Duapuluh Tiga

2K 97 51
                                        

"Aku mencintaimu, Kak Anne."

Apa aku tidak salah dengar. Sehun baru saja mengungkapkan cinta?

Ah, aku pasti berhalusinasi karena sudah terlalu mabuk, tapi mengapa hati ini berbunga-bunga mendengar pengakuan cintanya.

Ya Tuhan, rasanya aku ingin sekali menangis karena terlalu bahagia.

Setitik air mata pun akhirnya jatuh membasahi pipi. Sehun terlihat panik karena melihatku menangis.

"Ka-kamu kenapa?"

Aku ingin sekali berteriak, "Aku juga mencintaimu, Sehun. Sangat mencintaimu."

Tapi aku tidak mampu menjawab pertanyaannya, malah menarik tengkuknya lantas menyatukan bibir kami.

Kedua mata Sehun sontak membulat, sepertinya dia terkejut karena aku tiba-tiba menciumnya. Entah setan apa yang merasukiku hingga berani mencium cowok tengil itu. Apalagi tepat di bibir.

Ini salah. Aku tahu ini memang salah, tapi pengakuan cintanya itu membuatku tidak bisa berpikir jernih. Aku hanya ingin menikmati kebahagiaan semu ini karena besok semua pasti akan kembali seperti semula. Sehun akan kembali menjadi kekasih Lami, sementara aku akan menjadi calon istri Suho. Bukankah takdir kami sejak awal memang sudah ditulis seperti itu?

Kutekan bibirnya, lalu melumat bibir atas dan bawahnya bergantian dan sesekali menggigit. Manis. Bibir Sehun terasa amat sangat manis. Awalnya dia hanya diam, tapi tidak lama kemudian dia ikut memejamkan mata, membalas ciumanku.

Ciumannya terasa begitu lembut, tapi lama-kelamaan terasa lebih menuntut. Aku sedikit membuka mulut saat lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Lidah kami bertemu, saling membelit satu sama lain. Rasanya geli. Aku terpekik kecil karena dia tiba-tiba menghisap lidahku.

"Erngh...." Sehun melepas pagutan bibirnya. Memberi kesempatan untukku mengambil napas. Kami pun segera menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke paru-paru.

"Kenapa kamu tiba-tiba menciumku? Apa kamu juga men...." Sehun sontak berhenti bicara karena aku kembali mencium bibirnya.

"Annelies, dengarkan aku dulu." Aku kembali membungkam bibirnya dengan bibirku agar dia berhenti bicara karena aku tidak ingin mendengar kata-kata apapun darinya.

Sehun menggeram tertahan. Sedetik kemudian dia akhirnya berhasil melepaskan bibirnya dari ciumanku. "Annelies, stop! Berhenti menciumku! Aku takut nanti malah kehilangan kendali," desahnya terdengar frustrasi.

Persetan! Aku tidak peduli jika dia ingin berbuat lebih pada diriku. Malam ini aku ingin menyerahkan diri seutuhnya. Dia bebas melakukan apapun karena malam ini aku adalah miliknya. Hanya miliknya.

Aku kembali meraih tengkuknya lantas menyatukan bibir kami. Saling melumat dan bertukar saliva. Kami berciuman cukup lama, hingga aku merasa udara di sekitar semakin menipis.

"Erngh...." Sehun melepas pagutan bibirnya, lantas menyatukan keningnya dengan keningku. Kami berlomba-lomba menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke paru-paru.

"Jangan salahkan aku kalau berbuat lebih karena kamu sendiri yang memancingku, Annelies," ucapnya dengan napas terengah.

Aku tersenyum tipis. Apa karena alasan itu dia berusaha melepaskan diri dari ciumanku?

"Lakukan apapun yang kau mau, Sehun. Malam ini ... aku milikmu." Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir. Sepertinya alkohol sudah berhasil mengambil alih kewarasanku.

Aku pasti sudah gila!

"Kamu yakin?" Dia manatapku ragu.

"Ya, aku sangat yakin." Aku balas menatap matanya, berusaha untuk meyakinkannya.

Berondong NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang