Part 15

5K 365 8
                                    



Tepat dilantai tiga, tiga orang laki-laki tengah menatap Kiya. Ya mereka adalah Hafiz, Leo dan Ihsan.  Hafiz adalah most wanted di Ponpes Darul Muttaqin. Hampir seluruh santri mengenalnya terutama santri putri kecuali Kiya tentunya. Ya karena Kiya adalah tipe cewek yang cuek dengan sekitarnya.

Hafiz terkenal tampan, pandai tapi cuek dan dingin kecuali kalau semama ikhwan ia adalah cowok yang humoris.

"Ekmm!! Keknya bakalan ada yang jatuh nih guys!!" ucap Ihsan menepuk pundak Leo heboh.

"Jatuh? Siapa? Ada yang mau bunuh diri?!" tanya Leo bodoh.

Ihsan menjitak keras kepala Leo, "Bukan itu!!" jawab Ihsan kesal.

"Ya terus?" tanya Leo.

"Maksud gue Fall In Love" jawab ihsan penuh penekanan sambil melirik Hafiz yang masih memandang kearah halaman bawah.

Disini mereka bertiga memang pakai Lo-Gue. Tapi mereka tetep santri baik juga sopan. Memang aneh sih mungkin. Masa santri ngomongnya pakai Lo-Gue. Tapi gak papa, gaul tetep taat itu keren. Lagi pula Lo-Gue itu juga bahasa Betawi jadi masih budaya asli Indonesia.

Gaul pasti !! Taat harus !!
semboyan mereka bertiga.

"Ohh fall in love" ucap Leo juga melirik Hafiz.

Merasa tersindir Hafiz menoleh kearah dua temannya datar.

"Apasih lo pada?" ucapnya kesal.

"Ekmm.. Lo yang kenapa? Naksir lo sama Kiya?" ujar Ihsan menaik turunkan alisnya.

Membuat Leo bergidik jijik.

"Kiya? Kenal Lo?" tanya Hafiz kepo.

"Yelahh Lo mah, dia tuh salah satu santriwati terkenal disini mungkin di ujian nanti dia bakalan jadi saingan Lo" jelas Ihsan.

Azka kembali memandang kearah Kiya.

"Naksir Lo?" tanya Ihsan sementara Leo seperti biasa memilih menyimak.

"Gak! gue gak naksir" jawabnya datar.

"Tapi gini ya gue kasih tahu, dia tuh.."

"Gak usah! Gak penting" ucap Hafiz singkat lalu menuju kedalam kelas diikuti Leo dibelakang.

Ihsan hanya memasang muka kesalnya. Lalu menyusul langkah kedua sahabatnya.

Hafiz menghentikan langkahnya didepan pintu, lalu menengok kesekeliling.

"Kenapa semua berada diteras?" tanyanya pada Abi salah satu teman sekelasnya.

"Lihatin itu santriwati yang ditakzir bersihin halaman" jawab Abi.

Hafiz menghembuskan nafasnya kasar.

"Semua masuk kelas jangan lihatin halaman terus, zina mata!!" ucapnya tegas dengan tatapan tajamnya.

Semua santri langsung masuk tanpa berniat menjawab perintah sang leader class.

"Yelahh bilang aja Lo gak ikhlas kalo Kiya dilihatin santri lain" sindir Ihsan.

"Yang tadi paling zina mata siapa ya?" tambah Leo dengan terkekeh.

"Berisik!!" ucap Hafiz lalu menuju kelas.

^Δ^

Kiya duduk dipinggir teras kelas X setelah selesai membersihkan halaman. Ia sedikit memijat pelan kakinya yang terasa capek.

Coba aja tadi yang ngajar Ustad Iman pasti aku gak bakalan kena takzir. Gerutu Kiya dalam hati.

"Sudah selesai?" Suara berat seseorang hmpir membuat Kiya terlonjak.

Kiya menoleh kearah suara dan terlihat Gus Altaf menuju kearahnya dengan membawa sebotol air minum.

"Ditanya kok malah bengong" ucap Gus Altaf terkekeh.

"Eh? Iya Gus sudah selesai" jawab Kiya.

Gus Altaf menyerahkan sebotol minumnya pada Kiya.

"Terimakasih" ucap Kiya. Gus Altaf menjawabnya dengan anggukan.

Gus Altaf duduk disebelah Kiya dengan jarak sekitar 50cm. Jauh kok !!

"Lain kali jangan tidur kemaleman biar nggak ketiduran dikelas" ucap Gus Altaf.

"Iya gus maaf"

"Nanti setelah asar semua ketua kelas kumpul diperpustakaan putra, tadi Ustadzah Ziyah bilang kekelas pas kamu gak ada" ucap Gus Altaf.

"Untuk apa?" tanya Kiya.

"Mungkin membahas soal acara ultah pesantren"

Kiya hanya mengangguk mengerti.


📝Wonogiri, 8 Juli 2020

ADZKIYA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang