27 -Ditolongin

58 7 23
                                    


{Happy Reading}

Lily berjalan keluar kompleksnya dengan memakai baju tidur rumahan ditambah kardigan favouritenya dan sendal jepit. Entahlah ia merasa sangat lapar malam ini, sekarang sudah pukul 8 malam tapi ia sangat kepingin makan nasi goreng gerobak.

Ya, dikarenakan dikompleknya kutip SAMA SEKALI tidak ada abang abang jualan lewat, jadi Lily diharuskan untuk berjalan sekitar sepuluh menitan untuk sampai ditempat jualan nasi goreng itu.

Beruntunglah kalian yang rumahnya dilewati oleh abang abang jualan makanan. Karena rasanya tidak enak seperti ini. Kita harus menahan lapar untuk jalan lumayan jauh dulu.

Sebenarnya bisa saja ia menyuruh satpam dirumahnya, cuma ia tidak ingin mamanya mengetahuinya. Jika tahu, pasti ia tidak dibolehkan membelinya hanya karena 'mecin'. Nasiblah punya mama yang sangat healty.

Dan tadi saja ia menyelinap keluar melewati gerbang kecil samping taman yang beruntungnya lagi tidak dikunci.

Sekarang ia bandel sedikit gapapa lah ya.

Udara malam saat ini sangat dingin. Lily merapatkan kardigannya sambil memegang pipinya yang terasa dingin. Oh iya bicara tentang pipi, soal lukanya yang dipipi itu berhasil tidak diketahui oleh siapapun kecuali Zira, Sean, dan kedua temannya.

Ya, mereka berdua tahu tentang ini. Dan setelah mendengar ceritanya saat itu, mereka yang tadinya takut pada Mona, kini mereka sangat membenci Mona sampai-sampai mereka sangat bersemangat untuk membalasnya. Baguslah jadi ia memiliki mereka yang bisa membantunya nanti.

Sedangkan keluarganya? Mereka memang sempat panik dengan lukanya. Cuma, ia sebisa mungkin berbohong mengarang cerita, bahwa luka ini ia dapatkan karena kecerobohannya yaitu tidak sengaja cutter yang ia pakai saat mengerjakan tugas, melayang mengenai pipinya karena keusilan temannya.

Mereka percaya dan tadinya mereka sempat ingin memberi temannya itu hukuman. Tapi ia berhasil menenangkan mereka kalau ini juga salahnya karena mengganggunya duluan. Jadi, mereka tidak lagi mempermasalahkannya.

Memang lukanya itu tidak terlalu dalam, jadi sangat cocok dengan kebohongannya itu. Tapi luka itu sangat membuatnya terganggu ketika skinceran, tapi meski begitu lukanya sama sekali tidak mengurangi kecantikannya.

Lily tersenyum bahagia saat tukang nasi goreng itu sudah dihadapannya. Lily segera berlari kecil. "Bang, saya beli nasi gorengnya 2 porsi ya." Ucap Lily setelah sampai ditempatnya. Dia duduk dikursi yang disediakan untuk menghilangkan rasa capeknya sebentar.

"Ini neng pesanannya."

"Oh iya bang. Jadi berapa?"

"Semuanya jadi 36 ribu aja."

Lily mengangguk lalu mengeluarkan uangnya dari dompet. Setelah selesai, Lily kembali jalan pulang.

Dipertengahan jalan, ia merasa sangat pegal. Akhirnya ia memutuskan untuk melewati jalan pintas yang sepi. Biarin deh ia harus melawan rasa takutnya dibanding harus jalan dua kali lipat lagi jauhnya.

Lily melirik samping sampingnya yang terlihat sangat gelap. Sungguh ia bingung padahal disini ada rumah, tapi kenapa lampunya pada mati semua?

Bikin tambah takut aja.

Lily mengusap kulitnya yang merinding. Disaat saat seperti ininih pasti otaknya selalu mikir adegan menyeramkan difilm horror yang pernah ia tonton.

Lily mendecak, kenapa sih otaknya selalu mikir kayak gitu. Ah!

Setan plis lo jangan muncul diotak gue deh.

Lily menoleh kebelakang saat ia merasa ada yang mengikutinya. Plis jangan lagi. Galucu sumpah. Lily semakin mempercepat langkahnya agar segera sampai dirumah.

Sean Alistair | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang