Happy reading ❤️
________________________________________________
"Permisi, apa bapak tadi mencari saya?" Tanya Tere saat sudah berada di hadapan Aksa. Tadi saat ia sedang di bawah tiba-tiba salah satu office boy memberitahunya bahwa Aksa tengah mencarinya. Tere sempat berpikir kenapa Aksa tak langsung menghubunginya saja. Tapi ternyata handphone-nya tertinggal di meja, pantas saja Aksa tak menghubungi dirinya.
"Duduk!" Tere langsung duduk setelah mendengar perintah itu.
Aksa menatap Tere dengan intens seolah ia lupa apa tujuannya memanggil Tere. Sadar terlalu lama tenggelam dalam menatap mata hazel itu Aksa langsung mengalihkan perhatiannya.
Sedangkan Tere yang di tatap seperti itu sudah tak bisa mengendalikan jantungnya yang kembali berdetak lebih cepat. Ia mengakui bahwa dirinya juga tak bisa menolak pesona Aksa."Rileks, tarik napas jangan sampai gue pingsan cuma karena di tatap seperti ini" ucap Tere di dalam hati memperingati dirinya sendiri agar bisa bersikap biasa saja.
"Saya tidak mau tahu! apapun hubungan kamu dengan pak Pradana lebih baik kamu segera akhiri itu semua." ucap Aksa santai namun tak terbantahkan.
"Maksud-nya? bagaimana pak?" Tanya Tere tak mengerti.
"Saya tidak ingin punya karyawan yang menjadi simpanan orang yang sudah beristri" kali ini ucapan Aksa semakin membuat Tere bingung. Ia tak mengerti mengapa tiba-tiba Aksa berkata seperti itu.
"Saya gak tahu bapak lagi ngomongin siapa?" Tanya Tere, yang memang tak tahu siapa karyawan Aksa itu yang menjadi simpanan.
"Kamu lupa tadi saya bilang apa di awal? Baik saya ulangi. Saya ingin kamu mengakhiri hubungan kamu dengan pak Pradana, karena saya gak percaya kalau kamu hanya teman anaknya saja" ingat! Aksa tak suka mengulangi kata yang sudah ia ucapkan. Tapi ia melakukannya hanya untuk Tere.
"Jadi bapak berpikir kalau saya ini simpannya pak Pradana?" tanya Tere sambil menunjuk dirinya sendiri dengan suara yang sudah meninggi.
"Maybe, karena gak mungkin kalau kamu itu hanya teman anaknya saja tapi dia manggil kamu sayang dan satu lagi dia sampai hapal makanan kesukaan kamu. Apa itu kurang jelas untuk saya tidak berpikir kamu adalah simpanannya?"
"Enough, asal bapak tahu saya gak serendah itu!" Tere menatap Aksa dengan tatapan tak percaya. Bisa-bisanya Aksa berpikir bahwa dirinya adalah simpanan papahnya sendiri. Di satu sisi ia ingin tertawa tapi disisi lain ia juga marah karena Aksa sudah menuduhnya.
Sudah terlalu kesal. Tere akan membalikkan keadaan ia akan bilang bahwa ia memang benar punya hubungan khusus dengan pak Pradana. Lagian siapa yang akan marah kalau ia mengakui itu. Ia ingin melihat bagaimana reaksi Aksa saat mendengarnya.
"Saya akui, saya memang punya hubungan khusus dengan pak Pradana" aku Tere membuat Aksa menatapnya tak percaya. "Hubungan khusus antara anak dan orangtua" ucap Tere membenarkan perkataannya di dalam hati. Sungguh saat ini Tere ingin kembali keruangannya untuk menertawakan wajah bodoh Aksa yang menatapnya seperti ingin memakannya hidup-hidup. Matanya menajam seolah memberi peringatan pada Tere bahwa yang dikatakannya itu adalah sebuah kesalahan.
Aksa sudah berdiri dari duduknya. Melangkah maju menuju Tere. Lagi-lagi Aksa menariknya untuk berdiri dan merengkuh pinggangnya tak membiarkan ia untuk memberontak.
"Apa kamu tidak bisa mencari pria yang lebih pantas untuk di jadikan pacar?" Tanya Aksa yang masih merengkuh pinggang Tere.
Kenapa saat berada sedekat ini dengan Aksa jantungnya selalu berdetak lebih cepat. Sial!!!
"Memang yang pantas menjadi pacar saya yang seperti apa? Lagian pak Pradana itu kaya raya jadi kalau saya nanti nikah sama dia saya gak perlu lagi cape-cape kerja." ucap Tere sambil mendongak melihat wajah Aksa karena tingginya hanya sebatas dada laki-laki itu. Sungguh di dalam hatinya ia terkikik geli mendengar ucapannya sendiri.
Sedangkan Aksa semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Tere. Seolah ingin meremukkannya. "Saya juga gak kalah kaya dari lelaki tua itu, wajah saya juga tampan. Terus apalagi yang kamu cari?" Ucap Aksa dengan percaya diri.
Tere yang mendengar itu bingung sekaligus merasa aneh ketika Aksa mengakui ketampanannya sendiri di hadapannya. Dan apa tadi katanya? Terus apalagi yang kamu cari? Aksa bicara seperti itu seolah sedang bertanya bagaimana kriteria laki-laki yang Tere suka. "Maksudnya apa coba dia ngomong gitu?" Tanya Tere di dalam hatinya.
"Iya saya akui bapak itu tampan-" Aksa yang mendengar itu tak bisa menyembunyikan senyumannya. Padahal sudah banyak wanita yang terang-terangan mengatakan bahwa dirinya tampan tapi kenapa saat Tere yang mengatakannya ia sangat senang.
"Kalau di lihat dari ujung Monas pake sedotan." Lanjut Tere yang langsung melepaskan pelukan Aksa dan berlari keruangannya untuk menghindari amukan Aksa.
Baru saja Aksa merasa terbang kini harus terhempas lagi ke dasar bumi. Sialan ini pertama kalinya ia di permainkan oleh seorang perempuan.
Dengan perasaan kesal ia langsung keluar ruangan dan membanting pintu dengan keras.
Brukk
Ana yang mendengar itu langsung menghampiri Aksa.
"Ada apa pak?" Tanyanya saat Aksa ingin melewati mejanya.
"Saya ingin bertanya sama kamu?"
Ana sempat bingung apa yang akan Aksa tanyakan padanya. "Bapak mau nanya apa sama saya?"
"Apa menurut kamu saya ini tampan?" Tanya Aksa. Mungkin pertanyaannya sedikit konyol karena ia jadi tidak percaya diri seperti ini hanya gara-gara ucapan Tere tadi.
"Ha ha ha, tentu saja semua perempuan yang melihat wajah bapak akan langsung jatuh cinta di pandangan pertama." Ana tergelak tak bisa menahan tawa saat Aksa bertanya seperti itu.
"Semua perempuan?" Ia tak yakin akan jawaban itu. Buktinya saja Tere tak mengakui ketampanannya.
"Iya pak. Bahkan saya juga sudah jatuh." Ana mengatakannya seperti apa yang terjadi padanya bahwa ia memang sudah jatuh hati pada Aksa. Tapi Aksa menganggap perkataan Ana tadi hanya angin lalu yang tak perlu di tanggapi serius.
Aksa berlalu begitu saja meninggalkan Ana dengan perasaan kecewa. Karena ucapannya tadi tak di tanggapi serius oleh Aksa.
Sedangkan Tere sekarang sedang memikirkan semua yang dilakukan Aksa padanya selama ini. Laki-laki yang di kenal dingin oleh semua orang itu berubah sikapnya saat bersamanya. Sikap menyebalkan yang hanya ditunjukkan padanya tidak pada orang lain membuat ia berpikir 'apakah Aksa menyukai dirinya?' sadar apa yang dipikirkannya terlalu mustahil ia langsung meraih sebuah file yang harus ia cek sebelum diberikan pada Aksa.
T.B.C
Maaf yah kalau ngebosenin 🙏
Maaf juga kalau aku gak bisa buat tokoh yang terlalu jahat, jadinya aku buat Ana bersikap biasa aja gak terlalu jahat.
Tere sama Ana juga akan profesional saat bekerja jadi gak ada sindir-sindiran atau menyingung apapun seolah-olah mereka memang bisa bekerjasama sama dengan baik. Padahal diluar kerjaan mereka akan tetap saling membenci terlebih Ana dengan cara apapun akan berusaha untuk menjadikan Aksa menjadi miliknya.
Ikuti terus kisah mereka sampai selesai.
Jangan lupa vote and coment ❤️
See you next part
Satu kata buat Aksa?
Satu kata buat Tere?
Satu kata buat Ana?
Sabtu, 11 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Boss! My Husband [ On Going ]
ChickLitTeresha Putri Pradana & Aksara Putra Pranaja❤️ #1 in ex [18/6/2021] #1 in work [4/6/2021] #15 in chicklit [17/7/2021] #1 in kerja [4/8/2021] #1 in aksa [13/8/2021] #1 in aksa [22/8/2021] #1 in perjodohan [22/10/2021] #1 in perjodohan [23/10/2021] #1...