Part 13

4.8K 381 5
                                    

Happy Reading❣️

" Kakak tadi beli novel ?" tanya Ning Arifa sambil memegang buku novel yang tadi dibeli oleh Gus Altaf.

" Hmm,, iya " jawab Gus Altaf singkat dengan tetap fokus menyetir mobilnya.

Kiya hanya memperhatikan mereka dari belakang.

" Kok tumben ? Novel untuk perempuan lagi ?" tanya Ning Arifa heran.

" Lagi pengen aja " jawab Gus Altaf dengan stay coolnya. Gaya mu gus...gus...

" Ohhh..." Ning Arifa mengangguk mengerti meskipun batinnya masih saja bertanya-tanya.

Kiya yang sejak tadi hanya memilih untuk menikmati suasana jalanan yang sedikit ramai.

Hmmm,,, mungkin Gus Altaf sama Ning Arifa itu memang serasi ya !!

Eh,, tunggu !!

Serasi ?? Serasi dari mananya ?

Orang Gus Altaf kesiapapun selalu cuek !!

Dan mungkin Gus Altaf emang gak cocok sama siapapun !! Kecuali sama aku:v

Eh apaan sih,, gaje !!

Batin Kiya bermonolog.

Kiya menyandarkan kepalanya pada kaca mobil yang tertutup rapat. Rasa kantuk mulai mendatanginya dan ia mulai memejamkan matanya. Menambah berkali-kali lipat aura kecantikannya.

Sejenak hembusan nafasnya mulai menenang pertanda ia akan segera terlelap dalam mimpi.

Citttttt......!!

Kepalanya terbentur pada kaca mobil berbarengan dengan mobil yang juga tiba-tiba mengurangi kecepatan secara mendadak.

" Sial... Gak tahu apa ada orang mau tidur ?" gerutunya dalam hati.

Kiya mengarahkan pandangannya kepada orang yang menjadi biang kerok atas tragedi tadi.

" Maaf,,, ada tupai lewat tadi " ucap Gus Altaf dengan tanpa dosanya.

Kiya memutar bola matanya malas.

Gus Altaf terkekeh melihat Kiya yang kesal padanya. Bukan karena ingin menganggu orang tidur ataupun jiwa jahil Gus Altaf kambuh.

Tapi ya... Gus Altaf gak mau ambil resiko kalau kelamaan melihat Kiya yang Sweet Sleeping dibelakangnya. Gak mau zina mata mungkin. Tahu sendiri kan seorang Gus juga manusia gak lepas dari yang namanya khilaf.

^Δ^

"Woiiii !!"

Kiya terserentak dari lamunannya. Lalu menoleh keseorang yang kini telah cengengesan tanpa dosa.

"Apaan sih ? Ngagetin aja ?" celoteh Kiya.

"Hehe maaf" jawab Ashfa. "Lagian ngapai sih ngelamun ? Ntar kesambet loh."

"Hmmm" Kiya berdehem.

"Cerita dong sama Fafa, siapa tahu Fafa bisa bantu" ucap Ashfa dengan gaya sok imutnya.

Kiya menghela nafas,"Btw kita kurang lebih tinggal tiga bulan ya disini?" Kiya membuka suara.

"Ya terus ?" tanya Ashfa.

Kiya memutar bola matanya malas,"Emang kamu nggak sedih apa ? Bakalan berpisah dengan sahabat mu yang imut ini" jawab Kiya.

"Hahaha ya pasti.." Ashfa menggantungkan kalimatnya,"Enggak lah." sambungnya diiringi dengan gelak tawa.

Kiya memanyunkan bibirnya kesal.

Ashfa merangkul pundak Kiya,"Ya pasti kangenlah" ucapnya.

"Udah ada rencana mau ngelanjutin kuliah dimana ?" tanya Kiya.

"Emm belum sih, paling aku kuliah yang gak jauh dari rumah di Jogja" jawab Ashfa.

"Ck, kapok ya sekolah jauh kalau liburan gak bisa pulang ? Yah emang siapa yang suruh kamu nyantri sampai kesini ?" ledek Kiya.

"Aku juga gak tahu sih, padahal dideket sana juga ada pesantren, atau mungkin aku mau dibuang !!" jawab Ashfa dengan serius.

"Mana mungkin orang tua kamu buang kamu ke pesantren, ya paling kalau mereka niat ngebuang buangnya ke kebun binatang" ucap Kiya diakhiri dengan gelak tawa.

"Ishhh emangnya aku binatang apa ?" gerutu Ashfa.

Kiya beranjak berdiri,"Ke asrama yuk !!" ajak Kiya.

"Yuk, aku juga bosan disini" jawab Ashfa sambil mengambil bukunya.

Mereka meninggalkan taman pesantren yang sekarang mulai rame dengan santri-santri yang sibuk memuroja'ah.

^Δ^

Suara adzan menggema dari pengeras masjid yang terletak dipusat pesantren. Seluruh santri berbondong-bondong menuju masjid dengan mendekap mukena juga Al-Qurannya. Para keamanan juga telah mengecek seluruh sudut pesantren. Memastikan tidak santri yang melanggar tata tertib untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah.

Kiya tengah tergopoh-gopoh berlari menyusul teman-temannya yang telah stay dimasjid. Pasalnya hari ini ia merasa sangat lelah dan memutuskan untuk tidur sore. Jangan ditiru ya !! Tidur setelah asar itu gak boleh !! Dengan tanpa mempedulikan siapa Kiya berlari melewati seorang pria berbadan tinggi tegap. Dengan baju putih polos kiya mengira itu adalah santri putra kakak kelasnya.

Kiya segera melepas sendalnya asal-asalan. Dan segera masuk menuju shaf terakhir tentunya. Ia sedikit lega untunglah ia tidak terlambat.

^Δ^

Petang itu Gus Altaf memilih untuk menuju masjid dengan melewati asrama santri putra. Beberapa santri yang kebetulan melihatnya langsung menghentikan kegiatannya dan langsung menundukan kepala takzim. Dan tentu saja dengan senang hati Gus Altaf membalas dengan senyum mautnya. Tentu saja ia berani karena yang ia senyumi adalah santri putra, gak mungkin kan bakalan ada yang pingsan. Eakkk...

Bahkan setelah keluar dari area asrama pun banyak santri yang langsung berhenti ketika melihat Gus Altaf berjalan dibelakangnya. Sebenarnya sih Gus Altaf juga tidak meminta dihormati secara berlebihan seperti itu. Tapi ya mau bagaimana lagi memang begitu adap seluruh penghuni pesantren.

Gus Altaf sedikit terkejut begitu pula santri-santri yang berjalan dibelakangnya ketika melihat seorang santriwati dengan entengnya mendahului langkahnya. Namun Gus Altaf segera bersikap biasa saja ketika melihat siapa santriwati itu, dan siapa lagi kalau buka Kiya.

"Mohon maaf gus, kalau Gus mengizinkan biar saya tegur santriwati tadi" ucap seorang santri putra menawarkan diri.

Gus Altaf segera mencekal tangannya agar tidak mengejar Kiya,"Sudahlah tidak apa, dia juga tidak tahu" ucap Gus Altaf.

"Oh iya gus."

Segaris senyum terukir dibibir Gus Altaf.








📝Wonogiri, 27 Juni 2020

ADZKIYA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang