15- Empty heart

59 14 29
                                    

Sean tercenung menatap atap gelap kamarnya. Sean sungguh masih tidak percaya jika perempuan yang ia cari selama ini adalah Lily. Perempuan yang dua minggu ini sering ia goda, ia usili. Dan juga apakah Lily benar-benar sudah memiliki pacar? Toh punya atau tidak pun bukan urusannya mengapa ia repot, tapi entah mengapa setiap ia memikirkan itu ada rasa mengganjal dihatinya. Memang ia akui saat pertama kali bertemu Lily di depan gerbang sekolah, ia sudah tertarik dengannya. Tapi bukan berarti ia suka dengannya. Tidak mungkin secepat itu ia menyukai seseorang apalagi perempuan.

Sean mengacak-acak rambutnya gusar. Lalu Sean tersenyum kecil saat mengingat raut wajah Lily terkejut mendengar cerita Tante Olivia tentang masa kecil mereka berdua. Intinya, mau Lily punya pacar atau tidak ia harus menyelidiki itu apapun konsekuensinya. Lalu Sean berjalan ke kamar mandi di kamarnya untuk bersiap-siap tidur agar besok tidak telat untuk kesekolah dan bertemu teman kecilnya, tentu saja.

●°●°●°●°●

Sean memarkirkan motor merahnya diparkiran khusus untuknya. Mengapa bisa begitu? Entahlah, semua murid disini tidak ada yang berani dengannya, alasan dari yang ia dengar karena wajahnya menyeramkan saat berekspresi datar. Karena itu disini tidak ada yanh berani membuat masalah dengannya. Meski begitu tetap saja banyak yang menyukainya- ralat hampir semua murid perempuan suka dengannya, tapi tidak dengan Lily. Entah mengapa Lily berbeda dengan yang lainnya, kalau murid lain akan senang didekatnya namun Lily malah kesal dengannya.

Sean berjalan santai melewati koridor untuk menuju kelasnya. Namun dipertengahan jalan ia melihat perawakan perempuan dengan rambut coklatnya digerai indah. Sean tersenyum senang dan langsung menghampirinya.

"Hai teman kecil," Sean tersenyum kecil menggoda Lily.

Lily melirik Sean sebentar lalu tanpa berbicara apapun pergi meninggalkan Sean yang bingung dengan sikapnya barusan.

Sean berlari menyusul Lily. "Ale! Lo kenapa?" Tanya Sean setelah menyusul Lily.

Lily terkekeh sinis kearah Sean. "Gue kenapa? Hahaha, pake nanya lagi. Aturan gue yang tanya, kemana aja lo selama ini, hah?!"

Sean menaikkan satu alisnya kearah Lily. "Emang gue harus ceritain ke lo ya?" Tanyanya santai.

Lily menatap Sean tidak percaya. Seriously?! Dia nanya gitu?
"Demi apapun, lo manusia terngeselin yang pernah gue temuin. Jelas-jelas harus lah! Lo dateng kehidup gue tiba-tiba lalu tinggalin tanpa pamit!" Ucap Lily kesal.

Sean terkekeh pelan mendengar nada merajuk Lily. "Oke, gue bakal ceritain tapi gak disini. Ayo ikut gue," Sean menarik tangan Lily menuju suatu tempat disekolah itu.

"Mau kemana?" Tanya Lily bingung pasalnya tadi ia lagi marah tapi sekarang malah dibuat penasaran sama orang ini.

Sean mengendikkan seperti biasa hanya mengendikkan bahu cuek membuat Lily kesal setengah mati dengannya. Lalu muncullah pertanyaan yang selalu muncul diotaknya saat bersama Sean.

Kenapa bisa ada orang se-ngeselin dia?

Sean menghentikan langkahnya didepan pintu- semacam pintu berwarna hijau army.

Sean menghentikan langkahnya didepan pintu- semacam pintu berwarna hijau army

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sean Alistair | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang