Lima

2.1K 125 19
                                    

Aku kembali melirik lelaki di sebelah yang sedang fokus mengemudi. Aku sudah bilang belum kalau hari ini Suho terlihat sangat tampan? Dia memakai kemeja putih polos dilapisi jas dan celana jeans berwarna biru navy. Penampilannya memang terlihat santai, tapi tetap berkelas di saat yang sama. Lee Min Hoo mah, lewat.

Melihat Suho berpenampilan seperti itu membuat rasa ingin menikah lagi mendadak mucul, lalu punya anak, dan hidup bahagia selamanya. Khayalan yang indah bukan?

"Sayang sekali Sean tidak bisa ikut bersama kita." Dia tersenyum. Jika dilihat semakin detik dia semakin tampan. Ah, matanya itu ... teduh? Hangat? Entahlah, seperti lautan yang membuatku ingin berenang dan tenggelam di sana.

Kenapa aku mendadak puitis sekali?

"Iya, Sean pasti senang melihat konser musik." Aku membalas sekenanya. Jujur, aku lebih nyaman hanya pergi berdua bersama Suho. Untung saja Sean ikut pergi kondangan bersama Mama dan Papa. Jika Sean ikut, aku pasti merasa canggung dan tidak nyaman berada di dekatnya.

Bukankah kami sekarang terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang pergi berkencan?

Satu jam kemudian kami tiba di tempat tujuan. Aku tidak pernah menyangka konser musik yang akan kami tonton digelar di sebuah kafe. Di luar banyak anak muda yang datang untuk melihat konser. Kebanyakan dari mereka anak perempuan. Kulihat salah satu dari mereka membawa sebuah banner lumayan besar bertuliskan Sehun.

Apa itu Sehun si cowok tengil itu?

Lucu sekali. Apa aku pikir mereka orang yang sama? Sadarlah Anne, di dunia ini masih banyak orang bernama Sehun. Sehun yang dimaksud gadis itu tidak mungkin si cowok tengil itu.

Aku mengerutkan dahi, membaca tulisan besar yang terpasang di depan tempat makan bergaya klasik ini. Paradisso Cafe. Nama tempat makan ini terdengar tidak asing. Sepertinya aku pernah medengar nama ini sebelumnya, tapi lupa kapan.

Di dalam ternyata lebih ramai. Aku dan Suho memilih tempat duduk di samping kanan agak pojok belakang. Dari tempat ini kami bisa melihat panggung sedikit lebih jelas tanpa perlu berdiri di tengah dan berdesakkan dengan penonton lain.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Suho saat pelayan memberi kami buku menu. Masih ada waktu satu jam yang bisa kami gunakan untuk makan sebelum konser dimulai.

Mataku menyusuri daftar nama makanan dan minuman yang dijual di kafe ini. Pilihannya sangat banyak, mulai dari makanan lokal sampai Korean food. Aku jadi bingung mau memilih yang mana.

"Emm ... samakan saja denganmu."

Suho mengangguk. Dia memesan salad sayur sebagai makanan pembuka, nasi goreng sebagai menu utama, dan terakhir memesan pudding mangga dan patbingsu sebagai makanan penutup. Untuk minum kami memilih air putih.

Mulut menganga lebar melihat betapa banyak makanan yang disajikan pelayan. Pulang-pulang dari tempat ini jarum timbangan berat badanku bisa langsung bergeser ke arah kanan.

OMG!

"Kamu tidak suka makanan yang kupesan?" Suho bertanya setelah melihat reaksiku.

"Ti-tidak, aku suka. Semua makanannya kelihatan enak."

Aduh, Gusti. Program diet yang aku jalani bisa gagal jika menyantap semua makanan tersebut. Namun, Suho nanti pasti kecewa jika aku tidak memakannya. Baiklah, aku sudah mengambil keputusan. Hari ini kamu boleh melupakan diet, Anne. Ingat, hanya untuk hari ini!

Satu jam kemudian semua makanan di piring ludes. Habis tidak tersisa. Perutku rasanya ingin meledak karena terlalu kenyang. Teriakan pengunjung kafe menjadi pertanda konser akan segera dimulai. Sang pembawa acara pun mulai naik ke atas panggung untuk membuka acara. Aku permisi ke kamar mandi sebentar karena ingin buang air kecil.

Berondong NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang