EPILOGUE

5.1K 209 36
                                    

Leave your vote and comments if you like this part!

Happy reading!

*

*

*
Playlist : Marry Your Daughter---Brian McKnight

***

Alexander Maurer Williams, yatim piatu yang kini mewarisi seluruh aset keluarga Williams, tak pernah merasa sebodoh ini karena mencintai seseorang begitu dalam. Logikanya tak pernah merasa segila ini karena terus dikalahkan hati. Semua yang dialami---perubahan-perubahan tak terduga---yang terjadi lima tahun belakangan, tak sedikit pun membuatnya menyesal. Alessa memang seperti obat-obatan terlarang yang membuatnya kecanduan, tetapi Alex tak keberatan menjadi pecandu yang over dosis. Semua yang telah mereka lalui terasa amat berharga. Sedetik pun Alex tak berniat melupakannya. Bahkan jika sanggup, Alex ingin menuliskan setiap perjalanan mereka untuk diceritakan kepada anak cucunya kelak.

Kini ... ketika keadaan jauh lebih baik, perasaan ingin memiliki seutuhnya terasa menggebu-gebu. Alessa harus menjadi miliknya. Tak akan ia biarkan siapa pun mencuri start ataupun mengambil apa yang sudah ia cap sebagai miliknya. Sekalipun orang yang sudah ia anggap paling dekat.

"Grandpa sudah mengatakan bahwa semua keputusan ada di tanganku. Maxime sendiri tidak keberatan melepaskan dan membiarkanku bahagia bersamamu. Lalu apa yang masih kau takutkan?"

Mata Alex terpejam, merasakan usapan lembut di pipinya. Angin berembus cukup kencang, tapi Alex tak merasa kedinginan hanya karena Alessa berada di dekatnya. Wanitanya---penguasa hatinya, kini duduk di sampingnya, tersenyum lembut dan memberikan efek menenangkan. Perasaan bahagia Alex meluap-luap---bagai bunga api, sementara di dalam sana jantungnya terus berdegup kencang.

"Terima kasih sudah memberiku kesempatan dan bertahan," kata pria bersetelan jas hitam licin itu tidak nyambung, entah untuk ke berapa kalinya.

Mereka sedang dalam perjalanan menuju Manhattan dan sejak pertemuan mereka kemarin, Alex tidak berhenti berucap maaf dan berterima kasih. Sampai Alessa merasa gemas sendiri dan berulang kali mencubit kedua pipi Alex seraya berkata, "Apa seluruh isi otakmu sekarang penuh dengan kata maaf dan terima kasih?"

Kali ini respon Alex bukan lagi memberengut tidak terima atau mendengkus lirih, melainkan tersenyum manis dan meraih kedua tangan Alessa ke dalam genggaman. Tatapan mendambanya---penuh cinta---tidak beralih dari kedua netra cantik Alessa. Pria itu benar-benar dimabuk asmara oleh wanita pirang, si singa betina satu ini.

"Ya, tentu saja." Alessa memutar bola mata dan berdecak pelan. "Kecuali ...."

"Kecuali?"

Suara bising baling-baling helikopter membut mereka harus bercakap-cakap setengah berteriak. Alih-alih jet pribadi atau memesan tiket pesawat komersil, Alex justru memilih helikopter sebagai transportasi menuju Manhattan. Hanya berdua. Alessa tak habis pikir dengan manusia aneh di sampingnya ini.

"Kecuali kau berkenan menerima salah satu tawaranku." Kening Alessa berkerut. Wanita itu memicingkan mata, menelisik ekspresi misterius Alexander. Namun, sebelum Alessa berkata dan menuduhnya macam-macam, Alex lebih dulu menambahkan, "Bukan mencari kesempatan dalam kesempitan."

CHASING Over the LIMITS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang