Happy reading😋
Setelah kurang lebih satu mulai mereda. Berganti dengan semburat panas bercampur dengan sedikit titik-titik air hujan. Kabutpun mulai naik kembali menuju langit.
Kiya dan Gus Altaf masih meneduh dibawah gubuk sederhana itu. Keduanya terhanyut dalam keheningan. Hanya ada suara kicauan burung yang menandakan hujan telah reda.
Kiya masih dengan balutan sorban yang menutupi tubuhnya. Sesekali ia mencengkeram warna coklat muda tersebut dengan kuat ketika hawa dingin tiba-tiba menjalar ketubuhnya.
Sementara Gus Altaf sibuk berkutat dengan ponselnya. Jujur Kiya sedikit iri, santrinya nggak boleh pegang apalagi bawa HP, masa Gusnya malah sibuk bermain game. Tapi ya.. Mau baagimana lagi? Mau protes ntar dikira nggak sopan. Jadi ya diam aja deh.
Gus Altaf memasukan ponselnya kedalam saku bajunya dan menoleh kearah Kiya. "Balik sekarang?" tanyanya.
Kiya mengangguk mengiyakan.
"Nggak usah dilepas. Pakai aja dulu" ucap Gus Altaf ketika melihat Kiya ingin melepas sorbannya.
Kiya kembali mengangguk dan mengikuti Gus Altaf dari belakang. Memperhatikan kesekeliling, sepi. Hanya ada beberapa petani diseberang tengah kembali membajak sawah. Mungkin kawan-kawannya sudah balik sebelum hujan turun tadi. Pikirnya.
Gus Altaf menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. "Hati-hati jangan sampai kepleset jalannya_"
"Eh.. Aaa..."
Baru saja Gus Altaf akan memperingati kalau jalannya licin Kiya sudah terlanjur kepleset. Kaki kirinya tampak penuh lumpur berwarna coklat kehitaman.
"Tuh kan, makanya jalan tuh yang bener. Jangan kayak bocah" ucap Gus Altaf tertawa.
Kiya menarik kaki sedikit berat karena masuk kedalam lumpur basah.
"Gara-gara Gus Altaf tauk!" protes Kiya.
"Kok aku?"
"Ngapain tiba-tiba berhenti?"
"Lah kenapa nggak ditabrak aja" jawab Gus Altaf tanpa dosa.
Okay! Nggak usah dijawab.. Ntar nggak ada abisnya. Batin Kiya.
"Jalan lagi, kita cari air" ucap Gus Altaf melanjutkan langkahnya.
Kiya kembali mengikuti langkah Gus Altaf dengan kakinya yang sedikit sulit untuk dibuat berjalan. Dengan kesusahan ia menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh ke pematang sawah.
***
Baru saja memasuki gerbang pesantren mereka disuguhi oleh tatapan aneh seluruh orang. Malah ada yang setengah berbisik-bisik. Dasar tidak sopan. Bisa ditebak pasti mereka semua telah berpikir yang enggak-enggak tentang Kiya dan Gus Altaf.
Tak ingin berpikir panjang dengan santai Kiya melewatinya tanpa mempedulikan segala bisikan tentang dirinya. Begitulah menurut Kiya, mereka terlalu kurang kerjaan sampai segitunya membicarakan hal tidak penting.
Sama dengan Gus Altaf memilih untuk tidak mempedulikan penilaian bodoh mereka. Toh buktinya semua santri yang dilaluinya tetap menunduk memberi penghormatan untuknya.
"Assalamualaikum" ucap Gus Altaf memasuki ruang tamu keluarga.
"Waalaikumsalam" jawab Kyai Shadiq.
Gus Altaf mendudukan diri disamping Kyai Shadiq.
"Altaf..." panggil Kyai Shadiq.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADZKIYA (Selesai)
Teen FictionBerhubung ini cerita pertama dan gak jelas banget. Mohon kerjasamanya untuk memberi kritik yang membangun🙏 Warning : Typo bertebaran. Salah pengetikan nama. Alur yang bikin bingung.