Duapuluh Satu

1.3K 104 31
                                    

Hari ini aku tidak masuk kerja. Sejak kemarin yang kulakukan hanya manangis dan menangis. Untung saja Sean cukup pengertian, dia makan dan belajar sendiri tanpa minta ditemani. Anak itu seolah mengerti jika mamanya sedang bersedih.

Kupikir Sehun kemarin akan menyusulku pulang, lalu menjelaskan jika dia tidak mempunyai hubungan apa pun dengan gadis bernama Lami itu. Namun, dia ternyata tidak memberi kabar sama sekali, bahkan ponselnya sekarang tidak aktif.

Sepertinya hubunganku dan Sehun harus berakhir sebelum kami sempat memulainya. Semuanya benar-benar sudah selesai. Tamat.

Dia sekarang sudah bahagia bersama Lami, sementara di cerita ini aku berada di pihak yang paling menyedihkan. Sungguh mengenaskan.

Waktu bergulir begitu cepat, tidak terasa besok sudah hari Sabtu dan Suho memintaku untuk datang ke Paradisso Cafe tepat jam tujuh malam. Sampai saat ini aku belum juga menemukan jawaban. Haruskah aku menerima lamarannya demi Sean?

Tuhan, aku bingung sekali.

Akhir-akhir ini Sean sering sekali merengek ingin mempunyai papa. Dia ingin seperti teman-temannya yang diantar dan dijemput sekolah oleh kedua orangtuanya. Sejak kecil Sean memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sosok ayah. Tapi aku selalu berusaha berperan menjadi ibu sekaligus ayah yang baik baginya.

"Mama minta maaf, ya?" Kukecup kening Sean yang sedang tertidur lelap dengan penuh sayang. Air mata itu kembali jatuh membasahi pipi. Aku merasa gagal menjadi orangtua karena belum bisa membahagiakan Sean.

Aku ingin membahagiakannya meskipun hanya sekali. Jika dengan menerima lamaran Suho membuat Sean bahagia, aku akan melakukannya.

Ya, aku akan menerima lamaran Suho demi Sean.

Tapi sebelum itu aku ingin bebas untuk malam ini. Hanya untuk malam ini sebelum aku menyandang nama menjadi Nyonya Kim. Ah, membayangkannya saja membuat dada ini kembali sesak. Apakah keputusan yang kuambil ini sudah benar?

"Apa yang membuatmu ragu, Anne? Semua ini demi kebahagiaan Sean, terima lamarannya." Aku terus berusaha meyakinkan diri sendiri sambil mematut diri di depan cermin. Mini dress tanpa lengan berwarna merah ini melekat sempurna di tubuhku. Potongan dada yang sedikit rendah membuat payudara ini sedikit terlihat. Kaki janjangku pun terlihat jelas karena panjang mini dress ini lima belas senti meter di atas lutut.

Satu kata untuk menggambarkan penampilanku. Sexy.

Tidak lupa aku memakai sittleto merah dan lipstik berwarna senada agar penampilan ini semakin terlihat sexy sebelum pergi ke Aero Club. Aeris pasti akan memotong tubuhku menjadi potongan-potongan kecil jika tahu aku pergi ke kelab malam lagi. Namun, aku tidak peduli. Sudah aku bilang kan, kalau malam ini ingin bebas?

Aku ingin menjadi Anne malam ini. Tanpa embel-embel seorang janda beranak satu dan sekretaris boss besar. Yang ada hanya Annelies. Seorang wanita berusia tiga puluh tahun yang sedang berusaha menyembuhkan hati akibat dicampakkan oleh cowok gila bernama Oh Sehun.

Aku benar-benar menyedihkan.

❄❄❄

"Woah, Anne! It's really you?" sapa Jay, seorang bartender yang bekerja di Aero Club saat melihatku.

"Yeah, it's me, Jay."

"Senang bisa bertemu lagi denganmu, Anne. Terakhir kali kau datang ke sini bersama sahabatmu, kan? Siapa namanya?"

"Aeris."

"Ah, iya, saat itu kalian membuat keributan di Aero. Apa yang membuatmu datang ke sini lagi? Apa Liam mencampakkanmu?"

Berondong NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang