Part 23

1.9K 161 45
                                    

Leave your vote and comments if you like this part :3

Happy reading!

*

*

*

Playlist : I choose -- Alessia Cara

*****

Madrid, Spain. A few years ago.

Dua minggu pasca ia menemukan Alessa bersama Dave di kafe, Alex mendadak berubah menjadi penggemar fanatik yang tak kenal lelah menemui Alessa. Hampir setiap hari ia mengunjungi mansion Shovkovsky dan hampir setiap hari pula ia mendapat penolakan wanita itu. Namun, seperti kata pepatah 'usaha tidak akan mengkhianati hasil', aksi Alex membuahkan hasil tiga minggu kemudian. Alessa akhirnya bersedia memberinya kesempatan berbicara empat mata. Hal itu tentu saja tidak disia-siakan Alex.

Dengan mengenakan setelan mahal, di hari Sabtu malamnya Alex datang membawa sebuket bunga dan cokelat---kedua barang ini merupakan ide Emily yang sangat bersemangat usai mendapat kabar darinya---datang ke mansion Shovkovsky penuh sopan satun. Abraham selaku kakek Alessa langsung menyambutnya dengan tangan terbuka. Bahkan lelaki paruh itu terang-terangan memberikan Alex lampu hijau jika memang berniat meminang Alessa. Alex sendiri sudah dapat menebak kalau selama ini Abraham diam-diam mencari tahu soal dirinya, sehingga dengan mudah memberikan restu.

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Alessa di tengah keheningan yang tercipta sejak beberapa menit lalu.

Malam itu, mereka berbicara empat mata di dekat kolam renang. Alex masih mengingatnya jelas bagaimana raut Alessa saat bicara kala itu; tanpa ekspresi dan tak pernah menatap wajahnya walau hanya sedetik.

Kemudian ia berdehem. "Aku tertarik padamu," sahutnya, mengundang kekehan sinis wanita di sisinya. Akan tetapi, Alex tak tersinggung sama sekali. Selama satu bulan ia sudah banyak berpikir dan memantapkan hati. Alessa adalah pilihannya. Meski baru pertama kali merasakan perasaan asing ini, Alex akan berusaha mendapatkan Alessa bagaimanapun caranya.

"Kalau tujuanmu mengatakan itu untuk mencari mangsa baru, kau salah orang. Aku bukan wanita gampangan."

"Benarkah?"

Ucapan Alex akhirnya dapat membuat Alessa menoleh. Ia sedikit bergidik ngeri ditatap setajam dan sedingin itu.

"Entah yang dimuat banyak berita itu benar atau tidak, tapi aku tetap tidak percaya kau tak pernah berkencan." Wanita itu kembali memalingkan wajah, mendengkus samar, "jadi mengaku saja, aku ini target ke berapa?"

"First and will be the only one," jawab Alex lugas.

"Aku serius."

"Aku lebih serius. Bahkan jika kau meminta aku menyeriusimu ke gereja saat ini juga, aku siap," sahutnya, lantas menyengir ketika Alessa menoleh dan memandangnya membunuh.

Untuk beberapa waktu, wanita itu memindai Alex naik-turun dengan tatapan menilai dan alis hampir menyatu. Tampak menimbang-nimbang keputusan. Alex dibuat gugup. Ragu-ragu ia menyentuh lengan Alessa, lalu menelan ludah cepat.

"Di sini, aku tidak menawarkan kepercayaan padamu. Aku hanya meminta kau memberiku waktu untuk membuktikan, dan dengan begitu kau bisa menilai sendiri, apakah ucapanku hanya bualan semata atau serius. Mau percaya atau tidak, itu keputusanmu. Tugasku di sini hanya membuktikan. Itu saja." Ia menarik napas, berusaha mengurai kegugupan. Tatapan Alessa seperti membunuh sekaligus membakar sekujur tubuhnya sekarang. "Jika kau bersedia memberi kesempatan, maka aku akan menetapkan konsekuensi untuk diriku sendiri, aku akan berhenti mengejarmu bila sampai mengkhianati kepercayaan yang kau berikan. Konsekuensi itu berlaku selamanya, kalau memang kau berkenan menjatuhkan kepercayaan."

CHASING Over the LIMITS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang