24 -Bekal buat dia

102 11 14
                                    

Hai, welcome back.

Lily menghembuskan napasnya lelah dan membantingkan tubuhnya disofa ruang keluarga. Olivia yang melihat Lily baru pulang langsung meyambut Lily ceria. "Hai! Udah pulang, sayang." Katanya sambil berjalan menghampiri Lily.

Lily mengangguk kecil dan menyalimi tangan sang mama.

"Loh, kenapa lemes gitu? Kamu sakit?" Tanya Mamanya melihat tingkah Lily tidak seperti biasanya.

Lily menggeleng, "enggak, aku cuma capek aja. Tadi ada pelajaran olahraga soalnya." Jawab Lily dengan senyum kecil.

Olivia memincingkan mata lalu mengangguk. "Gimana sekolahnya, hm? Ada cerita seru apa?"

Lily berpikir sebentar sebelum menjawab. "Gaada cerita seru apapun, sih ma. Kaya biasa gak ada yang menarik." Jawab Lily apa adanya.

"Masa sih? Mama dengar kamu sekarang mulai dekat lagi ya, sama Sean? Masa tadi gak ada cerita seru bareng Sean gitu?" Tanya Olivia tersenyum jahil memancing Lily agar bercerita.

Lily membelalakan mata, "mama tau dari mana?"

Olivia terkekeh kecil. "Kamu tahu sendiri siapa disini yang mulutnya ember kan," jawab Mamanya santai.

Lily langsung bersumpah serampah pada abangnya itu. Awas saja dia kalau ketemu!

"Jadi ada cerita seru gak sama Sean?" Tanya Olivia lagi.

"Sean tadi gak masuk."

Olivia langsung manggut-manggut  mengerti mengapa mood anaknya buruk kali ini. "Jadi itu sebabnya Lily bete sekarang, hm?" Ucapnya sambil menyenggol bahu anaknya pelan.

Lily langsung bengong mendapat tuduhan dari mamanya. "Hah?
E-enggak. Mana ada! Mama ngaco." Elaknya membuat Olivia kembali tertawa.

"Enggak usah bohong! Mama tau semua meskipun kamu berbohong." Ucap Olivia membuat Lily skakmat.

Lily menelan ludah. Memang iya dia bete gara-gara itu? Perasaan enggak kok, dia gak mood cuma karena capek bukan karena cowok itu. Iya benar. Gak mungkin! Mamanya salah presepsi.

"Lily tau kenapa Sean gak masuk?"

Lily mengendikkan bahu. "Enggak tau. Tadi aku tanya teman-temannya malah diledekin, dibulang kangen lah khawatir lah." Dengus Lily kesal.

Olivia langsung tertawa mendengar aduan putrinya yang sangat lucu. Dulu ia juga pernah mengalami masa-masa seperti itu saat dirinya masih mencintai Asher dalam diam. Rasanya sangat rindu pada
masa-masa SMA.

"Itu sudah biasa, sayang. Mama pun dulu pernah mengalami itu masa-masa Mama masih suka diam-diam sama Papa." Ucap Olivia. "Tapi biasanya prediksi teman kita itu suka benar. Apa jangan-jangan Lily memang suka dengan Sean?" Lanjut Olivia dengan ledekan jahil.

Lily melotot terkejut. "Mama apaan deh. Aku gak mungkin suka sama dia, soalnya ya ma, dia yang sekarang itu beda banget dari yang dulu. Yang sekarang lebih banyak ngeselinnya." Jawab Lily malas.

"Memang kalau yang dulu gimana?"

"Kalau yang dulu, dia selalu nurut apa kata, Lily. Kalo sekarang dia yang selalu memerintah aku."

"Mungkin dia bales dendam sama Lily yang dulu," balas Olivia asal.

"Dih, masa bisa gitu sih ma."

"Kali aja. Eh, Ly. Kemarin mama dengar kamu jalan bareng Sean, ya? Ngaku!" Mamanya memutar-mutar jari telunjuknya sambil mendekatkan pada Lily seakan mengintimidasi.

"Pasti mama dapet dari abang lagi," Lily memajukan bibirnya kesal.

"Iya dong. Abangmu itukan selalu lapor ke mama apapun yang terjadi sama kamu. Abang yang baik kan dia?"

Sean Alistair | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang