31. -anak baru

43 0 0
                                    

Om Bastian : hari ini kita meet ya
jam 5. Jangan lupa!

***

Sean memarkirkan motornya diparkiran rumah sakit terkenal di tempat tinggalnya. Ia menstandarkan motornya, tidak lupa mencabut kuncinya yang masih menempel. Lalu lelaki itu melangkahkan kakinya memasuki rumah sakit itu dengan memutarkan kunci kotornya ditelunjuknya.

"permisi, dokter Bastian sedang kosong diruangan?" tanya lelaki itu pada suster reservasi.

"iya betul. Apakah sudah reservasi pada dokternya?"

Sean mengangguk mengiyakan suster tersebut.

"baik, boleh langsung masuk."

Lantas Sean menghampiri ruangan dokter Bastian yang sudah sangat ia hafal diluar kepala dikarenakan ia sering mengunjunginya sedari kecil. Sean mengetuk pintu ruangannya setelah sampai didepannya. Lalu lelaki itu memasuki ruangan tersebut ketika mendengar kata masuk.

Ketika Sean masuk, ia langsung disuguhkan pemandangan menyenangkan dimana Om Bastian
Menyambutnya dengan senyum bahagia seakan menunggu-nunggu kedatangan anaknya.
"hey, boy! Om kira Sean tidak datang lagi kali ini." ucapnya sarkas yang dibalas kekehan ringan oleh lelaki itu.

"coba om tanya, sudah berapa minggu pertemuan Sean bolos?"

"seminggu?" jawab Sean agak ragu.

"dua minggu. Sudah lama ya Sean tidak mengunjungi om. So, how was your day?" tanya Bastias antusias.

Ini salah satu yang Sean suka dari Bastian, dia adalah orang yang paling peduli terhadap dirinya meskipun Sean bukan siapa-siapa selain sahabat dari anaknya–Daniel, tapi bastian selalu menganggapnya anak lebih dari apapun.

Sampai-sampai saking ada orang yang sebegitu pedulinya terhadap dirinya, ia sampai tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikannya. Om Bastian adalah orang yang selalu tahu masalah dalam hidupnya apapun seluk beluk dalam hidupnya om Bastian lah yang selalu memberi nasihat agar tidak salah arah.

Sean menghela napas, "nothing special as usual."

Tanpa memudarkan senyumnya Bastian kembali bertanya. "benerkah? Bukannya om dengar Sean sedang dekat dengan perempuan? Siapa namanya, om lupa." tanyanya memancing Sean agar bercerita.

"Lily, om. Lilyshaa Aleah."

Bastian terdiam mengingat-ingat nama yang disebutkan oleh Sean. "sepertinya Om pernah mendengar namanya. Anak dari siapa Lily itu?"

"anak om Asher sama tante Olivia. Om kenal?"

"sahabat bunda dan ayahmu kan? Om pernah dikenalkan oleh mereka." balas Bastian disertai senyum.

"lalu apakah ada perkembangan Sean?" tanya Bastian serius.

Seperti biasanya, Sean kembali menggeleng ketika Bastian menanyakan kalimat itu. Bastian menghela napas, "apa ayah melakukan itu lagi?" tanya Bastian menatap Sean sendu.

Sean terkekeh lirih, "kapan sih om dia insaf? Mustahil. Tapi kemarin ada kejadian janggal."

"apa itu?"

Sean merenung menatap langit-langut ruangan, kemudian mulai menceritakan kejadian semalam yang dimana ayahnya untuk pertama kali mencarinya setelah sekian abad. Itu kejadian yang tidak bisa dilupakan bagi Sean.

"gimana menurut om?" tanya lelaki itu setelah menceritakan kejadiannya.

"om tidak mengetahui isi pikiran ayahmu. Tapi menurut pandangan om, ayahmu sedang disatu sisi dimana dia merindukan kebersamaan denganmu Sean. Meskipun dia bilang dia membencimu, tapi apakah ada yang tahu isi pikiran orang tersebut." jawab Bastian yang sungguh membuat hati Sean diselimuti rasa senang.

"jadi jangan putus asa berjuang ya, om akan selalu mendukung Sean apapun yang terjadi." lantas Sean mengangguk mengiyakan ucapan Bastian dengan lantang.

