Happy reading😊
Gus Altaf menghembuskan nafas lega. Ia pikir Kyai Ghafar akan membahas suatu hal yang ia benci namun ternyata tidak. Ingin tahu apa yang dibicarakan? Entahlah hanya keduanya dan tuhan yang tahu.
Gus Altaf meminta sang sopir menepikan mobilnya didepan supermarket. Ia turun dari mobil dan sekitar beberapa menit ia kembali dengan menenteng sebuah kresek hitam.
"Beli apa gus?" tanya Pak Salim, sopir.
"Eh? Emm..."
"Nopo to gus? Mbok yo sing jelas" ujar Pak Salim terkekeh.
Gus Altaf menggaruk tengkuk kepalanya. "Beli coklat"
"Coklat? Sejak kapan sampean suka coklat?"
"Sejak kapan ya..."Pak Salim menggelengkan kepala. Ada apa dengan Gus-nya?
***
"Cari siapa?"
Kiya membuka pintu kamar ketika mendengar ada yang mengetuk. Sudah pukul sembilan keinginan untuk tidur akhirnya terurung.
"Ini ada titipan dari Gus Altaf" ucap santriwati itu memberikan sebuah keresek hitam.
"Oh.. Makasih" jawab Kiya lalu menutup pintu kamar.
Kiya kembali mendudukan diri dikasurnya. Sambil menyenderkan kepala pada tembok asrama. Kiya membelalakan matanya setelah membuka keresek tersebut. Ada sekitar lima belas batang coklat silver queen.
"Apaan tuh?" kepo Ashfa.
Kiya menyodorkan keresek hitam yang ia pegang agar Ashfa melihatnya.
"Kamu niat borong apa gimana sih? Banyak banget beli?" tanya Ashfa sama-sama terkejut.
"Bukan aku yang beli"
"Lah terus?"
"Gus Altaf"
Ashfa menutup mulutnya rapat. Antara terkejut campur tidak percaya.
"Yaudah nih." Kiya memberikan tiga batang untuk Ashfa. "Ganti yang tadi siang"
"Ini kebanyakan kali. Tadi siang kan cuma satu"
"Gak papa"
"Okelah... Makasuih Kiya"
***
"Ekhmm-ekhmm"
Suasana kamar Fadjar dan Fahri sangat ramai malam ini. Bagaimana tidak? Ada Gus Adzar yang tengah latihan untuk pidato. Bukan pidato sih cuma ceramah rutinan. Gus Alyas tengah menyender ditembok dengan memegang buku kitabnya untuk dihafal. Fahri yang tiduran juga Gus Altaf melamun tak jelas.
"Ekmm-ekhmm"
"Ekhmm"
"EKHMMM!!"
"Kapan mulainya sih Gus? Dari tadi cuma ekhm-ekhmm doang" ucap Fajar mencoba sabar menghadapai Gusnya.
Fajar tengah mengajari Gus Adzar cara Publick Speaking. Gus Adzar sendiri yang meminta. Dengan alasan Fajar lebih pengalaman karena di Kairo ia tidak sekalipun pernah ceramah didepan orang banyak. Dan jika meminta diajari Gus Altaf atau Gus Alyas sudah ia tebak pasti ia tidak akan sabaran mengajarinya.
"Bentar-bentar" ucap Gus Adzar menarik dan menghembuskan nafas seolah berada didepan orang banyak.
"Ekmm...ekhmm"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADZKIYA (Selesai)
Teen FictionBerhubung ini cerita pertama dan gak jelas banget. Mohon kerjasamanya untuk memberi kritik yang membangun🙏 Warning : Typo bertebaran. Salah pengetikan nama. Alur yang bikin bingung.