Part 8

2.4K 205 16
                                    

Leave your vote and comments if you like this part :3

Happy reading!

*

*

*
Playlist : All I want---Kodaline


_______________________________________

Manhattan, New York City. 11.00 PM.

Memasuki akhir tahun, Manhattan terlihat lebih mempesona dari bulan-bulan sebelumnya. Gedung-gedung secara konstansi dihias ornamen natal. Pohon dan deretan toko di sepanjang jalan 5th Avenue tampak berkilau oleh cahaya lampu yang didekorasi.

Alessa, Alex, dan Louis---yang berada di gendongan ayahnya---berjalan menyusuri jalan lebar di tengah Central Park, the Plaza. Niat Alex menghabiskan waktu bertiga sejak pagi, terpaksa gagal karena beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. Akibatnya, ia baru dapat menepati janji---membawa Louis jalan-jalan bersama Alessa---pada jam sebelas malam. Jelas saja tempat itu sudah sepi.

"Louis kenapa masih cemberut? Kan Daddy sudah menepati janji," ujar pria dewasa berjas hitam tersebut sembari mencium pipi putranya cepat.

"Tapi tempatnya telah sepi, Dad. Louis jadi tidak bisa bermain dengan anak-anak lain." Louis menyahut, lalu memajukan bibir beberapa senti. "Padahal Louis juga ingin bermain ski."

Alessa yang sejak tadi diam pun mau tidak mau tersenyum. Ia ikut mencium pipi tembam bocah itu. "Louis tidak senang tidak bisa bermain bersama teman-teman atau tak suka ada Mum?"

Anak itu sontak menoleh dan menggeleng cepat. "Louis tidak bermaksud begitu. Tapi memang akan lebih seru jika ke mari saat siang hari."

Alex dan Alessa tidak sengaja bersitatap. Namun, wanita itu langsung memalingkan wajah seraya mendengkus lirih. Sepertinya, ia masih kesal terhadap keberadaan Alex.

"Maafkan Daddy, Son. Tadi pekerjaan Dad tidak bisa ditinggalkan. Lain kali kita berkunjung lagi ketika masih siang, oke?"

"Tapi apakah Mum mau? Tadi saja terlihat terpaksa karena Louis menangis." Celetukan Louis membuat Alex kontan terbatuk, sedangkan Alessa bergerak salah tingkah.

"She is your mum if you forget, Son. Dan seorang ibu pasti akan melakukan apa pun untuk anaknya. Bukan begitu, Mummy Alessa?"

Ia tersentak. Kemudian memelototi Alex yang kini sedang tersenyum jahil. Sial! Melakukan apa pun katanya? Bilang saja kalau Bastard itu berniat menjadikan Louis sebagai pancingan!

"Benarkah, Mum?"

Suara Louis memutus tatapannya. Alessa menoleh sambil tersenyum dipaksakan. "Tentu, Sayang."

Anak itu tersenyum lebar. Alessa jadi merasa kasihan karena kehadiran Louis tidak lain dijadikan tameng sekaligus umpan oleh orang tua angkatnya ini. Oh tidak, salahkan saja Alex yang memulai lebih dulu!

Dan bisa-bisanya makhluk sialan tampan itu tidak melunturkan seringai dan berhenti meliriknya usil, di saat berbicara dengan Louis. Menyebalkan!

Alessa mengentakkan kaki kesal dan memilih berjalan lebih dulu. Biar saja Louis menganggapnya kekanakan.

"Mum!" seru Louis yang diabaikan perempuan itu. Bocah itu menatap ayahnya lugu seraya menunjuk tubuh ibunya. "Daddy, kenapa mum meninggalkan kita?"

CHASING Over the LIMITS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang