Tujuh

1.9K 115 16
                                        

"Memberimu hukuman."

Alaram tanda bahaya di kepala sontak berbunyi. Apa dia serius ingin membuat bibirku bengkak?

Mampus! Matilah aku!

Sehun tiba-tiba berguling hingga aku sekarang berada di bawah tubuhnya. Jantung seketika berdetak dua kali lebih cepat, seolah ingin meledak karena dia menatapku begitu lekat. Tanpa sadar aku membasahi bibir bagian atas dan bawah. Apa Sehun benar-benar ingin menciumku?

"Ma-mau apa kau?" Suaraku terdengar gugup.

"Kenapa kamu berbohong?" Dia mengecup bibirku sekilas.

Siapa yang berbohong? Aku sungguh-sungguh mengatakan tidak akan melihat konsernya, tapi aku malah datang tanpa disengaja.

"Kenapa kamu pergi bersama pria cupu itu?" Dia kembali mengecup bibirku.

Karena Suho yang mengajak, aku sungkan jika menolak. Lagi pula aku juga sedang bosan sendirian di rumah.

"Kamu sengaja membuatku cemburu?"

Aku mendorong tubuhnya dengan cukup keras saat dia ingin mengecup bibirku lagi. Dasar cowok kurang ajar!

"Sekali lagi kau menciumku tanpa izin, aku akan menendang aset paling berharga di tubuhmu!" ancamku serius.

"Kamu tega menendang Sehun junior?" Ada apa dengan wajahnya itu? Kenapa Sehun terlihat seperti anak ayam yang dijual abang-abang di pasar? Menggemaskan. Rasanya aku ingin sekali menggigit pipinya karena terlalu gemas.

"Kenapa tidak tega? Aku malah ingin sekali menendangnya." Aku menunjukkan raut wajah seserius mungkin. Berusaha mengintimidasi agar dia tidak berbuat di luar batas. Seharusnya dia menjaga sikap karena usiaku jauh lebih tua.

"Jahat." Sehun mengerucutkan bibir. Ada apa dengan cowok tengil ini? Kenapa dia bertingkah seperti bayi? Ah, aku jadi gemas sendiri. Kyaa...!

"Dari pada gigit bantal, lebih baik kamu menggigit bibirku. Aku jamin rasanya pasti lebih enak."

"Hah?" Dahi berkerut dalam melihat Sehun tersenyum nakal. Sedetik kemudian aku sontak melepas bantal dari genggaman. Apa yang baru saja aku lakukan? Apa aku baru saja menggigit bantal?

Astaga!

Kenapa aku suka sekali mempermalukan diri sendiri?

"Yak! Mau apa kau?" Tubuhku menegang karena Sehun tiba-tiba mencekal kedua pergelangan tanganku erat. Kedua pahanya berada di samping kanan dan kiri pahaku. Mengunci agar tidak bergerak.

"Aku akan berteriak kalau kau berbuat macam-macam," ucapku berani menatap wajahnya.

Sehun menyeringai, tapi dia malah terlihat semakin tampan. Aku benci melihatnya. "Silakan berteriak sekeras yang kamu bisa, lagi pula tidak akan ada orang yang bisa mendengar teriakanmu."

"Sean dan Bibi pasti mendengar teriakanku. Minggir atau aku akan berteriak!" ucapku penuh penekanan.

Napasku tercekat karena Sehun tiba-tiba mendekat. Menepis jarak di antara kami. Semua terjadi begitu cepat. Aku bahkan bisa merasakan embusan hangat napasnya. Rasa panas sontak menjalar di wajah, meninggalkan semburat merah di kedua pipi. Jantung pun berdetak di luar kendali. Aku ... deg-degan.

Tanpa sadar napas ini selalu tertahan setiap kali Sehun memperkecil jarak di antara kami. Mata saling bertemu dan terkunci cukup lama. Aku tenggelam, hanyut ke dalam matanya yang tenang sebiru samudera. Otak mendadak kosong. Aku tidak bisa berpikir apa pun. Sekadar mendorongnya untuk menjauh pun tidak mampu.

Dia semakin mendekat. Aroma mint yang menguar dari mulutnya tercium sangat jelas. Menyegarkan. Waktu seolah berjalan begitu lambat. Aku tidak bisa mendengar suara jantungku lagi. Ia berhenti.

Berondong NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang