27. Kedatangan Tamu

13.7K 1.1K 18
                                    

Tok, tok, tok

Siapa itu?

Nenek lampir

Mau apa?

Mau minum

Minum apa?

Minum darah

Darah apa?

Darah kaliaaan!!

Pernah main permainana itu? Mungkin kita satu daerah.

Jadi part ini gak ada hubungannya sama permainan itu. Hahaha ....

Supaya kalian gak tegang aja, soalnya malam ini bakal jadi malam pertamanya Tania. Eh.

Btw, di part sebelumnya gak ada yang ngaku umurnya kurang dari 18 ya. Semoga beneran gak ada. Kalau misal ada, langsung skip saja sampai nemu tanda [***]. Wokeh? Jadilah anak baik.

***


"Jadi kamu sudah siap?"

Tidak perlu berpikir lagi, karena aku sudah memberikan jawaban sebelumnya. Mas Rafa menempelkan bibirnya ke bibirku. Hanya sebentar dan hanya menempel, tapi mampu meluruhkan persendianku.

"Kita sudah menunda lama. Azka juga sudah besar, saya harap kamu gak nolak. Saya gak mau kamu disalahkan oleh Bunda. Yang penting kita usaha. Hasilnya belakangan."

Bunda? Apa Mas Rafa dengar percakapanku kala itu dengan Bunda?

"Saya gak sengaja dengar pembicaraan kalian waktu itu," ujarnya lagi seolah membaca pikiranku.

Wah, sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan rahasia dari Mas Rafa. Semua terbongkar dengan sendirinya tanpa aku sadari.

Aku hanya mengangguk. Lidahku kelu untuk menjawab dengan suara. Wajahnya semakin dekat, membuat desiran aneh menjalar di jaringan tubuh.

Mas Rafa mengecup keningku cukup lama, lalu merapalkan doa di atas ubun-ubunku.

Aku hanya bisa memejamkan mata, merasakan kehangatan tubuh Mas Rafa. Ini pengalaman pertamaku. Jadi aku hanya mengikuti permainannya. Terserah jika dia menganggapku pemain pasif. Aku bukan dia yang pasti sudah beberapa kali melakukan ini dengan almarhumah Bu Naila.

Ah, dalam kondisi seperti ini saja, aku masih mengingat orang lain. Namun, aku harus meminta izin almarhumah, kan? Jadi, semoga dia mengizinkanku memiliki suaminya seutuhnya yang kini sudah menjadi suamiku.

Entah bagaimana caranya, kami sudah sama-sama telanjang di balik selimut. Aku terlalu terbuai sampai tidak menyadari kalau Mas Rafa sudah menanggalkan pakaianku dan pakaiannya.

Aku baru tersadar saat Mas Rafa menjauhkan wajahnya, seperti tersentak akan sesuatu. Padahal kami masih pemanasan. Kutatap Mas Rafa yang ada di atasku menahan bobot badannya dengan kedua tangannya. Matanya menutup sangat erat, membuatku bertanya-tanya.

Ada apa? Apa dia tibat-tiba teringat almarhumah Bu Naila sepertiku beberapa saat yang lalu?

"Apa ini benar gak apa-apa, Tania?" tanya Mas Rafa setelah membuka matanya. Tatapannya sendu.

The Teacher Becomes a MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang