Part 40

2.7K 156 10
                                    

Leave your vote and comments if you like this part!

Happy reading!

*

*

*
Playlist: Mirrors--Justin Timberlake

***

Chicago, Illinois. Negara bagian Amerika Serikat. 09.30 PM.

"Cucuku."

Kedua tungkai Alessa berayun cepat, sebelum kemudian menubruk tubuh Abraham. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang kakek, terisak pelan, menyalurkan segenap rindu. Seiring kristal bening berjatuhan, Alessa mencengkram erat pakaian yang kakeknya gunakan. Inilah salah satu sandaran yang ia butuhkan. Tempat ia mengadu, baik sebelum dan sesudah mengenal seorang Alexander.

"Kau baik-baik saja, 'kan, Sweetheart?" tanya Abraham sembari mengelus surai panjang Alessa. Begitu merasakan kepala di ceruk lehernya mengangguk, ia mengurai pelukan. Menghapus bekas air mata cucunya, ia beralih menatap Maxime yang setia berdiri tak jauh dari mereka. "Terima kasih sudah memenuhi janjimu akan menolong dan selalu menjaga cucuku." Kerutan di sudut mata Abraham bertambah ketika pria paruh baya itu tersenyum.

Sementara lelaki berpakaian serba hitam di depan sana menundukkan kepala sopan---singkat, sebelum membalas senyum Abraham tak kalah lebar. "Dengan senang hati, Sir. Terima kasih juga sudah berkenan membantu misi saya, termasuk memberi tahu informasi terkait aksi teror yang menimpa Alessa selama ini. Saya sangat berterima kasih untuk itu."

Meski tak menyimak pembicaraan secara keseluruhan---karena sibuk menormalkan deru napas, Alessa tetap mematung mendengar sepenggal kalimat Maxime. Jadi, selama ini mereka bekerja sama? Pantas saja grandpa-nya itu lebih banyak memaklumi saat ia mengatakan sangat sibuk, padahal dulu---saat masih tinggal bersama---pergi terlalu lama saja sudah dihubungi berulang kali. Astaga, mengapa beberapa bulan terakhir ini ia tidak curiga sedikit pun?

Beberapa detik terdiam, wanita itu mengerjap pelan ketika menangkap suara kekehan kakeknya.

"Sama-sama, Nak."

"Kalau begitu, saya pamit, Sir. Saya harus ke kantor untuk melaporkan tugas. Selamat malam."

Maxime membungkuk sebentar, kemudian berlalu setelah sempat melempar senyum kecil kepada Alessa. Sepeninggal lelaki itu, Abraham lantas menyentuh lengan cucunya untuk menarik perhatian Alessa yang masih terpatri ke arah pintu.

"Oh ... Alessa, Grandpa sangat merundukanmu." Pria paruh baya itu membawa Alessa ke dalam pelukan lagi sembari mengusap, sesekali menjatuhkan ciuman kecil di puncak kepalanya. "Jangan membuat Grandpa khawatir lagi, Nak. Kau bisa membunuh Grandpa jika kejadian seperti ini kembali terulang."

Di dalam dekapan sang kakek, Alessa tersenyum samar. Matanya masih terasa panas. Namun, wanita itu berusaha menahan desakan air mata dan menenggelamkan kepala di ceruk leher Abraham. Kedua tangannya membalasan pelukan kakeknya tak kalah erat. Hingga tanpa sadar, bisikan lirih meluncur keluar dari bibirnya bersama dengan isak tangis yang tak dapat dibendung.

"Maaf sudah membuat Grandpa khawatir. Seharusnya Alessa menyetujui permintaan Grandpa untuk membawa bodyguard ke mana pun Alessa pergi. Kalau saja Alessa tidak membangkang, hal ini tidak akan terjadi dan Alex serta Louis akan baik-baik saja. Tapi, sekarang ... semuanya sudah terlambat dan mungkin ... mungkin Alessa tidak bisa lagi bertemu mereka."

CHASING Over the LIMITS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang