17- Suruhan

33 11 9
                                    

Setelah mereka bertiga menghabiskan seluruh makanannya, mereka kembali berbincang seraya memikirkan suruhan apalagi untuk adik serta keponakan tercinta dari kedua lelaki itu.

Ting!

Wajah Albar seketika berubah menjadi sumringah ketika suatu ide muncul diotak cerdiknya. Sedangkan Zeyaad dan Lily menatap Albar dengan pandangan aneh.

Ngapa dia senyam-senyum sendiri woi?! Takut gue.

"Lo mulai gila ya, bang?"

"Sembarangan!" Sembur lelaki itu saat adiknya mengatai gila. Mana mungkin orang setampan dirinya gila- pikirnya.

"Terus kenapa?" Tanya Zeyaad yang sama penasarannya dengan Lily.

Dengan cepat Albar duduk disamping Zeyaad lalu membisikkan sesuatu padanya.

"Mohon maaf. Disini masih ada orang lagi! Jangan bisik-bisik nanti yang ketiga setan!" Sarkas Lily yang sontak mengundang gelak tawa.

"Ketiganya situ!" Ucap mereka bersamaan.

Kena lagi kan, gue niatnya mau stopin malah jadi sasaran.

Lily menumpukan kepala pada lengannya sambil menunggu mereka selesai dengan sabar. Yang dipikirannya, memangnya bisa ya diskusi tanpa suara kaya gitu?
Dia sebagai kaum perempuan mewakili tidak akan bisa karena pasti akan ada candaan yang membuat kita tertawa. Bener gak?

"Lama banget sih?! Gue keluar ya."

"Jangan!" Cegah Albar.

Lily berdecak kesal. "Terus fungsi gue disini apa, kalo didiemin gini?!" Keluhnya kesal. Yaiyaah siapa sih yang gak kesal kalo didiemin.

Albar langsung menghampiri Lily untuk memberi tahu idenya.
"Cini-cini... itutututu, jangan ngambek dong tayang," ucap Albar seakan sedang menghibur anak kecil seraya memeluk Lily dari samping.

Sontak Lily kangsung mendorong dada Albar menjauh. "Ih jijik tau, bang! Mana ketek lo tadi nempel sama hidung gue. Gak berperasaan banget sama adek yang cantik jelita ini!"

"Yeh, ketek gue wangi kali!"

"Najiss yaallah."

Sedangkan Zeyaad tertawa kencang melihat perdebatan adik kakak satu ini. Bahkan lebih seru ini dibandingkan ftv -pikirnya.
"Kalian tuh kayak abg labil. Tadi akur-sayang sayangan, eh sekarang malah berantem." Ucapnya sambil menggelengkan kepala.

"Lily emang masil abg, om. Dia nih yang udah tua tapi masih jomblo." Sindirnya.

"Heh! Secara gak langsung lo juga nyindir om, Ly. Gimana sih adek gue." Balas Albar disertai rawa mengejek.

Zeyaad yang namanya terpanggil tidak menghiraukan ucapan Albar. Biarin jomblo yang penting banyak yang mau.

"Al, kapan mulainya? Om udah gak sabar."

Seakan teringat niatnya, Albar langsung memberi tahu Lily.
"Jadi, gue punya suruhan kedua buat lo."

"Apa?"

"Kan sekarang masuk jam istirahat kedua nih, nah lo ke kantin terus duduk bareng Sean. Disana lo harus ngobrol sama dia apapun topiknya terserah. Nanti lo taruh airpods lo dikantong biar gue sama om bisa dengar. Ngerti?" Jelasnya seraya menampilkan senyum miring.

"WHAT?! kok gituu? Kan gue bilang jangan bawa-bawa Sean disuruhan ini. Gimana sih?!"

Albar menaikkan alis, "lo gak ngomong gitu. Lo bilangnya, bang jangan samperin Sean plis. Lo mau suruh-suruh gue apapun gue lakuin deh. Tapi jangan samperin Sean." Jelasnya sambil menirukan suara Lily diakhir.

Sean Alistair | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang