Part 30

1.7K 163 31
                                    

Leave your vote and comments if you like this part :3

Happy reading!

*

*

*

Playlist : Centuries -- Fall Out Boy

****


Williams Group's Skyscraper Building. Manhattan, New York City. 01.00 PM.

Entah sudah keberapa kalinya Alex membenarkan posisi duduk sambil menghela napas. Gelisah dan cemas. Dadanya terus berdebar-debar dengan alasan yang Alex sendiri tak mengerti. Sejak sampai di kantor dua jam lalu, perasaannya menjadi tidak enak. Pikirannya setia tertuju kepada Alessa. Berulang kali pria itu mendial nomor Alessa untuk sekedar memastikan keadaan, tetapi respon dari operator lah yang ia dapatkan. Ponsel kekasihnya itu mati. Membuat firasat buruk semakin bergelayut di dalam kepala.

Menyerah. Ia beralih menghubungi nomor tangan kanannya yang langsung mendapat sahutan di dering ketiga.

"Ya, Sir?"

"Bisakah kau datang ke Classic Cafe sekarang juga?" Alex merebahkan tubuh dan memutar-mutar kursi untuk mengalihkan pikiran. "Tolong pastikan saja Alessa baik-baik saja di sana."

Derap langkah cepat terdengar di seberang panggilan. "Baik, Sir. Saya segera menuju ke sana."

"Bagus. Segera kabari aku sesampainya di sana," pungkas Alex sebelum menutup telepon.

Ia kembali menegakkan tubuh dan mulai berkutat dengan komputer. Sebenarnya, pekerjaan Alex menumpuk dan harus segera diselesaikan. Namun, hatinya belum merasa tenang meski sudah menyuruh Jorge datang ke kafe Alessa. Sehingga sekarang yang ia lakukan adalah memastikan rekaman CCTV Classic Cafe, ketimbang melanjutkan memeriksa Email ataupun kertas-kertas di atas meja.

Layar monitor menampilkan enam kotak yang masing-masing mengintai tempat berbeda. Alex memperbesar bagian yang menunjukkan keberadaan Alessa, kemudian mengembuskan napas dalam. Wanita itu baik-baik saja. Kecemasannya berkurang, namun perasaan tidak enaknya tetap saja tak kunjung reda. Merasa lelah menerka-nerka apa gerangan yang terjadi, ia pun beralih membuka aplikasi lain dan mencoba fokus pada pekerjaan.

Lima belas menit berlalu, gawai Alex di samping komputer berkedip. Pria itu dengan sigap meraih dan mengangkatnya. "Jorge, bagaimana? Apakah keadaan di sana stabil? Tidak ada hal yang mencurigakan baik di dalam maupun di luar area kafe, bukan?" todongnya beruntun.

"Aman-aman saja, Sir. Anda menginginkan saya tetap di sini atau---"

"Ya." Ia menyela, "awasi saja diam-diam dan terus laporkan perkembangan keadaan di sana."

"Baik, Sir. Akan saya laksanakan."

Telepon ditutup Alex. Pria itu meraih segelas air putih dan meneguknya sampai tandas. Kemudian, menarik setumpuk map dan mulai membuka satu per satu sambil sesekali mengatur napas, berharap degupan jantungnya kembali normal. Meski tak memungkiri keringat sebesar biji jagung mulai membanjiri sekitaran wajah dan leher.

CHASING Over the LIMITS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang