AUTHOR POV
Tania pikir dia tidak mengalami mual seperti ibu hamil lainnya, tapi ternyata dia juga mengalaminya. Selama lima hari ini dia selalu muntah di pagi hari. Walau hanya di pagi hari, tapi itu tetap membuatnya tersiksa.
Tania selalu meninggalkan masakannya untuk ke kamar mandi. Jadi, mulai hari ini ibu hamil itu mengubah menu sarapan dengan sereal atau roti dan susu saja. Itu pun yang menyeduh bukan dia, tapi Rafa--suaminya.
Tania tidak pernah ikut sarapan, karena baru saja mencium bau makanan rasanya sudah mual. Dia baru bisa makan kalau sudah pukul sembilan lewat.
"Ke rumah Bunda aja ya kayak kemarin."
Rafa masuk ke dalam kamar saat Tania keluar dari kamar mandi. Dielus perutnya yang masih sedikit terasa mual.
Semalam, wanita itu bilang ingin di rumah saja.
"Nada mau ke sini, Mas. Aku udah janjian," ujar Tania seraya menghampiri ranjang dan duduk di tepiannya, disusul Rafa.
"Jam berapa ke sini?" tanya Rafa yang sudah duduk di samping istrinya dan menggantikan tangan Tania mengelus perut yang terdapat janin itu.
"Gak tau juga. Gak nanya, tapi pagi ini kok."
"Kalau gitu kamu ikut antar Azka aja, terus saya antar lagi ke sini sambil nunggu temenmu." Itu bukan tawaran, melainkan titah.
"Ntar Mas Rafa telat, gimana?"
"Sekali-kali gak apa-apa, Ta. Itu juga perusahaanku. Lagian, lagi gak ada pekerjaan yang mendesak."
Tania hanya manggut-manggut. Jadi, mereka berdua sama-sama mengantar Azka. Lalu Rafa menemani Tania menunggu Nada datang. Setelah Nada datang, barulah Rafa pergi kerja.
***
"Jadi kamu udah mulai mual-mual nih?" tanya Nada.
Nada dan Tania ada di ruang tengah sekarang.
"He-em," gumam Tania karena mulutnya sibuk mengunyah kue lumpur. Dia yang menyuruh Nada membawanya. Enak, katanya.
"Nafsu makanmu jadi bertambah ya," celetuk Nada, karena Tania sudah menghabiskan enam potong kue lumpur.
"Satu mulut untuk dua perut ya harus banyak makan, Nad." Tania nyengir. Kemudian, fokusnya teralih ke ponsel yang menampilkan notifikasi dari Bunda.
Bunda
Gak ke sini, Ta?"Eh, Bunda SMS. Bentar ya," potong Tania saat Nada sudah mulai bercerita. Daripada tidak mendengarkan apa yang dia ceritakan, mending Tania pause pembicaraan mereka.
Aku
Nada lagi main ke rumah, Bun. Bunda mau aku ke sana?
Bunda
Iya nih. Ada yang mau Bunda ceritakan. Kamu ke sini ya, sama Nada juga gak masalah
"Nad, kita disuruh Bunda ke rumah. Ke sana yuk," ajak Tania."Ya, ayok. Kebetulan siang ini, aku juga ada janji mau masak bareng Uminya Aqlan."
"Cieee ...."
Kemudian mereka tertawa bersama.
-----
Tania, Nada, dan Bunda ngobrol sampai siang. Usai makan siang dan shalat zuhur, Nada pamit untuk pergi ke rumah Aqlan. Gadis berambut coklat gelap itu sempat pamer kalau sekarang shalatnya sudah tidak pernah bolong lagi. Alhamdulillah. Ada kemajuan. Namun, satu lagi pesan Tania untuk dia. Jangan sekalipun berubah untuk orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Teacher Becomes a Mom
ChickLit[END] Hidupku yang biasa saja tiba-tiba memusingkan ketika dua lelaki melamarku. Apa yang harus aku lakukan? Memilih perjaka yang merupakan teman kecilku, ataukah duda yang merupakan Papa dari anak didikku? Lalu, ketika aku sudah memilih, harus dib...