut gue aja sekarang."

  Hingga akhirnya Davin dan Kevin pun pamit untuk berbicara empat mata. Jujur tak biasanya Kevin begini, apalagi memiliki rahasia dari mereka semua. Namun ya, mereka juga menghargai privasi.

*****

    "Ada apaan sih Kev?" Tanya Davin setelah sekiranya cukup jauh dari keramaian.

   "Sebelumnya gue minta maaf banget sama Lo. Semuanya tergantung sama Lo mau marah atau enggak ke gue, karena gue sadar yang gue lakuin ini salah," tutur Kevin pada kalimat pembukanya.

     "Iya, tapi kenapa?" Davin sudah tak sabar.

     "Lo tau siapa yang ngasih tau Lina kalau Fathim itu adalah Athim?"

     "Hm, Gue gak tau. Memangnya siapa?" Davin penuh selidik.

    "Maafin gue Vin. Gue yang ngasih tau Lina." Ungkap Kevin jujur yang berhasil membuat Davin terkejut.

    "Lo? Tapi, kenapa?" Davin tak percaya. Pasalnya Kevin memanglah orang yang paling di percaya olehnya sehingga membuat Kevin mengetahui keseluruhan secara detail masalah rumit dalam kehidupannya.

     "Maaf, gue tau ini salah. Gue nyesel Vin, gue gak tau kalau akibatnya bakal nyampe kayak gini. Gue gak pernah nyangka bahwa Lina adalah orang yang sekejam itu. Gue pikir, gak akan ada yang terjadi kalau gue ngasih tau Lina jawaban jujur tentang pertanyaannya waktu itu ke gue. Lo tau kan, gue udah suka sama Lina dari lama, dan ya... Ini bisa jadi peluang buat gue--" jelas Kevin panjang lebar namun terpotong karena Davin yang mendadak pergi meninggalkan nya begitu saja dengan amarah dalam hatinya.

   Davin tak menyangka, orang yang paling ia percaya akan menjadi orang yang menusuknya suatu hari nanti. Benar tentang kalimat itu, Davin mengalaminya sekarang. Lebih parahnya lagi, Kevin memanfaatkan rahasia hidupnya demi apa katanya? Ya, demi orang yang ia suka. Hanya demi sebuah cinta, yang nyatanya masih menjadi cinta monyet pada usia remaja mereka. Kevin tidak akan mengerti, bagaimana rasa dalam sebuah persahabatan yang sudah terbangun sejak kecil dan harus kandas karena kehendak takdir.

  

 

 

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang