Degg!

551 69 3
                                    

    Titt... titt... titt...

     Terdengar suara klakson motor dari halaman rumah Rio. Fathim yang berada di lantai atas tentu hanya dapat mendengar samar, terlebih ia sedang sangat fokus dengan buku yang sedang ia baca. Tak lama setelah itu Bi Lisna, yang bertugas sebagai babby sitter atau penjaga Fifi itu datang dan mengetuk kamar Fathim.

    "Eh, ada apa bi?" Tanya Fathim setelah membukakan pintu kamarnya. "Itu non, den Davin nunggu di bawah."

     "Loh kok?" Ujar Fathim, menanyakan tujuan kedatangan Davin pada pukul 19.00 wib ini.

    "Eh, saya juga ga tau non. Nyonya sama tuan lagi pergi juga sama non Fifi. Coba non samperin aja dulu. Kasian udah nungguin dari tadi," jawab bi Lisna.

    "Dari tadi?" Fathim kembali bertanya.

    "Iya non, langsung disamperin aja gih."

    "Iya deh bi, makasih ya." Fathim pun segera keluar kamar tanpa membenarkan penampilan nya yang biasa dilakukan oleh anak perempuan jika temannya datang kerumah terlebih temannya itu adalah teman lelaki seperti Davin. Fathim hanya mengenakan dress tidur yang cukup tebal dengan panjang selutut dan lengan sebahu, bergambar beruang berwarna abu-abu, rambutnya diikat kuda seperti biasa.

    "Kenapa ya Fin?" Tanya Fathim to the poin setibanya di ruang tamu.

    "Lo lupa?" Ujar Davin.

    "Ha?!" Fathim tak mengerti.

    "Janji ngumpul bareng temen-temen gue," ujar Davin mengingatkan.

    "Eh, gue beneran ikut?" Fathim masih tak percaya, pasalnya ia benar-benar sudah melupakan obrolan mereka siang tadi. Baginya itu hanya sebuah basa-basi maybe.

    "Iya beneran lah, udah sono buruan ganti baca!" Titah Davin yang membuat Fathim semakin bimbang. Ia sangat tidak enak hati, dan menjadi lebih tidak enak hati lagi ketika harus menolak Davin. Maka ia pun memutuskan untuk mengikuti ucapan Davin, yakni mengganti pakaiannya.

     Tak butuh waktu lama, sekitar lima menit Fathim keluar dari kamarnya. Tampilannya memang sedikit berbeda. Biasanya ia hanya menggunakan celana jins dan baju kaos atau terkadang kemeja. Namun saat ini, ia menggunakan dress dengan panjang tiga sentimeter dibawah lutut. Bukan dengan tujuan untuk berdandan cantik, melainkan baju yang biasa ia kenakan sudah habis lantaran sedang di laundry dan beberapa sedang kotor. Ya, itu karena akhir-akhir ini kegiatannya jauh lebih banyak karena diisi dengan program diet yang sedang dilaksanakan nya bersama Davin itu.

     Davin sempat terdiam beberapa saat ketika melihat Fathim yang berada dihadapannya. Selain menggunakan dress berwarna biru itu, Fathim juga menggerai rambutnya. Entah mengapa ia memilih berpenampilan seperti itu yang biasanya tak pernah ia lakukan. Sementara untuk wajah, tak ada yang berubah Fathim tetap dengan tampilannya yang tanpa polesan apapun.

     "Hmm... Tumben," Davin mencoba membuka suara setelah terjadinya keheningan selama beberapa detik.

     "Eh, gak cocok ya? Baju gue lagi abis, yaudah deh gue gak usah ikut aja ya," Fathim sedikit panik.

     "Gak papa lagi, bagus kok. Cuma agak beda aja, yuk lah kasian yang lain udah pada nunggu."

     "Beneran? Kayaknya gue gak ikut aja deh," Fathim semakin ragu.