Seperti mengingat sesuatu, Bastian kembali berbicara. "oh iya, karena dipertemuan kali ini Sean terlihat sehat, jadi Om tidak akan menambahkan obat. Tapi meski begitu jangan berhenti diminum obatnya ok? Om akan selalu tahu mana obat yang diminum dan dibuang." ancam Bastian membuat Sean melayangkan senyum kecilnya.

*** 

Gemerlang cahaya pagi membuat Sean mengerjapkan matanya berat ia sungguh masih mengantuk jika tidak mengingat kalau ia masih harus bersekolah maka dia akan melanjutkan tidurnya. Karena insomnianya sungguh tidak bisa ditolerir semalam, ia bahkan baru bisa tidur pada pukul setengah empat pagi. Dia melihat jam yang terpampang di meja nakasnya.

"Anjing, telat gue!" sumpah serampahnya ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh kurang.

Dengan sangat amat terpaksa lelaki itu bangun dari tidurnya, dalam keadaan yang masih terhuyung serta mata yang masih memicing sipit. Kemudian dia masuk ke kamar mandi melakukan rutinitasnya sebelum berangkat ke sekolah.

Sean mengklaksonkan pada satpam yang telah menutup pintu gerbang sekolah dua puluh menit lalu. Lalu tanpa harus repot-repot memaksa, dengan sangat pengertian satpam itu membukakan gerbang dengan lebar membiarkan lelaki itu masuk. Tidak perlu heran karena pasalnya Sean akrab dengan seluruh satpam disekolah itu jadi tentu saja bisa ditoleransi.

Dengan santai lelaki itu melangkahkan kakinya memasuki kawasan sekolah tanpa takut terpergok oleh guru. Beruntungnya kedua temannya telah memberi tahu siapa guru yang akan masuk. Yaitu bu Rini–oh tentu saja guru kesayangannya karena ia bisa bebas melakukan apapun olehnya.

Didepan kelasnya Sean membuka pintu bergegas masuk, namun sesaat langkahnya terhenti. Seketika saat itu juga tubuhnya membeku melihat seseorang yang berdiri didepan kelasnya entah apa yang orang itu lakukan dan mengapa bisa dia kembali muncul dihadapannya.

Menyadari siapa yang baru saja datang, Bu Rini segera menyadarkan Sean untuk duduk, "Sean, silahkan duduk, nak. Ibu akan memperkenalkan murid baru kita sekarang."

Murid baru? Apa ia tidak salah dengar..?

Lalu dengan kaku Sean berjalan menuju tempat duduknya. Menyadari hal itu, Daniel dan Ryan menatap Sean dengan prihatin. Mereka pun sungguh tidak menduga akan dipertemukan kembali dengan orang itu.

"baik anak-anak, sekarang kalian akan kedatangan teman baru. Silahkan nak, perkenalkan dirimu pada teman-temanmu." perintah Bu Rini pada anak baru itu.

Lalu anak itu tersenyum sumringah, dengan antusias segera memperkenalkan dirinya. "halo, semua! Kenalin nama gue Nathan Immanuel. Lo semua bisa panggil gue Nathan. Semoga lo semua bisa enjoy dengan kedatangan gue." katanya yang disertai dengan senyum diakhir.

Tanpa mereka sadari Nathan mengarahkan kalimat terakhirnya untuk seseorang.

Mendengar suara memuakkan itu, sontak Daniel tanpa diduga menyahut. "maaf bu, disini sudah tidak tersedia kursi untuk anak baru kaya dia, bu! Ibu bisa lihat sendiri kursi di kelas kita sudah penuh." ucap Daniel lantang yang sangat diapresiasi oleh Ryan dan Sean.

Lantas Bu Rini mengitari pandangannya ke seluruh penjuru kelas mencari celah untuk anak baru itu. Namun, apa yang dikatakan Daniel benar. Kelas itu memang sudah penuh dan tidak ada tempat untuk anak baru itu. Lantas dengan penuh kesopanan Bu Rini berpamitan seraya membawa anak baru itu.

Daniel dan Ryan sontak menoleh pada Sean yang duduk dibelakangnya. "ngapain dia kesini?" tanya Ryan heran.

Sean mengangkat bahunya, "mungkin dia gak akan nyerah selagi gue belum mati."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sean Alistair | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang