Part 14

4.7K 365 0
                                    

Happy reading...

Pukulan lonceng telah menggema dengan begitu kerasnya. Suasana yang tadinya sedikit sepi kini menjadi riuh karena suara lari dari sekian santri yang melewati halaman luas pesantren untuk segera menuju kelas masing-masing.

Kiya masih sibuk dikamarnya mencari sebuah buku yang tak kunjung ketemu. Ia tak habis pikir akan seberapa cerobohnya dirinya. Setelah sekitar lima menit ia segera menyusul kawan-kawannya untuk menuju ke kelas.

Kiya berhenti tepat didepan pintu kelasnya dengan napas tersengal. Satu tangannya memegang daun pintu dan satu tangannya lagi memegang lututnya yang tengah kecapekan.

Syukurlah belum terlambat... Batinnya.

Ehmmm..!!

Suara deheman seseorang membuatnya spontan menoleh ke belakang.

"Kenapa masih berdiri disini? Gak masuk?"

"Eh, Gus i...iya ini mau masuk" Jawab Kiya gugup. Lalu segera masuk dan menuju bangkunya.

"Ishh,, kamu kok ninggalin aku sih" gerutu Kiya.

"Ya.. Habisnya kamu kebiasaan deh lemot" Jawab Ashfa.

Kiya menghela nafas lelah.

"Assalamualaikum wr.wb"

Suara berat Gus Altaf memecah keheningan kelas. Beberapa santri langsung membuka buku masing-masing. Ada juga yang malah tanpa henti memandang dengan kagum pada Gus Altaf. Aishhh dasar alay...

"Hari ini saya akan mengisi pelajaran matematika"

"Haaaa?!!" koor seluruh santri tak percaya.

"Oke mungkin ini bukan keahlian saya, tapi insyaallah saya sedikit paham tentang matematika" terang Gus Altaf.

Seisi kelas hanya mengangguk paham.

"Hah? Apa dia serius? ......Matematika?" bisik Kiya pada Ashfa.

"Stttt,,, gak boleh gitu" ucap Ashfa.

Dan ternyata Gus Altaf sangat pandai dalam bidang trigonometri. Sampai-sampai ia terlalu ngebut dalam menerangkan. Dan sialnya ini adalah pelajaran yang paling Kiya tidak suka. Dan bodohnya ia malah memilih untuk melamun hingga akhirnya tertidur. Pilihan yang sangat extreem Kiya...

"Ehmm,,, itu kenapa yang dipojok malah tidur" ucap Gus Altaf. Sontak seisi kelas langsung mengikuti arah pandangnya.

Dan.. Kiya masih tak menyadari bahwa ia tengah menjadi pusat perhatian saat ini.

"Kiya !!" ucap Gus Altaf keras sekali lagi. Namun Kiya masih tak menyadari.

Merasa temannya tengah dalam keadaan bahaya Ashfa segera menyenggol lengan Kiya.

"Kiya !! Bangun woiii !!" ucap Ashfa mendekatkan mulutnya pada telinga Kiya.

"Hmmmm" Kiya bergumam kecil. Lalu mengerjap-ngerjapkan matanya. Perlahan nyawanya mulai terkumpul utuh. Satu bayangan pertama yang ia lihat adalah Gus Altaf yang menatap dirinya dengan sedikit geram.

Ia mengedar pandangannya keseluruh isi kelas. Dan lagi-lagi ia hanya melihat semua orang menatapnya dengan ekspresi beda-beda. Ada yang menatapnya heran ada juga yang menahan tawa.

"Kenapa tidur? Sakit?" tanya Gus Altaf singkat dan jelas.

Kiya menggaruk kepalanya lalu menoleh kearah Ashfa," Aku harus bilang apa nih?" bisik Kiya pada Ashfa. Dan yang ditanya hanya mengangkat bahunya tak acuh. Cari aman lebih tepatnya.

"Gak usah bingung cari alasan!!" cetus Gus Altaf.

Kiya hanya menampilkan cengengesannya. Siapa tahu Gus'e bisa luluh, batin Kiya. Luluh dari hongkong!!.

"Gak usah cengengesan! Sekarang bersihin halaman utama pondok!!" ucap Gus Altaf tegas.

"Ha..halaman utama? Apa gak ada yang lain gus?" ucap Kiya bernegoisasi.

"Gak ada! Cepat sekarang lakukan!" tegas Gus Altaf.

"I..iya Gus.." jawab Kiya pasrah.

Kiya berjalan menuju halaman utama pondok dengan malas. Perlu diketahui, halaman utama pondok berada ditengah-tengah pusat pesantren. Dan dikelilingi oleh gedung-gedung berlantai tiga yang digunakan untuk kelas.

Kiya mulai memunguti sampah dengan satu tangan kirinya membawa kantong plastik berukuran sedang. Menyebalkan sekaligus malu, yang dirasakan Kiya saat ini. Malu karena ia menjadi pusat perhatian dari santri-santri yang berada diteras lantai dua.

Ya gedung samping kanan halaman adalah untuk kelas putri. Kelas X berada dilantai 1 satu, dan berurutan kelas XI dan XII diatasnya. Dan disamping kiri adalah kelas putra jadi bersebrangan dengan gedung kelas santri putri. Karena halaman yang membatasi kedua gedung sangat luas maka tidak menungkinkan bagi ikhwan dan akhwat untuk saling curi pandang apalagi saling komunikasi. Dan juga dibatasi oleh kantor guru pesantren jadi lebih aman.




📝Wonogiri, 8 juli 2020

ADZKIYA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang