11- permintaan

58 22 47
                                    

▪HAPPY READING▪

_____________________________________

"Bang! Papa kapan pulang?" Tanya Lily pada Albar yang lewat didepannya.

Albar menaikkan satu alisnya. "Tumben lo nanyain Papa? Papa pulang mungkin nanti sorean." Jawab Albar meninggalkan Lily yang sedang menonton televisi. Sebenarnya tidak ada acara TV yang ingin dirinya tonton, cuma karena ia bosen tidak tahu ingin melakukan apa, jadi ia nonton.

Lily memikirkan bagaimana caranya agar berhasil? Ayolah berpikir...
Aha! Dia memiliki ide. Semoga ide itu berhasil membujuk Papanya.

Sekarang matahari sudah mulai menghilang, itu berarti hari sudah sore. Tetapi mobil Papanya belum juga datang. Lily menyesap matchanya yang sudah mulai mendingin karena angin sepoi-sepoi dibalkon kamarnya. Lily sangat menyukai langit jingga. Oleh karena itu, ia memilih kamar yang memiliki balkon agar ia bisa menikmati langit jingga atau senja.

Tak lama kemudian, mobil Chevrolet Camaro RS milik Papanya datang. Lalu keluarlah lelaki paruh baya yang masih terlihat sangat tampan diumurnya yang tidak lagi muda. Ya, Papanya memang masih sangat tampan. Bahkan kalau ia dan Papanya pergi ke pusat pembelanjaan, masih banyak perempuan yang terang-terangan menatap Papanya takjub.

Melihat Papanya pulang, Lily langsung bergegas menghampiri Papanya. Sesampainya Lily didepan Asher, Lily tersenyum bahagia menyalimi tangan Papanya.

"Papa! Papa kok pulangnya lama sih?" Tanya Lily membuat Asher mengerutkan dahinya.

"Papa memang selalu pulang jam segini, sayang. Memangnya ada apa?" Asher mengusap kepala Lily lembut menyodorkan kasih sayangnya pada salah satu anak kesayangannya.

"Enggak Papa kok. Sini tasnya Lily bawain. Pasti Papa capek kan? Sekarang Papa mandi dulu ya, Lily mau siapin makanan dimeja," Lily membawakan tas Papanya, lalu berjalan pergi menuju ruang makan.

Asher mengerutkan dahi. Ada yang aneh dengan putrinya hari ini. Tidak biasanya Lily membawakan tasnya seperti tadi, apalagi menyiapkan makanan. Entahlah mungkin Lily sedang rajin, ia memaklumi pemikiran remaja yang masih labil.

●°●°●°●°●

Lily melihat Papanya sudah lebih segar dari yang tadi, sedang berjalan ke meja makan. Keluarganya sudah lengkap semua, lalu dengan riang Lily duduk disamping Papanya setelah Papanya duduk.

"Selamat makan semuanya!" Ucap Lily riang.

Mereka makan dengan tenang tanpa suara apapun kecuali dentingan sendok dan garpu. Asher dan Olivia selalu mengajarkannya agar tidak ada pembicaraan ketika sedang makan bersama seperti ini, karena itu tidak sopan menurut keluarga mereka.

Selesai makan, mereka seperti biasa berkumpul diruang keluarga. Tetapi masih ada yang janggal dari Lily. Lily mempersilahkan Papanya duduk disofa membuat mereka semua heran dengan kelakuan Lily.

"Lily tau pasti Papa capek kan? Sini Lily pijitin biar otot Papa relax," ucap Lily mulai memijat kepala dan bahu Asher.

"Putri Papa kenapa sih? Lily kenapa, hm? Jujur sama Papa." Tanya Asher yang langsung disetujui oleh Olivia dan Albar.

"Iyanih Pa, Lily dari tadi siang aneh banget. Tadi Mama juga diperlakukan kaya Papa sama Lily," ujar Olivia.

"Lily lo sakit? Kok aneh banget," Albar mengecek suhu tubuh Lily dengan menaruh tangannya didahi Lily.

"Apasih bang! Lily enggak sakit kok," ujar Lily meyakinkan mereka semua.

Sean Alistair | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang