Part 34

1.6K 155 36
                                    

Leave your vote and comments if you like this part :3

Happy reading!

*

*

*
Playlist : Touch it -- Ariana Grande

****

Alexander's penthouse. Manhattan, New York City. 05.30 AM.

Fajar menyingsing. Hal pertama yang Alex rasakan saat mencoba membuka mata ialah kepala luar biasa pening---seperti ada puing-puing bangunan yang menimpa. Ia melenguh pelan. Sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Sambil menghela napas panjang, ia berusaha menyandarkan tubuh di headboard. Dan begitu indra penglihatannya terbuka sempurna, Alex langsung terbelalak. Terkejut sekaligus merasakan bulu kuduknya meremang.

"Nyenyak tidurmu, Buddy?"

Di dekat dinding kaca anti peluru, Alessa berdiri bersandar. Melipat tangan di bawah dada dan menyorot pergerakannya dingin seraya tersenyum miring.

Ia memberikan anggukan kecil, menelan ludah. Gugup dan waswas. "H-how can I get here?" Ucapannya bahkan terbata.

Demi Tuhan, Alex merasa atmosfer kamarnya berubah menjadi bangunan kosong yang tak dihuni bertahun-tahun; mencekam. Namun, sebagai laki-laki yang mempunyai tingkat kecerdasan dan daya ingat tinggi, Alex berusaha tampak baik-baik saja. Harga diri harus dipertahankan. Maka yang ia lakukan sekarang adalah menurunkan kedua kaki, menumpukan kedua tangan di pinggiran ranjang, sembari membalas tatapan menakutkan Alessa tak kalah berani.

"You had fun last night. Don't you remember it?"

Kembali, Alessa melancarkan pertanyaan menjebak. Membuat tawa sumbangnya mengudara sepersekian detik setelahnya.

"Tentu saja aku mengingat semuanya dengan baik. Apakah kau lupa jika aku lulusan termuda Massachusetts Institute of Technology dengan gelar doktor?" Alex tak merasa sedang bercanda. Tetapi, melihat respon Alessa yang kini menaikkan sebelah alisnya, lagi-lagi membuat ia diserang kecemasan. Ia meremas pinggiran ranjang seraya meneguk saliva cepat. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Bukankah aku mengatakan kebenaran?"

Alessa tampak memutar bola mata, lengkap dengan ekspresi malas sebelum kembali menatapnya menusuk. "Kalau memang begitu, dapatkah kau sebutkan apa yang sudah kau lakukan semalam?" tanyanya pelan. Namun, tak melunturkan tatapan intimindasi.

"Last night, a-aku ... aku bertemu ... bertemu ... ah, bertemu teman. Yah, benar, teman!" Alex berdehem, menyadari dirinya terlalu bersemangat dan hal itu bisa saja membuat Alessa semakin curiga, "maksudku, aku bertemu client, yang ternyata merupakan teman lamaku." Nada suaranya diturunkan.

"Di mana?"

Kenapa pertanyaannya justru menjurus? "D-di restoran bintang lima di dekat kantor."

Sedetik kemudian, Alex meruntuki ucapannya. Bukannya membuat keadaan membaik, Alessa kini justru memandangnya seolah ia adalah sasaran empuk. Sebenarnya, apa yang terjadi semalam? Kenapa hal terakhir yang ia ingat hanya memesan minuman? Dan lagi, dengan siapa semalam ia mabuk? Siapa pula yang membawanya pulang?

CHASING Over the LIMITS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang