{Selamat menyaksikan adegan Sean dan Albar😅}
Kalian ini tahu apa yang mereka lakukan saat ini? Setelah adegan saling mencemooh itu, mereka langsung membuang muka tanpa ingin melihat satu sama lain.
Dan sekarang mereka tengah tiduran dikasur yang sama dengan pembatas guling untuk memisahkan batasan mereka. Lebih tepatnya Albar yang lebay dan membuat batasan itu.
"Nih batasan gue! Awas lo kalo ngelewatin batas!" Albar melotot sambil menunjuk pembatas itu.
Sean mah hanya mendengus tanpa ingin melihatnya. Karena ia sedang fokus bermain ponsel entah apa yang dilakukannya.
Seakan tidak membiarkan hidupnya tenang, Albar bergerak gelisah membuat kasur itu goyang-goyang hingga badan Sean juga ikut bergoyang. "Badan lo gede banget sih! Maruk lo jadi orang! Ni tempat gue jadi kecil gara-gara badan lo!" Keluhnya cerewet masih menggerakkan tubuhnya seperti cacing kepanasan.
Badan Sean itu memang kekar dan lebih besar dari badan Albar. Meskipun bedanya tidak jauh, tapi tetap membuat Albar minder jika berada didekatnya seperti ini.
Sean melirik jengkel. "Paansi!" Sewotnya. Ia jadi terganggu karena kelakuan gila Albar.
"Geseran napa!"
Sean mendengus. Padahal tadi dia yang membuat batas sendiri, tapi dia yang protes. Gak jelas banget kan! Mengganggu hidupnya saja!
Karena kesal, Sean bangkit dari tiduran nya berniat masuk kedalam kamar mandi di kamar itu untuk membasuh muka menghilangkan stress karena anak itu.
Tapi belum sempat masuk kedalam kamar mandi itu, si gila Albar masuk lebih dulu. "Gue dulu karena kamar mandi ini punya gue." Tanpa mendengar persetujuan Sean, Albar menutup pintu tepat didepan muka Sean.
Sean mengepalkan tangannya kesal. Apa tidak ada orang yang lebih ngeselin dari dia?! Dia sungguh bingung. Tante Olivia mengidam apa saat hamil si gila itu? Mengapa hasinya jadi gini sih.
Albar keluar dengan wajah serius menatap Sean yang sedang duduk dikasur yang sudah dibatasi itu.
"Gue ingetin ya, jangan pernah deketin Lily lagi! Karena dia pacar gue! Dan gue gak sudi dia deket-deket sama lo!" Ini orang bipolar atau apa? Kenapa moodnya cepat sekali berubah.Sean masih menatap Albar datar. "Kalo gue masih gak percaya dia pacar lo gimana?" Tanyanya santai.
"Kenapa?"
"Pertama, akting lo cukup memalukan sangat gak cocok buat ngelakuin drama kebohongan. Kedua, lo bilang tante Olivia mama. Ketiga, setiap gue kesini lo selalu ada disini juga. Apa sebutannya lainnya kalo bukan tinggal disini coba?" Jelas Sean menatap Albar intens.
"Pertama, gue gak akting! Kedua, gue panggil mama karena dia calon mertua gue. Jadi gue udah dari dulu biasain panggil dia mama. Dan kalau masalah gue selalu kesini, karena gue emang sering nginap sini!" Elak Albar.
"Gue tetap gak percaya."
"Bodo amat. Gue gak butuh kepercayaan lo!"
Sean mengendikkan bahu acuh. "Terserah. Itu berarti gue bebas mau ngedeketin Lily kapan pun karena gue anggap dia gak punya pacar." Telak Sean.
Albar menatap Sean tajam.
"Anjing lo! Gue pacarnya kalo lo mau ngedeketin dia, langkahin dulu mayat gue!" Sewot Albar mengangkat dagunya tinggi menantang Sean.Sean tersenyum miring. "Gue lagi gamau berantem. Jadi mending kita perang secara dingin aja. Siapa yang dia pilih itulah yang menang, gimana?"
Albar masih melirik gengsi. "Gue gamau saingan sama lo karena lo itu bukan saingan gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean Alistair | On Going
Teen FictionA boy who never felt happiness in his life until she's came and changed his life He is Sean Alistair. 'Dulu gue selalu menyalahkan Tuhan atas takdir yang Dia berikan. Tapi sekarang gue sadar Tuhan gak pernah salah. Tuhan menciptakan takdir gue seper...