memori lamanya

533 65 9
                                    

    "Fathim, Lo gak apa-apa?" Tanya Davin dan juga beberapa anak lainnya, yang sudah pasti adalah teman-teman Davin yang juga sudah menjadi teman Fathim. Mereka semua menjenguk Fathim yang berada di rumah sakit karena kejadian semalam.

     "Udah gak kenapa-napa kok sekarang," jawab Fathim yang memang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

     "Ini ada buah-buahan sama beberapa makanan lain buat Lo, cepat sembuh ya!" Ujar Dhirga sembari meletakkan buah tangan yang ia bawa di atas nakas rumah sakit.

     "Makasih banyak ya," jawab Fathim.

     "Kok bisa sampai masuk rumah sakit sih Fat?" Tanya Lucas.

     "Gue juga gak tau, semalam gue lagi belajar mendadak kepala gue pusing banget. Eh, pas mau baring ke kasur malah langsung tumbang."

      "Kebanyakan belajar kali lo, udah pinter juga jangan di tambah-tambah lah pinternya," ucap Azriel dengan nada bercanda yang diikuti dengan tawa dari mereka semua.

     "Mending Fathim pinternya kelebihan, daripada Lo goblok nya kebangetan!" Candaan dari Daniel untuk Azriel membuat mereka tertawa puas.

     "Sebenarnya gue udah lumayan sering sih ngalamin kayak gini," ucap Fathim yang membuat mereka semua terdiam setelah puas tertawa.

     "Udah sering fat?" Tanya Davin dengan nada khawatir. Dan Fathim hanya menjawab dengan anggukan kecil, karena kaget dengan respon Davin yang sangat khawatir seperti itu.

     Kemudian terdengar suara pintu terbuka, dan itu adalah Rio. Ia membawakan sekantong belanjaan berisi cemilan untuk tamu adiknya itu. "Ini di makanin, gak ada apa-apa disini," ujarnya sambil mengerahkan kantong tersebut.

    "Davin, ikut gue dulu!" Ajak Rio. Yang langsung diikuti oleh Davin. Namun sebelumnya ia sempat memberikan kode pada teman-temannya yang mengartikan bentar ya, begitu kira-kira.

   *****

   "Fin, Lo tau gak ada apa sama Fathim sebenarnya?" Tanya Rio setibanya mereka di luar ruangan yang memang keberadaan nya cukup jauh agar tidak di dengar oleh orang lain.

    "Enggak bang, emang ada apaan?" Davin balik bertanya.

     "Dokter lamanya Fathim bilang, kalau ada sesuatu yang membuat dia secara tidak sadar mendorong memori lamanya," jelas Rio.

   "Kok bisa gitu bang?" Davin kaget dibuatnya.

   "Gue juga gak tau kenapa, makanya gue nanyak sama Lo. Sekarang Lo ngertikan kenapa gue gak ngizinin Lo terlalu lama Deket sama Fathim, apalagi jalan bareng sama dia."

   "Iya bang, maaf." Davin merasa bersalah.

   "Sekarang gue bukan mau nyalahin Lo, gue cuma minta Lo bantu selidiki masalah ini. Gue takut Fathim malah jadi kenapa-napa nanti."

    "Pasti bang, bakal gue cari tau!"

     "Yaudah makasih ya, Lo hibur terus Fathimnya. Gue udah pesen sama Lo dari awal-awal untuk gak ngungkit sesuatu yang sering terjadi di masa itu."

    "Iya bang, gue inget."

    "Yaudah, balik kesana lagi gih. Entar malah curiga," ujar Rio yang disetujui oleh Davin.

     Setibanya Davin pada ruangan dimana Fathim terbaring, dan teman-temannya berada dapat didengar oleh Fathim mereka sedang tertawa senang. Syukurlah setidaknya ada sesuatu yang mengalihkan pikiran Fathim dari masalah yang ada di dalam pikirannya. Davin masih mencoba berfikir keras, hal apa yang membuat Davin sampai mengalami kondisi seperti saat ini.

    Selama ini, Davin menyimpan dan menyembunyikan jauh-jauh segala perasaan dan pikirannya tentang segala hal yang terjadi di masa itu. Saat itu adalah masa terburuk yang pernah menimpanya. Masa dimana semuanya berubah, masa dimana semuanya tak lagi sama, masa dimana awal yang baru bermula. Jika mengingat semua hal itu Davin selalu ingin meneteskan air matanya. Namun ia menepis hal itu jauh-jauh. Sebagai seorang lelaki ia tak boleh terbawa akan perasaanya, yang harus dilakukannya sekarang adalah melindungi sosok yang ada dihadapannya agar hal serupa tak lagi terjadi.

    "Woi, Davin! Bengong aja Lo," suara dari Daniel mengagetkan Davin.

   "Eh, gak lah... Gue cuma lagi mikir untuk tugas besok gimana ya. Fathim lagi sakit soalnya."

    "Ha!? Besok ada tugas, tugas apaan? Kok gak bilang ke gue!" Sontak hal itu mengagetkan Fathim, dan ia langsung terduduk bahkan hampir menjatuhkan infusan di tangannya untuk saja di tahan oleh Azriel yang berdiri di sampingnya.

   "Biasa aja kali Fat, gue cuma becanda kok. Lagian kalau iya pun, lo tetap harus istirahat!" Ujar Davin.

    "Yah, gak bisa gitulah. Pokoknya besok gue udah harus balik ke sekolah. Dalam bulan ini aja ya, udah dua kali gue gak masuk. Padahal sebelumnya gak pernah absen."

     "Lo mah kerajinan fat, tuh liat si Azriel alpa sebulan juga dia mah bodo amat," ujar Lucas yang disetujui oleh yang lainnya.

    "Gue mah emang panutan, tapi anak kayak Fathim gak bisa deh kayaknya kalau harus niru gue," ucap Azriel dengan nada sok-sok an.

   "Eh sorry gue lama ya," ucap Kevin setibanya di ruangan itu.

   "Eh, baru sadar gue Kevin gak ada. Kemana Lo tadi?" Tanya Davin.

    "Biasa panggilan alam," jawabnya.

    "Lo mah kebiasaan, gak dimana-mana panggilan alam terus," ledek Dhirga yang menjadi hiburan bagi mereka semua.

    "Ya baguslah, artinya gue ini sehat. Tiap saat membuang sisa-sisa sari makanan yang ada di dalam tubuh gue,"

    "Serah lu lah mau ngomong apa, padahal kita lagi gak belajar biologi," kesal Azriel karena nampaknya ia tak mengerti sama sekali tentang apa yang diucapkan oleh Kevin.

    "Lo nya aja yang terlalu bego!" Seru Davin sembari sedikit menjitak kepala Azriel agar kebodohan nya itu dapat sedikit berkurang. Dan hal itu membuat yang ada disana tertawa melihatnya.

    "Aduh, sakit aa'..." Ucap Azriel ala-ala bencong kalengan.

     "Jiji gua," jawab Davin sambil bergidik ngeri membayangkan Azriel yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Semakin puaslah mereka semua tertawa, begitu juga dengan Fathim yang tampaknya sudah lupa akan masalah yang tengah dihadapinya.

 

    

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang