Sembilan

1.6K 109 0
                                        

Seumur hidup aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan cowok gila seperti Sehun. Entah dosa apa yang telah aku lakukan di masa lalu hingga Tuhan memberi hukuman seberat ini.

Cowok tengil itu sejak kemarin tinggal di rumahku. Dia beralasan tidak punya tempat tinggal lain karena apartemennya sedang direnovasi. Alasan yang sangat tidak masuk akal. Kenapa dia tidak tinggal di rumahnya sendiri?

Ish!

Entah ini hanya suatu kebetulan atau memang sudah rencana Tuhan. Sehun memaksa tinggal di rumah saat Mama dan Papa sedang pergi ke Seoul. Jika Mama ada di rumah, aku yakin sekali Sehun tidak akan berani tinggal di sini.

"Selamat pagi," sapanya saat aku turun. Namun, aku memilih mengabaikan salamnya dan duduk di meja makan.

Di atas meja makan sudah tersedia nasi goreng dan tiga gelas susu. Tumben sekali Bibi membuat nasi goreng untuk sarapan, biasanya Bibi hanya menyiapkan roti tawar dan selai cokelat kesukaan Sean.

"Selamat pagi, Mama."

"Selamat pagi juga, Sayang." Kukecup kedua pipi Sean dengan penuh sayang. Putraku terlihat sangat tampan memakai seragam sekolahnya. Aku harus berterima kasih pada Bibi karena sudah mengurus Sean dengan sangat baik.

"Anak mama lahab sekali makannya? Nasi goreng buatan Bibi enak, ya?"

"Nasi goreng ini bukan buatan Bibi, Ma."

"Kalau bukan Bibi. Siapa yang membuat?" tanyaku ingin tahu. Jangan bilang yang membuat nasi goreng ini Sehun.

"Papa."

"Papa?" Alisku terangkat sebelah.

"Iya, Papa Sehun yang membuatnya. Rasanya enak sekali."

Sehun tersenyum senang mendengar pujian Sean, tapi aku masih tidak percaya cowok tengil ini bisa memasak.

"Sean, jangan bohong sama Mama."

"Sean nggak bohong, Ma. Sean lihat sendiri Papa yang membuat nasi goreng ini. Mama sih, tidur terus. Jadi nggak tahu kan, kalau Papa bisa masak?"

"Aish...." Kenapa Sean sekarang malah semakin terbiasa memanggil Sehun papa? Ini tidak benar dan tidak boleh terus dibiarkan. Aku nanti akan memberi tahu Sean agar berhenti memanggil Sehun papa lagi.

Bel rumah tiba-tiba berbunyi nyaring. Sepertinya Suho sudah datang untuk menjemputku. Semalam dia mengirim pesan jika ingin berangkat ke kantor bersama.

Aku pun cepat-cepat menghabiskan susu yang Sehun buat. "Mama berangkat kerja dulu, ya," ucapku sambil mengecup kedua pipi Sean bergantian.

"Kamu nggak sarapan dulu?"

"Aku nggak punya waktu untuk sarapan."

"Kamu mau berangkat ke kantor sekarang?"

Kenapa Sehun sekarang banyak tanya? "Iya," jawabku malas.

"Mau kuantar?"

"Tidak perlu. Kau kan, harus pergi sekolah."

"Apa kamu berangkat ke kantor bersama pria cupu itu?"

Astaga! Kenapa Sehun suka sekali menyebut Suho pria cupu? Andai dia mengenal Suho dengan baik, aku yakin dia akan berhenti memanggil Suho cupu.

"Iya, memangnya kenapa?"

Kulihat Sehun menghela napas pelan. Entah apa yang dia pikirkan. Aku tidak mau repot-repot mencari tahu. "Makan ini di mobil."

Dia mengulurkan satu kotak makan berisi empat potong roti isi daging. Apa dia sendiri yang membuat sandwich ini?

Berondong NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang