29. -Kumpul

22 2 0
                                    

Heyy everybody, Im comeback! Sorry for my long hiatus🥲 but here im gonna continue my storyy:) dont worry i will never leave you guys hahaha, even when i haven't get idea


h a p p y   r e a d i n g


"Ly.." panggil sang Mama pada Lily yang tengah membaca novelnya dengan duduk diayunan taman belakang rumahnya. Lily menoleh pada mamanya.

"Kenapa ma?"

"Didepan ada temanmu. Suruh masuk gih."

Lily mengernyit, "hah? Siapa ma?" Tanyanya heran. Seingatnya ia belum pernah memberi tahu alamat rumahnya pada teman manapun.

"Mana mama tau sayang. Itu teman sma kamu sepertinya. Disana ada dua perempuan dan dua lelaki. Makanya ayok susulin biar tau." Ucap mamanya mengajak Lily melihat.

"Ngomong-ngomong Sean kemana?"

Lily mengendikkan bahu tidak tahu. "Mungkin dia dikamar abang ma. Lagi mandi mungkin." Jawabnya. Karena setelah mereka sarapan berdua, Lily langsung pergi kekamarnya untuk mandi dan setelah itu mereka tidak bertemu lagi sampai saat ini.

Lily menghentikan langkahnya saat sampai diruang tamu. Disana terpampang jelas teman temannya sedang duduk sambil menikmati cemilan tanpa malu seperti dirumah sendiri. Dan lebih parahnya lagi yang mereka makan itu adalah cemilan miliknya.

Lily berkecak pinggang melihat teman temannya sangat asik sampai tidak menyadari kehadirannya. "Saya tersanjung kalian sangat menikmati makanannya seperti dirumah sendiri ya tuan dan nyonya-nyonya." Sindirnya membuat seluruh tatapan mata kearahnya.

"Akhirnya tuan rumah yang kita tunggu datang juga." Celetuk Ryan.

"Ya mau gimana lagi ratu. Kita ditawarin makan masa rejeki ditolak, udah gitu merk mahal lagi makanannya." Sahut Daniel dengan memasukkan seraup makanan itu ke mulutnya.

Ryan menepuk punggung Daniel keras melihat kelakuannya. "Buset dah, lo jangan malu-maluin napa jadi temen, Niel."

Lily menyipitkan mata kearah mereka. "Kalian tau alamat rumah gue dari mana? Perasaan gue gak pernah kasih tau." Tanya Lily membuat Matcha dan Kayla menyengir tanpa dosa.

"Meskipun lo gak kasih tau gue bakalan tau Ly " ucap Matcha bangga.

"Haker profesional." Sahut Kayla seraya menepuk bahunya bangga.

Lily memutar bola mata sambil berjalan kearah sofa dan mendudukkan tubuhnya disamping Matcha yang kebetulan kosong.

"Kemarin gue sama Matcha ketemu sama sepupu lo, si Zira. Dan kebetulan kita emang udah ngerencanain mau main ke rumah lo, jadi kita minta alamat rumah lo sama Zira." Jawab Kayla.

Lily mengangguk. "Untung gue cantik, jadi gue berbaik hati buat ngizinin kalian main. Tapi inget jangan ngabisin cemilan gue!" Ancam Lily membuat mereka tertawa. Mana seru sih kalo gak ngabisin cemilan orang.

"Yan, kok tadi di garasi depan gue kaya liat motor yang gak asing ya?" Tanya Daniel.

Ryan mengangguk menyetujui. Ini yang ia pikirkan dari tadi. "Iya. Gue rasa itu kayak motornya Sean."

Lily menepuk dahinya. Bagaimana mungkin ia hampir lupa kalau dirumahnya ada Sean. Dan bagaimana kalau mereka berpikir macam macam.

Daniel menoleh kearahnya. "Gamungkin itu motor Sean kan Ly?" Tanya cowok itu dengan nada tidak yakin.

Lily menggigit bibirnya. "Kalo iya gimana?"

Mereka melotot secara bersamaan tanpa mengeluarkan suara apapun. Terlebih Daniel yang makanan dimulutnya akan jatuh jika ia tak terlebih dulu menutup mulutnya.

"Ale gue mau izin-

Tubuh Sean yang tadinya ingin berjalan keluar untuk pamit pulang ia urungkan saat ia melihat kedua curutnya sedang duduk disana bersama kedua teman Lily dengan mata menatap kearahnya.

"Lo berdua ngapain?" Sean menunjuk kedua temannya.

"Sini. Lo harus jelasin ke kita." Ucap Ryan to the point.

Sean mengerutkan dahi. "Jelasin apaan?"

Daniel berdecak tidak sabar. Kadang ia suka kesal sendiri pada temannya yang satu ini. Meski Sean memiliki muka menyeramkan dan otak encer, tapi tidak menutupi kalau ia juga manusia yang terkadang bisa berlaku lemot seperti sekarang ini.

"Sean kelakuan lo gausah kayak ga punya otak deh. Gue tau lo cuma ngeles bukan pura-pura bego. Cepet jelasin ke kita"

"Gue ada urusan mendadak. Ale gue pergi, thanks" Perginya tanpa memperdulikan apapun teman-temannya yang meneriakkan namanya.

"Dia kenapa?" Tanya Daniel bingung.

Lily mengendikkan bahu.

"Biasa, moodnya jelek." Kata Ryan seperti tahu apa yang terjadi dengan Sean.


TBC.
Keep vomment yall!!

Sean Alistair | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang