Happy Reading❤
Kiya melangkahkan kakinya dikoridor pesantren. Suasana masih sangat sepi, mungkin sebagian besar santri masih ngantri dikamar mandi. Ya, kali ini ia memilih berangkat lebih awal dari biasanya. Biasanyakan telat:v
Ia melepas sepatunya tepat didepan teras kelas. Lalu membuka pintu dan menuju bangkunya yang terletak paling pinggir. Dari samping jendela ia bisa melihat beberapa santri putra berlalu-lalang melewati lapangan.
Ia menatap kesetiap sedut kelas. Suasana sangat sepi. Membuatnya bersamaan merasa takut dan damai. Dinding bercat hijau muda berpadu kuning dengan bau khas pondok membuatnya betah jikapun sendirian dikelas sampai siang.
Sekitar beberapa menit berlalu. Para santri satu-persatu masuk dan duduk dibangku masing-masing. Semua sibuk dengan buku masing-masing. Tak ada satupun yang membawa minuman ataupun cemilan dikelas. Bagaimana tidak? Orang sejak ba'da subuh udah stay ngantri untuk mandi.
"Kenapa ninggalin?" Ashfa duduk disamping Kiya dengan kesal.
"Kamu kelamaan"
"Hilihh baru sekali tertib aja belagak" timpal Ashfa.
"Enak aja bilang sekali" jawab Kiya tak terima.
"Emm,, UN kapan?" tanya Ashfa.
"Minggu depan"
"Aduhh.. Cepet banget sih. Padahal aku belum siap-siap extra time belajar"
Kiya menggelengkan kepalanya. "Waktu akan terasa lebih cepat jika kamu tidak mengimbanginya."
^Δ^
Selesai isya' Gus Altaf duduk didepan tv dengan sibuk memainkan game diponselnya. Jaket hitam dengan sebuah sorban mengalung dilehernya sekedar untuk mengurangi hawa dingin yang menyeruak ditubuhnya.
Tak sedikitpun pandangannya beralih dari benda pipih yang dipegangnya. Membiarkan tv didepannya menyala tanpa menyilau. Eakk..
Sebuah langkah kaki yang terdengar mendekat kearahnya. Membuatnya spontan menoleh.
"Abah? Umi?" Gus Altaf meletakan ponselnya diatas sofa setelah sebelumnya ia matikan.
Kyai Shadiq dan Umi Khadijah duduk diatas karpet didepan Gus Altaf. Tak ingin terlihat tidak sopan Gus Altaf juga duduk lesehan didepan Umi dan Abahnya.
"Ada apa bah?" tanya Gus Altaf.
Kyai Shadiq dan Umi Khadijah saling pandang. Umi Khadijah mengisyaratkan kepada Kyai Shadiq untuk mengatakannya.
"Jadi begini," Kyai Shadiq menggantungkan ucapannya, "Abah dengan Kyai Ghafar berniat untuk menjodohkan mu dengan Arifa" jelas Kyai Shadiq.
Gus Altaf terserentak mendengar ucapan Abahnya.
Nggak ada hujan nggak ada angin. Tiba-tiba kesambar petir. Eh salah-salah. Yang bener gimana sih?
"Kamu bisa ta'aruf dulu Taf" ucap Kyai Shadiq yang paham raut wajah Gus Altaf.
Gus Altaf menghela nafas kasar. "Kenapa harus dijodohin Altaf sama Arifa sih bah?"
"Itu yang terbaik buat kamu nak" ucap Umi Khadijah.
Apa? terbaik?!
"Tapi mi_" protes Gus Altaf.
"Arifa kurang apa sih? Dia pinter, baik, sopan, pandai agama lagi" tutur Umi Khadijah.
Gus Altaf melepas pecinya gusar. "Tapi Altaf nggak suka sama Ar_"
Ucapan Gus Altaf terpotong dengan kedatangan Ning Arifa yang tiba-tiba. Selesai acara lusa kemarin Ning Arifa memang memutuskan untuk menginap dan akan pulang besok.
"Ada apa ini? Kayaknya lagi bahas penting?" tanya Ning Arifa duduk disamping Nyai Khadijah. Menatap Gus Altaf dengan tatapan heran.
Merasa sedang diperhatikan Gus Altaf segera kembali memakai pecinya dan merapikan rambutnya yang sempat acak-acakan. Lalu menunduk menatap kebawah enggan memandang Ning Arifa.
"Nggak ada apa-apa. Cuma ngomongin biasa kok bukan hal penting" jawab Umi Khadijah.
Ning Arifa mengangguk tak merasa curiga sedikitpun.
"Arifa besok jadi pulang?" tanya Umi Khadijah.
"Jadi umi besok pagi"
"Besok Altaf ikut nganterin Arifa ya" ucap Umi Khadijah kepada Gus Altaf.
Gus Altaf menatap kearah Umi Khadijah. "Altaf nggak bisa umi. Besok Altaf ada jadwal ngajar" tolak Gus Altaf.
"Tapikan bisa izin suruh gantiin ustad atau ustadzah lain"
Gus Altaf menghela nafas dan menatap kearah Ning Arifa yang memandangnya sedikit berharap. "Baiklah kalau begitu" pasrahnya.
"Kalau Kak Altaf sibuk nggak papa kok Arifa bisa dianter sendiri sama Pak Sopir" ucap Ning Arifa nggak enak.
"Nggak. Aku nggak sibuk" jawab Gus Altaf.
"Tapi katanya besok kakak ngajar?" tanya Ning Arifa.
"Besok aku izin" jawab Gus Altaf singkat.
"Aku kekamar dulu ngantuk" ucap Gus Altaf lalu menaiki tangga menuju kamarnya.
Ning Arifa menatap punggung Gus Altaf. "Kak Altaf kenapa mi?"
Umi Khadijah tersenyum. "Mungkin kecapekan" jawabnya. "Kamu juga buruan tidur gih. Udah malam ini"
"Iya kalau begitu umi. Arifa kekamar dulu"
Umi Khadijah menatap Kyai Shadiq yang tengah menonton tv.
"Gimana ini bah?" tanya Umi Khadijah.
Kyai Shadiq berbalik menatapnya. "Apa aku bilang. Altaf mana mungkin mau dijodohkan"
Gus Altaf merebahkan badannya dikasur. Menatap langit-langit kamarnya dengan gusar. Sungguh ia tak habis pikir dengan kedua orang tuanya.
Apaka kedua orang tuanya dulu juga menikah karena perjodohan?!!
Oh tidak!! Dirinya tidak suka dengan perjodohan. Bukan karena apa? Namun ia tahu kalau dirinya adalah tipe orang yang sulit untuk mencintai. Jangankan mencintai? Mengenal cinta aja ia tidak pernah kepikiran. Kecuali dengan satu orang? Siapa lagi kalau bukan Author. Ups..
Moon maap🙏 part pendek.
Tapi tunggu aja next part insyaallah bakalan lebih uwu dari ini. Hehe..😁Jangan lupa kasih vote ya >_<
Sampai jumpa di next part❤📝Wonogiri, 1 Agustus 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
ADZKIYA (Selesai)
Novela JuvenilBerhubung ini cerita pertama dan gak jelas banget. Mohon kerjasamanya untuk memberi kritik yang membangun🙏 Warning : Typo bertebaran. Salah pengetikan nama. Alur yang bikin bingung.