     "Udah ayo," ajak Davin sembari menarik tangan wanita yang masih sibuk berfikir.

     *****

    "Kalau Lo sadar, sebenarnya lo cantik," ujar Davin sambil tetap fokus mengendarai motor tanpa melirik ke arah gadis yang tengah diajaknya bicara.

   Degg! Tentu saja ucapan dari Davin membuat Fathim kian merona pipinya. Entah mengapa, seiring berjalannya waktu Fathim merasakan perasaan yang dapat membuat pipinya memanas dan hal itu beriringan dengan sakit kepala yang tiba-tiba menderanya. Tapi, Fathim berfikir normal saja, baginya itu hanya sakit kepala biasa karena belakangan ini terlalu sering berolahraga.

     "Dress ini pemberian dari mami di hari ulang tahun gue beberapa bulan yang lalu," ucap Fathim seakan mengalihkan pembicaraan. Pernyataan dari Fathim, membuat Davin menoleh ke spion untuk melihat bagaimana keadaan Fathim setelah mengucapkan perkataan yang sepertinya dapat membuatnya bersedih.

     "Dari kemaren gue gak pernah mau pakai baju ini, dan sekarang gue rasanya nyesel karena gak ngikutin kemauan mami di akhir-akhir masa hidupnya."

      Davin bingung harus menjawab apa untuk perkataan Fathim, "sekarang Lo masih bisa kok bahagiain mami sama papi Lo," ujar Davin akhirnya. Dan Fathim hanya mampu mengukir senyumnya.

      Tak lama setelah itu, Davin memarkirkan motornya di halaman sebuah rumah yang mewah dan megah, bahkan rumah ini sepertinya lebih luas dibandingkan dengan rumah Rio. Terlebih di malam hari, cahaya golden yang terpancar menambah kesan elegan dari rumah tersebut.

    Fathim pun turun dari motor Davin, begitu juga dengan Davin. Dan ya, mereka semua sudah berkumpul di sebuah gazebo yang berada di tengah-tengah kolam ikan Dangan jembatan bebatuan sebagai jembatan penghubungnya.

    "Akhirnya nyampe juga bro!" Ujar mereka setelah Davin dan Fathim ikut duduk disana. Tentunya Fathim merasa canggung,  selain karena dia perempuan sendiri, ia juga tidak begitu mengenal mereka semua selain Davin dan penampilan nya saat ini membuatnya semakin merasa tak nyaman.

    "Santai aja fat, anggap aja kita ini sama juga kayak Davin," ujar Dhirga selaku tuan rumah. Fathim hanya mengulas senyum sebagai jawaban.

   "Bener kata Dhirga, kalau ada apa-apa Lo cerita aja sama kita. Kalau perlu Lo gabung terus sama kita," sambung Kevin yang di iyakan oleh mereka semua. Lagi-lagi Fathim tak menjawab dengan kata-kata, ia benar-benar gugup saat ini. Davin pun sepertinya tak banyak bicara disini, sebelum akhirnya seorang wanita paruh baya datang dan mengajak membawakan minuman serta beberapa camilan.

      Tak terasa waktu berlalu, obrolan mereka juga mengalir begitu saja. Tanpa disadari, Fathim juga mulai merasa nyaman jika bersama teman-teman Davin.  Sama seperti awal dekatnya Fathim dan Davin, dari rasa canggung kemudian membuatnya merasa nyaman dan membuat obrolan mereka mengalir begitu saja.

     Kini jam sudah menunjukkan pukul 22.15 wib. Tak ada yang menyadari akan waktu yang terus bergulir, sebelum akhirnya handphone Davin berbunyi dan membuat mereka semua terdiam agar Davin lebih leluasa untuk mengangkat telfonnya. Dan... Astaga! Mereka lupa memberitahu Rio soal ini. Ini sudah sangat larut, apa yang akan terjadi setelah ini? Oh tuhan, membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Fathim merinding.

  

  

 

 

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang