Klik tombol bintang di pojok kiri bawah sebelum lanjut membaca.
Happy reading!
***
Semenjak Tania membaca chat Rafa dengan Aulia, dia tidak pernah tidur di kamarnya lagi. Toh, akhir-akhir ini Rafa selalu pulang malam. Waktu itu dia masih bisa sedikit khusnuzon, karena Rafa selalu pulang sebelum Isya'. Namun sekarang, pria itu selalu pulang hampir larut malam. Entahlah apa yang dilakukannya. Tania masih belum tahu dengan pasti.
Yang dia tahu dari aksi Nada yang mematai Rafa, pria itu dan Aulia sering terlihat bersama. Aulia sering datang ke kantor Rafa, lalu mereka pergi bersama menggunakan mobil Rafa. Aksi mematai selalu berhenti di situ, karena Nada selalu kehilangan jejak Rafa.
Merebahkan diri di samping Azka yang sudah terlelap, pikiran Tania menerawang. Dia tidak ingin suudzon, tapi kejadian yang dilaporkan Nada membuat dugaannya semakin kuat. Bukan tanpa bukti, Aulia melaporkan dengan mengirimkan foto.
Tania melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. Mungkin efek hamil, matanya selalu ingin tertutup saat pukul delapan lewat, membuatnya selalu tidur cepat tanpa menunggu Rafa. Dan suaminya itu masih belum pulang juga. Hal itu membuatnya berpikir kalau Rafa pergi ke rumah Aulia. Menginap di sana, mungkin.
Seketika hatinya memanas. Ada nyeri yang terasa. Tania beranjak dari tidurnya. Langkahnya mengayun ke kamarnya yang juga kamar Rafa. Tidak ada manusia selain dirinya di kamar itu.
Ceklek.
Tania membalikkan badan saat terdengar suara pintu terbuka. Terlihatlah sosok Rafa dengan penampilan yang sudah tidak rapi. Dasinya melonggar, kemejanya tidak masuk ke celena, dan beberapa helai rambut berdiri dengan tidak teratur. Penampilan yang tidak biasa. Apa yang sudah terjadi padanya?
"Belum tidur, Ta?"
Rafa melangkah mendekat setelah menaruh tas kerjanya di atas meja beserta dasi yang dilepasnya.
"Kebangun."
Tania menelisik penampilan Rafa.
Mendapat tatapan seperti itu, Rafa bertanya, "kenapa?"
"Tadi disenggol Azka, makanya kebangun. Terus pindah ke sini, karna kupikir Mas Rafa udah pulang," jawab Tania yang berpikir bahwa pertanyaan Rafa adalah 'kenapa kebangun?'.
Padahal maksud Rafa, 'kenapa natapnya begitu?'
Namun, Rafa tidak ambil pusing. Dia lalu berjalan ke kamar mandi dengan sebelumnya menyuruh Tania agar tidur kembali.
"Oh iya." Rafa menghentikan gerakannya yang hendak menutup pintu kamar mandi. Sedangkan Tania yang sudah menyelimuti tubuhnya, kembali terduduk.
"Besok, saya ada kerjaan di luar daerah. Kamu sama Azka menginap di rumah Bunda ya."
Tania termenung sesaat. Pikirannya mendadak mengajaknya untuk suudzon. "Rafa mau jalan-jalan dengan Aulia". Itu yang disuarakan isi kepalanya.
"Di ... Di mana?" Suara Tania tercekat. Rasa takut menjalar di dadanya saat menanyakan pertanyaan itu.
"Di Sulawesi."
"Oh, iya," jawab Tania singkat sebelum Rafa menutup pintu kamar mandi.
Malam ini, Tania tidak bisa tidur. Namun, dia berpura-pura terlelap dalam dekapan Rafa.
***
Tania termenung menatap sendu foto pernikahan Rafa dengan Naila yang terpajang di dinding ruang tengah. Mata sembabnya menunjukkan betapa sedihnya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Teacher Becomes a Mom
ChickLit[END] Hidupku yang biasa saja tiba-tiba memusingkan ketika dua lelaki melamarku. Apa yang harus aku lakukan? Memilih perjaka yang merupakan teman kecilku, ataukah duda yang merupakan Papa dari anak didikku? Lalu, ketika aku sudah memilih, harus dib...