15. Dekorasi Rumah versi Tania

14.9K 1.3K 42
                                    

Terima kasih untuk support-nya

***


Aku mengeringkan rambutku di kamar Pak Rafa usai bermain air dan membersihkan diri. Azka ikut bersamaku di kamar ini.

Setelah mengeringkan rambutku, aku mengeringkan rambut Azka.

Tok ... tok ... tok ....

Suara ketukan pintu terdengar setelah suara usaha membuka pintu. Aku sengaja mengunci kamar ini, karena aku tidak memakai jilbab.

"Sebentar!" teriakku.

Kuhentikan aktivitasku dan mencabut kabel, lalu menyimpan hair drier di atas lemari agar tidak dimainkan oleh Azka. Bahaya.

Kubuka pintu setelah mengenakan jilbab.

"Kenapa dikunci?" tanya Pak Rafa seraya memasuki kamar.

"Tadi saya masih keringkan rambut, Pak."

Pak Rafa yang hendak menghampiri Azka langsung menghentikan langkahnya dan menatapku tajam.

Aku salah?

"Apa kamu gak tahu?" Pak Rafa melanjutkan jalannya, lalu duduk di samping Azka yang sibuk di kasur memainkan puzzle.

Pak Rafa mencium pucuk kepala Azka, dan aku masih menunggu dia melanjutkan kalimatnya.

"Kalau istri memperlihatkan rambutnya ke suami itu gak dosa."

Seketika aku termangu. Walaupun di mata agama dan hukum, aku adalah istri dari Rafael Pratama, tapi aku pikir Pak Rafa tidak menganggapku istri.

Hei, apa ada suami yang bersikap dingin pada istrinya? Setahuku, Pak Rafa tidak seperti itu pada almarhumah Bu Naila.

"I ... ya," jawabku ragu-ragu. Aku bingung harus menjawab apa.

Pak Rafa menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu beneran gak tahu?" tanyanya dengan heran.

"Bu-bukannya gak tahu, tapi saya gak terbiasa." Kugaruk tengkukku yang mendadak gatal.

"Mulai biasakan."

"Iya," jawabku lirih.

"Saya sudah order makanan untuk siang ini. Jadi kamu gak usah masak."

"Makanan bergizi kan, Pak?"

Bukannya apa, aku hanya takut Azka sakit lagi.

"Iya." Kemudian Pak Rafa mengajak Azka turun ke lantai satu.

"Oh iya, jangan panggil saya 'pak' atau 'bapak' lagi. Mungkin itu yang bikin kamu belum terbiasa buka jilbab di rumah," ucapnya saat sudah ada di depanku dengan Azka yang ada digandengannya.

"Mama kalau di rumah gak pakai jilbab." Azka yang tidak tahu apa yang kami bicarakan, ikut nimbrung. Anak itu pasti membandingkan mamanya denganku. Ya, kan almarhum Bu Naila menikah dengan Pak Rafa karena cinta. Sedangkan aku masih merasa jadi orang asing di rumah ini.

***

Setelah hari Minggu yang lalu, aku berniat merombak dekorasi rumah ini mulai dari dalam hingga ke luar. Aku masih risih mengingat Pak Rafa menyebut 'istri saya' yang ditujukan kepada mendiang istrinya di depan istrinya yang sekarang—AKU.

Anggap saja aku egois. Seandainya hal itu terjadi hanya sekali, tak apa bagiku. Namun, itu sudah terjadi berkali-kali dalam berbagai keadaan.

Pertama, saat aku menaruh pisau di atas rak. Tujuanku supaya Azka tidak bisa mengambilnya.

The Teacher Becomes a MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang