Setelah dari 'Rumah Kita', Sehun mengajakku dan Sean pergi ke makam ibunya. Sedih, penyesalan, juga rasa bersalah tergambar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap tempat peristirahatan terakhir wanita yang telah melahirkannya.
"Mama, ini makam siapa?" tanya Sean yang berdiri di sebelahku.
"Ini makam ibu...." Tunggu! Aku harus menyebut Sehun memakai embel-embel apa di depan Sean. Kakak? Om? Uncle? Atau papa?
Ah, pilihan terakhir membuat tubuhku bergidik. Meskipun Sean sering memanggil Sehun papa, tapi entah kenapa aku masih belum terbiasa mendengar panggilan itu.
"Apa ini makam ibu Papa Sehun?" Sean bertanya lagi karena aku tidak juga menjawab pertanyaanya.
"Emb, iya." Ah, untung saja Sean bertanya, kalau tidak, aku pasti bingung menyebut Sehun dengan panggilan apa di depannya.
Sehun berjongkok, lalu meletakkan seikat bunga lily di atas pusara sang ibu. "Selamat siang, Ibu."
Aku pun ikut berjongkok di sebelahnya, mengusap bahunya dengan lembut seolah-olah memberi kekuatan. Sehun dulu pernah berkata jika dia ditinggal sang ibu untuk selamanya sejak berusia enam tahun. Tapi dia tidak pernah mengatakan apa yang menyebabkan ibunya meninggal.
"Sehun minta maaf karena sudah lama tidak mengunjungi Ibu. Bagaimana kabar Ibu sekarang? Ibu baik-baik saja kan, di sana?"
Suara Sehun terdengar gemetar. Berulang kali dia menarik napas panjang, terlihat sangat jelas jika dia sedang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Sehun pasti sangat merindukan mendiang sang ibu.
"Hari ini Sehun tidak datang sendiri. Ibu kenalkan, dia Annelies. Calon istri, Sehun."
Aku tersentak mendengar ucapan Sehun barusan. Sedikit pun tidak pernah menyangka dia akan memperkenalkan aku sebagai calon istri ke mendiang sang ibu. Meskipun tidak bertemu ibunya secara langsung, tapi entah kenapa aku merasa sangat gugup sekarang.
Bagaimana kalau mendiang ibu Sehun tidak menyukaiku?
"Se-selamat siang, Bu."
Hening. Tidak ada yang menjawab. Sepanjang mata memandang hanya ada batu nisan yang berjajar rapi.
Apa kau berharap batu nisan itu akan menjawab salammu, Annelies?
Dasar bodoh!
"Kenapa suaramu terbata-bata?" tanya Sehun sambil menggenggam jemari tanganku yang entah sejak kapan terasa dingin.
"Sumpah, aku sangat gugup sekarang. Bagaimana kalau mendiang ibumu tidak menyukaiku?"
Sehun malah terkekeh. Apa pertanyaanku lucu?
"Ibu, lihatlah. Annelies cantik sekali, kan?"
Aku sontak menunduk, menyembunyikan pipi yang bersemu merah mendengar ucapan Sehun barusan. Dipuji Sehun tepat di depan makam sang ibu membuat jantung ini berdetak tidak karuan.
"Tapi dia galak dan sedikit bodoh."
Aku refleks memukul lengannya. "Kau sedang memuji atau menghinaku, sih?"
Sehun kembali terkekeh. "Dua-duanya."
"Ish! Nyebelin!" Aku berdecak kesal. Rasanya aku ingin sekali mengembalikan Sehun ke habitatnya semula agar dia bisa berkumpul dengan saudaranya di kandang anak ayam.
"Tapi Sehun sangat mencintainya, Bu. Sehun ingin Annelies menjadi pendamping hidup Sehun. Ibu merestui hubungan kami, kan?"
Tanpa sadar aku menahan napas. Hubungan kami baru saja dimulai, tapi Sehun sudah mengenalkanku sebagai calon istri dan meminta restu pada mendiang sang ibu. Ini terlalu cepat. Aku belum siap. Bagaimana kalau beliau tidak menyukaiku karena aku seorang janda dan sudah memiliki anak?
![](https://img.wattpad.com/cover/206018440-288-k312863.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Nakal
FanficDewasa 21+ [Jangan lupa Follow authornya] Sequel Menikah Dengan Keponakan Pernah gagal berumah tangga membuat Anne memilih untuk tidak menikah lagi. Kencan buta yang diatur oleh kedua orang tuanya sering kali gagal karena Anne ingin fokus membesarka...