Empat Belas

1.3K 96 15
                                    

"Aku boleh cium kamu?"

"Hah?" Detik ini juga jantungku seolah jatuh sampai ke kaki, lalu naik ke ubun-ubun, jatuh lagi ke lutut sebelum kembali ke dada. Debarannya sangat kecang.

Kenapa Sehun minta izin? Biasanya dia langsung nyosor.

"Boleh?" Sehun kembali bertanya.

Jantung semakin tidak jelas debarannya. Terlebih saat dia mendekat, menepis jarak di antara kami. Waktu seolah berhenti bergerak, dunia seolah berhenti berputar, suara-suara di sekitar pun mendadak lenyap saat Sehun menempelkan bibirnya di bibirku.

Dia ... menciumku.

Ini sungguh gila dan mendebarkan. Tanpa sadar aku mencengkeram jaket Sehun dengan erat hingga meninggalkan kerutan karena dia melumat bibirku dengan begitu lembut. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang mengepakkan sayap di dalam perut. Pelan kedua mata ini terpejam, membalas ciumannya.

Ini adalah ciuman terlembut dan termanis yang pernah aku rasakan.

"Erngh...."

Sehun melepas pagutan bibirnya saat mendengar erangan keluar dari bibirku. Wajah kami tampak memerah, napas pun tersengal. Aku pun segera menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke paru-paru.

"Terima kasih, sayang kamu." Sehun mengecup puncak kepalaku begitu lama dan dalam.

Lagi-lagi, perasaan ini menghangat melihat senyum manisnya. Biasanya, aku akan langsung marah karena dia suka mencium sembarangan. Namun, untuk saat ini aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaannya.

Lagi pula, aku juga ingin melihat senyumnya lebih lama. Senyum yang berhasil membuat hati ini menghangat.

"Rasa jagung bakar."

Sehun tertawa renyah mendengar ucapanku barusan.

❄❄❄

Pukul dua belas malam kami baru tiba di rumah. Untung saja aku tidak perlu membangunkan Bibi untuk membukakan pintu karena sudah membawa kunci cadangan sebelum pergi. Tepat setelah motor berhenti, aku pun segera turun dari atas motor Sehun.

Entah kenapa aku sekarang merasa sangat canggung ketika berada di dekat cowok tengil itu. Bayangan kami saat berciuman di bianglala terus berputar-putar di ingatan. Membuat jantung ini berdebar dan kedua pipi bersemu merah. Apa lagi bibir bulat penuh miliknya terasa begitu manis. Rasa manisnya bahkan melebihi cotton candy.

Ya Tuhan, aku ingin sekali mencium bibirnya lagi.

"Terima kasih untuk malam ini," ucapku sambil buru-baru masuk ke rumah.

"Anne, tunggu!"

Tubuh menegang, jantung pun seketika berdegup kencang. Kenapa Sehun memintaku untuk berhenti?

Aku menarik napas panjang, pelan memberanikan diri berbalik menatapnya. "A-apa?"

Sehun berjalan mendekat. Jantung pun berdetak semakin cepat. Mau apa dia? Apa dia ingin menciumku lagi?

Tanpa sadar aku membasahi bibir, berjaga-jaga jika dia benar-benar ingin menciumku lagi.

"A-ada apa?" Suaraku terdengar bergetar karena terlalu gugup.

"Itu, di kepalamu." Sehun menunjuk kepalaku.

Aku sontak melirik ke atas. Rasa panas sontak merambat di wajah.

"Kamu lupa belum melepas helm." Sehun tersenyum geli, pasti menertawakanku.

Duh, Gusti. Aku malu sekali. Kenapa aku sampai lupa melepas helm? Dasar bodoh!

Berondong NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang